tirto.id - Di tengah kisaran harga cabai mencapai Rp80 ribu hingga Rp100 ribu/kg dan gagalnya panen cabai, Kementan memperkirakan produksi cabai secara nasional selama Januari 2017 mengalami kelebihan atau surplus sebanyak 5.000 ton.
Surplus cabai itu, kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono, terjadi karena produksi cabai diperkirakan sebanyak 73 ribu ton sedangkan kebutuhan konsumsi masyarakat sekitar 68 ribu ton.
"Untuk Januari, ini prognosa saya, sebenarnya surplus," katanya saat panen cabai rawit varietas Mhanu di Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (11/1/2017) siang.
Menurut data yang dikantonginya, konsumsi cabai per kapita masyarakat Indonesia sekitar 1,26 kilogram per kapita per tahun atau hanya 0,105 kilogram per kapita per bulan. "Kalau dibagi per hari, hanya 35 gram (per kapita). Artinya kan tidak perlu terlalu panik," katanya untuk merespons harga cabai saat ini.
Spudnik juga mengaku bahwa ketersediaan cabai saat ini cukup terjamin setelah pihaknya melakukan peninjauan ke sejumlah daerah sentra produksi cabai di Tanah Air seperti di Kediri dengan areal pertanaman cabai seluas 5.000 hektare begitu juga di Banyuwangi sekitar 4500 ha, serta Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.
Spundik telah meminta Bulog Sub Divisi Regional Malang dan Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk mengirim cabai rawit ke Jakarta sebagai upaya untuk menekan harga cabe di Ibu Kota yang masih tinggi. Menurutnya, petani cabai rawit di desa tersebut bersedia menjual hasil produksinya seharga Rp35.000 per kilogram, jauh lebih murah dari yang biasa dipatok para petani, yaitu Rp80.000 per kilogram.
Selain itu, ia berharap, masyarakat tidak perlu terlalu bergantung pada cabai rawit yang saat ini harganya melambung tinggi, karena masih ada cabai merah besar dan cabai keriting yang harganya lebih murah.
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Komisi IV DPR, Herman Khaeron, menilai pemerintah perlu melakukan kebijakan khusus dan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah tingginya harga cabai.
"Harus ada perlakuan khusus dari pemerintah agar bisa menurunkan kembali harga di tingkat petani pada tingkat harga yang lebih rasional," kata Khaeron saat inspensidi di Pasar Palmerah Jakarta, Rabu.
Menurut dia, berdasarkan pengecekan ke Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, sebenarnya harga di tingkat produksi normal, tetapi karena harga di pasar mengalami kenaikan maka harga di tingkat petani juga ikut naik pula.
Karena itu, ia berpendapat, bila ternyata hasil budi daya cabai cukup untuk pasokan, tetapi harga di pasar melonjak tinggi, maka yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan aspek pendistribusian yang harus benar-benar dikawal dengan baik.
Dia berpendapat lonjakan harga pangan setiap tahun yang terus berulang, seharusnya didekati dengan manajemen peningkatan produksi dan manajemen pasokan yang baik. Untuk itu, ujar dia, pemerintah perlu membenahi tata niaga dan manajemen pasokan komoditas hortikultura, serta harus memangkas kartel-kartel pangan dan harus mengelola stok komoditas secara tepat.
"Saya kira, pemerintah juga perlu serius menjalankan rencana untuk membangun gudang besar berpendingin (cold storage) seperti yang dimiliki Dubai untuk mengelola pangan-pangan strategis," katanya seperti diwartakan Antara.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH