tirto.id - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat untuk penugasan personel tentara pada satuan pendidikan di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan.
Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) GTK Kemendikbud, Supriano, kerjasama ini dilatarbelakangi oleh masih adanya wilayah-wilayah yang sulit diakses oleh para guru biasa, sementara kebutuhan peserta didiknya tersedia.
"Ini sebagai menjaga-jaga karena ketika sekolah tidak ada gurunya atau siswa ingin belajar tidak ada gurunya, justru merekalah [TNI AD] yang memfasilitasi," ujarnya di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (27/2/2019).
Nantinya, menurut Supriano, para personel TNI AD ini akan diberikan pelatihan oleh tim Kemendikbud sebelum terjun langsung ke wilayah yang telah ditentukan.
"Kami akan berikan pelatihan bagaimana cara mengajar yang menyenangkan. Kalau TNI ini kan serius, tapi kalau menghadapi anak-anak ini harus bisa memainkan emosional," ujarnya.
Secara teknis, Supriano menjelaskan, para TNI AD ini nantinya dipersiapkan untuk mengajar calistung dasar, olahraga, dan bela negara. Namun bukan seperti layaknya guru reguler.
Para TNI AD bersifat cadangan, Supriano mencontohkan, andaikan di satu sekolah di daerah perbatasan kekurangan guru olahraga, maka personel TNI yang sudah terlatih ini yang akan mengisinya tanpa digaji sama sekali.
Pada tahap pertama ini, akan disiapkan 900 personel TNI AD dari dua batalyon. Yakni Batalyon 303 Raider Garut yang akan diperbantukan untuk wilayah Nunukan, Kalimantan Utara dan Batalyon 600 Raider Balikpapan untuk wilayah Malinau, Kalimantan Utara.
Sebanyak 450 personel TNI AD yang tersebar di dua batalyon tersebut akan mulai menjalani pelatihan dari 10 sampai dengan 15 Maret 2019 dengan pola pelatihan 40 JP.
Dengan materi terkait pembinaan karakter, bela negara, calistung, kecakapan hidup, dan kepanduan.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari