tirto.id - Ioan Grillo dan Jorge Benezra mencium bau kematian di kamar mayat Bello Monte di Caracas, Venezuela. Kedua jurnalis Timeitu menyaksikan gerombolan orang meluber hingga ke luar gedung, trotoar, dan jalan. Mereka menunggu giliran mengambil jenazah orang tercinta yang kebanyakan menjadi korban pembunuhan. Tiap setengah jam ada saja ambulans yang datang mengantar mayat baru.
Jose Medina, musisi berusia 51 tahun, duduk di depan gedung Bello Monte untuk menunggu mayat sepupunya yang ditembak orang tak dikenal saat sedang menumpang taksi dan tak sengaja terseret dalam sebuah perampokan. Kekerasan di ibukota makin memburuk, katanya. Situasinya menghancurkan hidup banyak orang dan kasus pembunuhan meningkat tajam, bak cendawan di musim hujan.
“Sangat berbahaya kalau kau berada di jalanan Banyak dari kami yang memilih diam di rumah saat petang tiba. Kami memberlakukan jam malam demi keselamatan diri kami sendiri,” katanya saat diwawancarai Mei tahun lalu, atau satu bulan jelang masa paling berdarah di tahun 2016.
Menurut El Nacional, ada kurang lebih 500 mayat yang dikirim ke Bello Monte pada bulan Mei 2016. Sepanjang enam bulan pertama tahun lalu Bello Monte menerima 2.827 jenazah atau meningkat delapan persen dibandingkan enam bulan pertama di tahun 2015. 80 persen di antaranya diakibatkan oleh kasus pembunuhan, menjadikan Caracas dan Venezuela secara umum makin tak aman untuk ditinggali.
Rabu (2/8/2017) Gallup merilis hasil risetnya bertajuk “Global Law and Order 2017,” berisi survei kepada 136.000 partisipan dari 135 negara. Mereka ditanyai empat hal, menyangkut persepsi penanggulangan kriminalitas oleh kepolisian, tingkat keamanan saat berjalan sendirian di malam hari, pengalaman kecurian uang atau barang berharga dalam setahun terakhir, dan penyerangan atau perampokan dalam setahun terakhir.
Setelah diurutkan sesuai skor, hasilnya menunjukkan jika Venezuela menempati posisi buncit alias didaulat sebagai negara paling tak aman tahun 2016. Kriminalitas dari segala bentuk, mulai dari perampokan hingga pembunuhan, meroket tajam. Negara kaya minyak yang sempat dipimpin lama oleh Hugo Chavez itu hanya memperoleh skor 42 dari total skor 100.
Skor perolehan Venezuela untuk tingkat keamanan tahun 2016 dicatat Gallup lebih buruk dibandingkan skor tahun 2015. Hanya 12 persen responden Venezuela yang tahun lalu merasa aman saat sedang berjalan sendirian malam-malam di area kota atau tempat tinggalnya.
Sementara golongan masyarakat yang memiliki kepercayaan pada polisi hanya mentok di angka 14 persen. Rekor ini bukan yang terburuk bagi Venezuela, tapi tergolong paling buruk di antara negara-negara lain selama satu dekade terakhir.
Bandingkan dengan El-Savador, misalnya. Salah satu negara di kawasan Amerika Tengah tersebut punya rekam jejak kekerasan dan kriminalitas yang panjang. Turis-turis jarang yang mau berkunjung ke sana meski punya potensi wisata yang aduhai. Meski demikian, skor keamanan berjalan sendiri di malam hari di El Savador pada tahun lalu tercatat 28 persen atau dua kali lipat skor Venezuela.
Sebanyak 38 persen warga Venezuela menyatakan diri sebagai korban pencurian uang atau barang berharga tahun lalu. Angka ini naik 10 persen dari tahun 2015 sekaligus mencatat rekor baru. Hanya lima negara, dan semuanya berada di Sub-Sahara Afrika, yang mencatat perolehan persentase yang lebih tinggi dari Venezuela di tahun 2016.
Sementara untuk kasus penyerangan atau perampokan (di Venezuela keduanya sering berjalan beriringan), Venezuela masuk ke dalam 14 negara yang minimal 15 persen warganya mengalami kedua kasus tersebut pada tahun lalu.
Lagi-lagi hanya Venezuela yang bukan negara dari kawasan Sub-Sahara Afrika, dan perolehan skornya menyatakan 22 persen warga negara tersebut menjadi korban penyerangan atau perampokan di tahun 2016.
Lembaga Observatorium Kekerasan Venezuela (Observatorio Venezuelo de Violencia/OVV) merekam ada 28.479 “kematian akibat tindak kekerasan” sepanjang tahun 2016. Kasus pembunuhan mencapai angka 91,8 per 100.000 penduduk, demikian dikutip Insight Crime.
Sebagai perbandingan, tingkat pembunuhan di Amerika Serikat tercatat kurang dari 5 per 100.000 penduduk. Angka ini termasuk kematian akibat konfrontasi dengan pasukan keamanan yang dalam bentuk pembunuhan ekstrayudisial.
OVV mencatat pada tahun 2015 diperkirakan terjadi 27.875 kematian akibat tindak kekerasan dengan tingkat pembunuhan sebesar 91,8 per 100.000 penduduk. Dengan kata lain, sepanjang periode 2015-2016 kasus pembunuhan di Venezuela tak jauh berbeda parahnya. Menurut riset Gallup, masyarakat Venezuela khawatir kondisinya tak kunjung membaik tahun ini.
Atas “prestasi” tersebut, Venezuela masih bertahan di posisi kedua daftar negara dengan tindak kriminal paling tinggi di dunia namun bukan dalam kondisi perang. Urutan pertama ditempati El Savador, demikian masih menurut data OVV.
Dalam data yang dirilis pemerintah Venezuela, sebagaimana dilaporkan Reuters, kasus pembunuhan di negara tersebut pada tahun lalu mencapai 60 kasus per hari atau naik dari 45 kasus per hari pada tahun 2015. Tingkat pembunuhannya berbeda dengan OVV, tapi masih membuat seantero negeri mencekam, yakni 70,1 per 100.000 penduduk, naik dari 58 per 100.000 pada tahun 2015.
2016 juga menjadi tahun yang mengerikan bagi aparat keamanan Venezuela. Statistik tak resmi yang dirilis Dewan Penasihat Keamanan Luar Negeri AS (OSAC) mengindikasikan ada 241 personel kepolisian yang terbunuh di mana sebagian besarnya adalah target pembunuhan oleh pihak-pihak anti-pemerintahan. Motifnya diduga untuk merebut persenjataan polisi sebagai modal tindak kejahatan lain.
Faktor-faktor yang mendukung kacaunya situasi di Venezuela menurut OSAC ada empat. Pertama, kepolisian dipenuhi personel yang korup, tak diberi perlengkapan yang memadai, tak dilatih dan tak dibayar dengan baik.
Kedua, sistem pengadilan yang tak tidak efisien dan terpolitisasi. Ketidaknetralan hakim membuat situasinya makin pelik sebab tiap kasus membakar sentimen politik orang-orang dan akhirnya punya motivasi untuk membalas.
Penyebab ketiga adalah sistem pengelolaan penjara yang tak becus. Meningkatnya angka kriminalitas berarti makin banyaknya orang yang terjerumus ke penjara. Sayang, kultur kekerasan terbawa hingga ke penjara. Situasinya makin runyam sebab penjara di Venezuela juga disesaki oleh para pemimpin geng.
Faktor terakhir, yang membuat eskalasi pembunuhan kian tinggi, adalah kemudahan mengakses senjata api ilegal di seantero wilayah negara.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Maulida Sri Handayani