tirto.id - Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Jalan Dr. Setiabudi No. 228, Kota Bandung, menjadi lokasi kedua dilaksanakannya “Kelas Tirto Roadshow 2 Kota” edisi Bandung.
Kegiatan yang disponsori MSI Indonesia ini berlangsung di Auditorium Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) pada Selasa (21/5/2024). Antusiasme terlihat dari jumlah peserta yang mencapai 101 orang, sebagian besar adalah mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi UPI.
“Kegiatan Kelas Tirto ini masuk dalam rangkaian acara Dies Natalis ke-13 Prodi Ilmu Komunikasi UPI,” ungkap Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UPI, Dr. Ahmad Fahrul Muchtar Affandi, M.Si.
Fahrul, sapaan akrabnya, menyebut kehadiran Kelas Tirto di lingkungannya diharapkan dapat memberi gambaran bagi mahasiswa mengenai industri jurnalistik. Apalagi, sambung Fahrul, saat ini ada tren menurun mengenai minat mahasiswa terhadap bidang jurnalistik.
“Penurunan ini tidak hanya terjadi di UPI, tapi juga di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran dan kampus-kampus lainnya. Semoga Kelas Tirto ini dapat meningkatkan minat mahasiswa untuk menekuni bidang jurnalistik,” sambung Fahrul.
Saat membuka acara, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FPIPS UPI Dr. Siti Nurbayani, K., M.Si menyebut alasan menurunnya minat mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap industri jurnalistik boleh jadi karena bidang tersebut tidak mudah ditekuni.
“Mencari dan mengolah data, kemudian menuliskannya dengan baik tentu perlu keterampilan-keterampilan khusus. Menulis harus berbasis data, agar sebuah tulisan lebih tepercaya dan bisa memberi dampak bagi masyarakat,” ungkap Siti.
Sebab itu pula Siti mengapresiasi Kelas Tirto di lingkungan Ilmu Komunikasi UPI. Bagi Siti, lebih dari sekadar transfer pengetahuan, ini juga sekaligus ajang link and match antara institusi pendidikan dan industri.
“Dengan ilmu yang sudah Anda dapatkan dari Prodi dan wawasan baru yang akan diberikan oleh teman-teman Tirto.id, semoga skill Anda tentang jurnalistik bertambah,” doa Siti bagi peserta Kelas Tirto.
Seperti halnya kegiatan sebelumnya, Kelas Tirto edisi Bandung memiliki dua sesi. Pertama, “Bercerita Lewat Data Journalism”. Kedua, “Merancang Visual Infografik yang Menarik”. Pimpinan Redaksi Tirto.id Rachmadin Ismail menggarisbawahi pentingnya data dalam kehidupan sehari-hari. Dengan data, bukan hanya perilaku dan pemikiran orang yang bisa diubah, tapi juga kebijakan.
“Memproses data juga sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, misalnya untuk membuat keputusan, termasuk keputusan dalam rumah tangga dan lain-lain,” ungkap Rachmadin.
Lepas dari Kelas Tirto, Rachmadin menambahkan, pihaknya sangat terbuka untuk menjalin hubungan baik dengan UPI. “Kerjasama ini tidak akan berhenti di sini. Kami terbuka jika ada teman-teman mahasiswa atau dosen yang mau mengirim artikel ke Tirto. Kalau ada yang mau magang juga boleh, mangga,” ungkap Madin.
Materi Kelas Tirto Bandung
Tim Riset Tirto.id Alfons Yoshio membuka sesi “Bercerita Lewat Data Journalism” dengan paparan mengenai “How China is tearing down Islam”, sebuah laporan visual dan jurnalisme data yang dirilis Financial Times November tahun lalu.
Alfons menerangkan, pada mulanya investigasi tersebut dibuat dengan memanfaatkan citra satelit, untuk menunjukkan perbedaan masjid di Cina dari tahun ke tahun. Saat investigasi tersebut dimulai, fokus orang-orang mengenai relasi Cina dan umat Islam hanya tertuju ke Xinjiang.
“Investigasi yang dilakukan Financial Times menunjukkan, perilaku penghancuran dan renovasi masjid juga sebetulnya berlaku di hampir semua wilayah Cina,” ungkap Alfons.
Alfons menyebut, jurnalisme data tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang serius seperti jurnalisme investigasi. Isu-isu populer sekalipun bisa ditulis juga dengan pendekatan jurnalisme data.
“New York Times pernah merilis laporan tentang tren perubahan lagu yang dirilis pada musim panas antara tahun 1980-an sampai tahun 2010. Sumbernya adalah Spotify, yang bisa diakses semua orang,” kata Alfons.
Para peserta terlihat antusias merespons materi Alfons. Tak hanya bertanya, mereka juga ditantang untuk mengembangkan ide dari data tentang perbandingan jumlah kendaraan umum dan kendaraan pribadi di Kota Bandung dari tahun 2011 ke 2021.
“Dengan data seperti ini, saya berpendapat bahwa wisatawan akan kesulitan masuk ke Kota Bandung,” ungkap salah seorang peserta.
Sedangkan di sesi “Merancang Visual Infografik yang Menarik”, art director sekaligus desainer Tirto.id, Erenn Pratama, membagikan pengalamannya mengolah data menjadi produk visual seperti infografik. Menurut Erenn, salah satu kunci membuat infografik yang menarik adalah ‘keep it simple’.
“Semakin banyak data yang ingin dimasukkan, desainnya akan semakin ruwet. Keep it simple” ungkap Erenn. Keruwetan dalam sebuah infografik adalah persoalan, dan itu kerap ditemukan pada banyak desainer pemula. Para desainer pemula, sambung Erenn, umumnya ingin menjejalkan banyak informasi sekaligus gambar, sehingga desain yang dihasilkannya sukar dibaca.
“Desainer yang baik adalah desainer yang punya kemampuan problem solving,” pungkas Erenn.
Peserta yang aktif mengikuti rangkaian Kelas Tirto mendapatkan bingkisan menarik dari MSI Indonesia. Selain itu, mahasiswa yang berhasil mengikuti tes mengetik cepat di booth MSI Indonesia juga mendapatkan merchandise, selama merchandisenya tersedia.
Kelas Tirto edisi Bandung akan berakhir di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Rabu (22/5/2024).
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis