tirto.id - Aktivis kemanusiaan mengungkapkan kekeringan terburuk dalam beberapa dekade di sejumlah negara bagian India, memaksa puluhan ribu orang pindah dari kawasan pedesaan untuk mencari air, makanan dan pekerjaan. Hal itu beresiko meningkatkan perdagangan manusia di negara itu.
Mangala Daithankar, aktivis dari Aksi Sosial bagi Asosiasi dan Pembangunan, sebuah lembaga nirlaba, di Pune, negara bagian Maharashtra, India, mengungkapkan bahwa migrasi orang-orang dari pedesaan tersebut meningkatkan resiko bahwa mereka bisa diperdagangkan atau dieksploitasi.
"Orang-orang di kawasan pedesaan selalu rentan karena mereka menginginkan pekerjaan lebih baik, kehidupan lebih baik," kata Mangala, seperti dikutip Antara, Rabu, (27/4/2016).
Berdasarkan data dari pemerintah India, sekitar 330 juta orang atau hampir seperempat dari populasi India dilanda kekeringan.
"Bencana-bencana menjadi alasan bagi perdagangan wanita," kata Dhananjay Tingal, direktur eksekutif Bachpan Bachao Andolan (Gerakan Selamatkan Masa Kanak-kanak). Dia mengatakan, pihaknya telah menyelamatkan lebih 85.000 anak-anak dari perbudakan modern di India.
Maharashtra merupakan salah satu dari negara bagian yang dilanda kekeringan paling buruk dengan curah hujan sangat sedikit. Kekeringan mengakibatkan dam-dam kering, tanaman dan ternak mati dan memaksa para petani berhutang. Bahkan, ribuan petani bunuh diri karena menderita dan tak mampu membayar hutang.
Di distrik Jalna, di negara bagian itu, sejumlah desa hanya berisi perempuan dan anak-anak yang dirawat oleh saudaranya yang lebih tua. Mereka menjaga rumah-rumah dan ladang-ladang.
"Tak ada air, jadi tak ada pekerjaan yang mereka lakukan di ladang-ladang dan juga tak ada makanan bagi keluarga-keluarga mereka," kata Vishwanath Todkar dari Paryay, sebuah lembaga swadaya masyarakat nirlaba di distrik Osmanabad, yang membantu membangun sistem pengelolaan air di beberapa desa.
Ia mengungkapkan, mereka telah pindah ke kota-kota termasuk Mumbai dan Pune untuk mencari pekerjaan di sektor konstruksi dan buruh harian. Bahkan ada beberapa orang mengemis di jalan-jalan.
Yang lainnya, bersama keluarga mereka bekerja demi memperoleh uang seadanya dalam kondisi sangat menyedihkan di salah satu dari ratusan tempat pembuatan batu bata di negara bagian itu. Banyak wanita lajang dan janda telah dijadikan wanita tuna susila di kota-kota.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora