tirto.id -
Sebab, para pengendara tersebut banyak yang menggunakan helm, headset, dan juga bercampur dengan bising mesin kendaraan. Sehingga menurutnya, upaya tersebut hanya menghabis-habiskan anggaran saja.
"Harusnya ada program peningkatan kesejahteraan. Seperti bagaimana agar warga nyaman di perjalanan dengan pohon-pohon dan taman. Sebenarnya yang harus dibangun bagaimana budaya tertib lalu lintas itu agar para pengendara tidak sembarangan di jalan," ujarnya kepada Tirto, Senin (15/7/2019).
Yayan menerangkan, berdasarkan catatannya, terdapat beberapa daerah di Depok yang terlihat cukup dipadati oleh pengendara. Seperti Jalan Margonda Raya, Juanda, Sawangan raya, Citayam, Limo, Cinere, dan beberapa jalan lainnya.
Namun di antara itu semua, penyebab terbesar kemacetan di Depok adalah jalan Margonda raya. Sebab, jalanan tersebut menjadi akses utama keluar masuk Depok ke Jakarta.
"Sekarang Depok di Margo itu sangat padat, bagaimana caranya itu membuat simpul transportasi, agar yang punya apartemen tidak bawa mobil semua, mau menggunakan transportasi umum. Karena Margo ada kampus, mall, apartermen, tempat usaha, dan lainnya. Pokoknya jantungnya Depok ada di Margo," ucapnya.
Sehingga menurutnya, Pemkot Depok salah kaprah dalam melakukan pembangunan di kota yang memiliki ikon belimbing tersebut.
Sebab, pembangunan kota depok hanya terpusat di beberapa daerah saja, salah satunya sepanjang jalan Margonda Raya.
"Sebaiknya bangunan seperti pusat perbelanjaan, mall, apartemen, kampus dan lainnya juga tersebar di Cimanggis, Bojong Gede, dan kawasan lainnya," tuturnya.
"Agar terjadi penyebaran dan pembangunan yang merata di kota Depok. Terus juga biar enggak terjadi kemacetan di sepanjang jalan Margonda lagi," tambahnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari