tirto.id - Karena kebijakan imigrasi Trump, sutradara asal Iran Asghar Farhadi terancam tidak dapat menghadiri Academy Awards ke-89, di mana film karyanya The Salesman dinominasikan sebagai film berbahasa asing terbaik. Menanggapi kabar tidak menyenangkan itu, penyelenggara Oscar mengatakan bahwa hal itu sangat meresahkan.
"Academy Awards merayakan prestasi dalam seni pembuatan film, yang berusaha untuk melampaui batas-batas dan berbicara kepada penonton di seluruh dunia, tanpa memandang perbedaan bangsa, etnis, dan agama," tulis juru bicara Motion Picture Academy dalam keterangan tertulis, seperti dilansir Antara, Minggu (29/1/2017).
Sebagai pendukung insan perfilman dan hak manusia di seluruh dunia, Motion Picture Academy menambahkan, pihaknya sangat meresahkan bahwa Asghar Farhadi – sutradara pemenang Oscar dari Iran "A Separation" – bersama para pemain dan kru untuk film nominasi Oscar tahun ini The Salesman, dilarang memasuki negara ini karena agama atau negara asal mereka.
Untuk diketahui, film The Salesman yang menceritakan tentang hubungan pasang surut pasangan kekasih, menghasilkan Shahab Hosseini sebagai aktor terbaik dalam Festval Film Cannes, di mana Farhadi juga memenangkan skenario terbaik.
Terkait kebijakan imigrasi itu pula, aktris Iran Taraneh Alidoosti yang membintangi The Salesman, baru-baru ini menyatakan dalam akun Twitter-nya bahwa dia tidak akan menghadiri Oscar sebagai bentuk protes.
Sementara itu, Hollywood pun ikut bereaksi terhadap kebijakan Trump yang melarang warga negara dengan mayoritas penduduk muslim memasuki AS. Sejumlah selebritas seperti Mark Ruffalo, Ava DuVernay, Kumail Nanjiani dan J.K. Rowling menggunakan Twitter untuk mengekspresikan tanggapan mereka.
Adapun aktor Seth Rogen mencuitkan gelaran aksi protes terhadap kebijakan Trump tersebut, "LA Protest untuk #Muslimban hari ini 1-5 di Federal Immigration Office, 300 N. Los Angeles St."
Dalam akun Twitter-nya, sang "Kapten Amerika" Chris Evan mengunggah foto yang berisi jumlah warga AS yang meninggal karena warga negara-negara Islam pada 1975-2015.
Dalam daftar tersebut, tujuh negara yang dilarang Trump tercatat tidak memiliki riwayat buruk terhadap warga AS. Sementara negara Islam lainnya seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang memiliki catatan justru tidak dilarang.
"Kita diizinkan untuk tidak setuju pada kebijakan imigrasi, namun berdasarkan informasi di bawah ini saya berjuang melihat hubungan antara larangan Trump dan logika," tulis Evans.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari