Menuju konten utama

Kebakaran Kampung Bandan: Saat Api Menerjang Sebelum Berbuka Puasa

Warga korban kebakaran berbuka puasa dan sahur di tenda darurat dengan mengandalkan bantuan dari donatur.

Kebakaran Kampung Bandan: Saat Api Menerjang Sebelum Berbuka Puasa
Warga menyelamatkan barang-barang miliknya pascakebakaran yang melanda permukiman padat penduduk di Kampung Bandan, Jakarta Utara, Minggu (12/5/2019). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.

tirto.id - Suwardi (55) berjalan mengitari wilayah RT 11 RW 05 Kampung Bandan, Pademangan, Jakarta Utara. Tapak kakinya menjejak dengan pasti tanpa curiga, padahal puing bangunan, pecahan kaca dan botol, paku berkarat serta entah benda tajam apalagi bisa saja menusuk kakinya yang hanya beralaskan sendal jepit.

"Ini rumah saya," ujarnya kepada reporter Tirto, Selasa (14/5/2019). "Bagus, kan, tapi kemarin."

Suwardi berdiri di atas puing-puing rumahnya yang nyaris rata dengan tanah. Senyumnya tak hilang. Bukan lantaran ia bahagia menerima nasib begini, tapi ia mendaku sudah bisa menerima keadaan.

Sabtu (11/5/2019), sekitar pukul 14.30 WIB, Suwardi masih bekerja di ruko yang hanya berjarak 500 meter dari rumahnya. Ia berniat menuntaskan pekerjaan lebih awal agar dapat membeli kudapan berbuka. Namun ternyata ia harus pulang lebih cepat dari perkiraannya sendiri.

"Ada yang teriak 'kebakaran... kebakaran...' Saya lihat asap muncul dari sana [wilayahnya]. Langsung saya lari ke rumah," ujar pria yang sudah menetap puluhan tahun di wilayah Pademangan ini.

Ketika berlari, Suwardi hanya memikirkan Istri, keenam anaknya, dan seorang cucunya. Mereka sekeluarga memang ada rencana untuk buka bersama.

Nahas, rumah mereka dilahap si "jago merah". Agenda buka puasa bersama pun harus dilakoni dalam suasana yang tak biasa.

"Kami buka puasa di depan ruko. Alhamdulillah, bantuan makanan cepat datang. Entah dari mana, saya juga tidak tahu," ujarnya.

Kini Suwardi bersama keluarganya masih mengungsi di tenda yang dibangun gabungan relawan swasta dan Dinas Sosial Jakarta Barat. Mereka bersama warga lainnya sudah empat hari berbuka dan sahur di dalam tenda dengan mengandalkan bantuan dari donatur.

Menurut Suwardi, kebakaran yang terjadi kemarin merupakan yang terparah dibanding yang pernah terjadi sebelumnya.

"Ini kebakaran paling parah selama saya tinggal dari tahun 1968. Waktu itu sempat kejadian, tapi gampang dipadamkan. Yang kemarin susah, anginnya kencang," kata dia.

Harapan untuk Mudik Ikut Terbakar

Cerita lain disampaikan Suriah, 30 tahun. Mimpi dia untuk bisa mudik ke Madiun pada lebaran 2019 hangus bersamaan dengan amuk si jago merah pada Sabtu sore.

Saat kebakaran terjadi, Suriah baru saja selesai memasak makanan siap saji untuk dagangannya. Menu hari itu, sambel goreng ati dan sayur tahu yang biasa ia jajakan untuk warga sekitar dan pekerja ruko.

"Lebaran di sini sajalah. Duitnya habis buat bertahan hidup sama kalau buat bangun rumah lagi. Mana tiket [kereta api] enggak bisa dituker, kalau dituker kena kepotong lagi," ujar Suriah kepada reporter Tirto, Selasa (14/5/2019).

Jika tidak ada insiden kebakaran, Suriah dan sang suami yang bekerja sebagai sekuriti di salah satu gedung di Jakarta Utara berencana membawa putrinya yang masih berusia 5 tahun untuk pulang ke kampung halaman.

Namun apa daya, uang tabungannya menipis dan ia pun terpaksa berhenti berdagang karena tak ada modal. "Mau bagaimana lagi," ujarnya.

Berbeda dengan Suriah, warga lainnya Herman (30) optimistis bisa mudik ke Bandung, Jawa Barat, pada lebaran tahun ini. Setelah kebakaran, istri dan ketiga anak Herman pulang duluan ke rumah orangtuanya.

"Kasihan kalau harus tidur di posko. Biar nanti saya yang nyusul belakangan," ujarnya.

Musala yang Baru Dibangun Ludes

Si jago merah tak hanya melahap ratusan rumah warga, tapi juga musala yang baru selesai dibangun dua bulan lalu.

Sebagian dinding musala yang masih berdiri terlihat menghitam. Puing bangunan, pecahan kaca, dan genting memenuhi lantai musala.

"Musala ini hasil urunan warga dan donatur. Baru diresmikan sekitar dua-tiga bulan yang lalu," ujar Amir, (41), salah satu warga Kampung Bandan.

Amir menjadi salah satu warga yang ikut gotong royong bersama warga lain membangun musala tersebut. Bahkan ia mendaku masih ada beberapa bagian yang mesti disempurnakan lagi.

"Sekarang harus dibangun lagi dari awal," ujarnya.

Terhitung baru tujuh kali ia merasakan salat terawih di musala tersebut. Untuk sementara, aktivitas keagamaannya terpaksa menumpang di masjid terdekat.

Menanggulangi kebakaran yang terjadi di Kampung Bandan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana membangun rumah susun (rusun) untuk warga. Rusun akan dibangun tepat di lokasi terjadinya kebakaran.

"Jadi bukan direlokasi ke tempat lain," kata Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, pada Selasa (14/5/2019).

Anies juga mengaku sudah berkoordinasi dengan PT KAI untuk membahas pemanfaatan lahan seluas 1 hektare yang ada di lokasi kebakaran.

"Lahan itu 1 hektare adalah milik PT KAI. Jadi tadi Direktur Aset KAI ikut di dalam rapim dan kami menyepakati bahwa akan dibangunkan pemukiman di sana," ujar Anies.

Baca juga artikel terkait KEBAKARAN KAMPUNG BANDAN atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Gilang Ramadhan & Mufti Sholih