Menuju konten utama

Kata Mereka yang Punya Pasangan Jauh Lebih Tua

Ada yang lebih esensial dalam menjalin hubungan, apalagi pernikahan dengan seseorang. Dan hal ini jelas bukan masalah umur yang terpaut jauh.

Kata Mereka yang Punya Pasangan Jauh Lebih Tua
Header diajeng Pasangan Lebih Tua. tirto.id/Quita

tirto.id - “Ada masanya kita harus membuat keputusan penting. Dan buatku, masa itu adalah ketika aku memutuskan mengejar dan menjalin hubungan serius dengan suamiku saat ini. Perbedaan usia kami lebih dari 20 tahun dan banyak yang beranggapan hubungan kami tak akan berhasil,” kata Brigitte Macron, istri Presiden Perancis Emmanuel Macron, dalam sebuah interview dengan Elle France.

Tepatnya, Brigitte lebih tua 24 tahun dari sang suami yang dinikahinya pada 2007.

Macron dan Brigitte mengaku perbedaan usia mereka melahirkan banyak stigma negatif yang menilai hubungan itu tidak akan berjalan mulus.

Pernikahan dengan pasangan terpaut usia cukup jauh juga dilakoni Thira (dengan perbedaan usia 9 tahun) dan Lia (dengan perbedaan usia 20 tahun). Keduanya tidak pernah membayangkan bakal membangun rumah tangga dengan lelaki yang terpaut usia jauh. Pertemuan dengan suami masing-masing bahkan jauh dari kesan romantis.

“Padahal satu almamater, tapi kami nggak pernah ketemu di kampus. Pertama ketemu malah di Jakarta tahun 2014,” ujar Thira. Sementara Lia bertemu dengan sang suami saat masih berstatus pegawai bank. Suaminya merupakan nasabahnya kala itu.

Header diajeng Pasangan Lebih Tua

ILustrasi Pria dan Wanita. FOTO/Freepik

Konon, kata orang perbedaan usia dengan pasangan idealnya tak lebih dari 5 tahun supaya tidak ada gap terlalu jauh soal gaya hidup, cara pandang, sampai cara berkomunikasi. Semakin sedikit beda usia pasangan, akan semakin kecil pula risiko berpisah.

Belum lagi, pasangan dengan beda usia lebih dari 10 tahun cenderung tak mendapat persetujuan dari lingkungan sosial.

Beruntung Thira dan Lia dikelilingi oleh keluarga dan lingkungan yang tak mempermasalahkan usia. “Mereka nggak mau terlalu ikut campur,” tutur Lia.

Hasil penelitian tak bisa ditelan mentah-mentah. Nyatanya, pengalaman Lia saat menjalin hubungan dengan pasangan seusianya langsung mematahkan hasil penelitian soal semakin kecil perbedaan usia, semakin kecil risiko perpisahan.

“Dulu aku pernah pacaran dengan yang seumuran, malah ditinggal kabur tiga bulan sebelum pernikahan. Jujur, itu bikin aku trauma bertahun-tahun. Jadi, begitu ada yang serius, kenapa tidak?” ujar Lia.

Di sisi lain, perbedaan usia bisa menjadi berkah karena bekal pengalaman pasangan yang jauh lebih tua tentu lebih banyak.

“Jujur, aku bisa lebih banyak ngobrol karena dia lebih tua jadi wawasannya dan pengalamannya lebih banyak. Lebih ngemong, lebih ngalah, lebih mau mendengarkan,” tukas Thira.

Header diajeng Pasangan Lebih Tua

Gerakan tangan mengekspresikan emosi. FOTO/Freepik

Hal serupa juga dialami oleh Presiden Macron. Macron mengaku, Brigitte selalu ada di sisinya mendampingi dan berperan penting pada masa-masa krusial dalam kehidupannya. “Tanpa Brigitte, maka tidak akan ada saya yang seperti ini,” ujar Macron.

Menggabungkan dua pribadi dengan karakter berbeda dalam sebuah hubungan tentu bukan hal mudah, apalagi bagi mereka yang menjalani hubungan dengan pasangan lebih tua.

“Tantangan terberat yang aku rasakan adalah soal beda cara pandang. Dia membebaskan anak soal apa pun, sementara aku cenderung takut risiko. Cara kami bicara juga beda. Dia cenderung kalem sementara aku lebih gamblang dan menggebu-gebu,” tukas Lia yang mengaku kerap gemas dengan cara suaminya dalam mendidik anak.

Diakui Lia, perkara LDM (long distance marriage) juga menjadi tantangan tersendiri. “Tapi makin ke sini aku lebih banyak diam. Lebih baik meredam emosi dulu daripada salah bicara dan malah maksudku jadi tidak tersampaikan. Apalagi kami LDM, waktu untuk ngobrol tatap muka hanya sekali dalam sebulan. Jadi waktu sesempit itu sayang kalau cuma dipakai berantem.”

Sementara bagi Thira, perbedaan usianya dengan suami hingga saat ini belum pernah menimbulkan masalah serius.

“Sejak pacaran sampai menikah, tidak ada tantangan yang timbul secara prinsip. Kami berdua bisa sama-sama menyesuaikan diri. Terus, ternyata bekal musik-musik jadul dari ayahku cukup membantu supaya bisa ngobrol lebih nyambung sama suami, hahaha,” seloroh Thira.

Ada satu fakta menarik. Secara global, 8,5 persen perempuan menikahi pasangan setidaknya 10 tahun lebih muda dari usia mereka.

Fenomena ini memberi gambaran tentang hubungan modern yang lebih dinamis serta adanya pergantian kultur sosial di masyarakat.

Sudah semestinya kualitas sebuah hubungan, utamanya pernikahan, tidak hanya diukur dari sedikit-banyaknya perbedaan usia.

Ada faktor yang jauh lebih esensial—mulai dari cara komunikasi, memegang komitmen, sampai kerendahan hati untuk saling menurunkan ego. Penilaian masyarakat bukanlah patokan karena, kembali lagi, ini tentang hidupmu dan pasangan.

Baca juga artikel terkait DIAJENG atau tulisan lainnya dari Syarahsmanda Sugiartoputri

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Syarahsmanda Sugiartoputri
Penulis: Syarahsmanda Sugiartoputri
Editor: Yemima Lintang