tirto.id - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyatakan motif pelaku pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo adalah pembalasan atas penangkapan pimpinan-pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Selain itu, aksi yang dilakukan teroris ini juga tidak terlepas dari perintah organisasi yang berafiliasi dengan JAD, yaitu Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Motifnya yaitu terkait dengan serangan ini karena adanya instruksi dari ISIS, sentral. Mereka terdesak dan mereka memerintahkan sel-sel di seluruh dunia untuk bergerak. Di tingkat lokal itu pembalasan dari kelompok JAD karena pimpinannya Aman Abdurrahman ditangkap," kata Tito dalam keterangan pers di Surabaya, Senin (14/4/2018).
Menurut Tito, selain di Surabaya, serangan teroris dengan senjata tajam juga terjadi di Paris pada Minggu (13/5/2018) waktu setempat. Serangan itu menyebabkan empat orang terluka dan dua tewas. Salah satu korban tewas yaitu pelaku yang ditembak mati oleh polisi.
Tito melanjutkan, motif pengeboman di Surabaya diduga pembalasan dari kelompok JAD karena pemimpinnya, Aman Abdurrahman, ditahan dalam kasus pendanaan dan pelatihan militer bersenjata di Aceh dan kasus bom Thamrin di Jakarta.
"Yang bersangkutan [Aman] telah divonis dan harusnya keluar pada Agustus lalu. Namun, Aman kemudian ditangkap kembali karena diduga keras terkait dengan perencanaan, pendanaan, kasus bom Thamrin di Jakarta awal tahun 2016," ujar Kapolri.
Setelah Aman ditangkap, kepemimpinan JAD dialihkan kepada pimpinan JAD Jawa Timur bernama Zainal Anshori. Namun, Zainal juga ditangkap oleh Mabes Polri beberapa waktu lalu karena terlibat dalam pendanaan untuk memasukkan senjata api dari Filipina Selatan ke Indonesia."Otomatis dalam proses hukum yang bersangkutan itu membuat jaringan JAD Jatim termasuk di Surabaya mereka memanas," kata Tito.
Menurut Tito, di Jatim sendiri kelompok yang paling bereaksi adalah JAD cabang Surabaya, yang dipimpin oleh Dita. Kelompok ini disinyalir melakukan langkah-langkah secara tertutup untuk melakukan dan mempersiapkan pengeboman di tiga gereja di Surabaya.
"Sehingga kembali saya tegaskan kerusuhan di Mako Brimob itu tidak sekadar masalah makanan yang tidak boleh masuk dari keluarga kepada tahanan, tapi juga karena ada dinamika internasional tadi serta upaya untuk melakukan kekerasan pembalasan atas ditangkapnya pimpinan mereka," pungkas Tito.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra