tirto.id - Hari Raya Nyepi jatuh pada tanggal 22 Maret 2023 mendatang. Adapun besoknya yaitu tanggal 23 Maret 2023 ditetapkan sebagai Cuti Bersama Hari Raya Nyepi 2023.
Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri yakni Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Nomor 1066 Tahun 2022 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama menyatakan bahwa tanggal 22-23 Maret 2023 adalah Hari Raya Nyepi dan Cuti Bersama Hari Raya Nyepi.
Selain cuti bersama Nyepi 2023, berikut ini jadwal cuti bersama 2023:
- 23 Januari: Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili
- 23 Maret: Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945
- 21, 24, 25, dan 26 April: Hari Raya Idul Fitri 1444 H
- 2 Juni: Hari Raya Waisak
- 26 Desember: Hari Raya Natal.
Makna Hari Raya Nyepi
Melansir laman Pemkab Buleleng, makna dari Hari Raya Nyepi sangat sesuai dengan tuntutan saat ini dan masa depan.
Sebelum Nyepi, diadakan upacara Tawur Kesanga adalah melestarikan alam. Hal ini sangat sejalan dengan tuntutan hidup sekarang dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) memiliki arti untuk memberi motivasi kepada umat Hindu, baik secara ritual maupun spiritual supaya alam selalu menjadi asal mula kehidupan.
Selain itu, Tawur Kesanga juga memiliki arti membuang sifat tamak yang ada dalam diri manusia. Hal ini berdasarkan arti kata “tawur” yakni mengembalikan atau membayar. Sudah jadi hal lumrah, manusia akan selalu bertahan hidup dengan cara mengambil hasil alam.
Tindakan mengambil tersebut akan menetap di dalam jiwa (karma wasana). Tindakan mengambil harus sebanding dengan tindakan memberi. Hal tersebut bisa berbentuk memberi persembahan dengan hati yang ikhlas. Mengambil dan memberi harus dijalankan supaya karma wasana dalam jiwa seimbang.
Dengan kata lain, Tawur Kesanga memiliki arti untuk memberi tekad meraih keseimbangan jiwa. Hal inilah yang harus dipupuk sebagai makna Hari Raya Nyepi dalam merayakan pergantian Tahun Saka.
Dalam sejarahnya, dengan merayakan Tahun Saka akan mendapatkan kesadaran akan toleransi dimana manusia di seluruh dunia ini sangat membutuhkan hal tersebut, baik itu saat ini atau di masa depan. Di era modern seperti sekarang, umat Hindu seolah berenang dalam lautan perbedaan.
Walaupun demikian sejatinya persamaan dan perbedaan sudah menjadi kodrat. Saat ini persamaan dan perbedaan makin terlihat jelas. Selain itu, juga telah menjadi hal yang tidak buruk. Bahkan akan menjadi sesuatu hal yang positif jika manusia bisa mengimbangi dengan akal serta perilaku yang baik.
Sekitar empat atau tiga hari sebelum perayaan Hari Raya Nyepi, umat Hindu akan melakukan upacara Melasti. Upacara Melasti tertera dalam lontar Sundarigama yang berbunyi “…manusa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek dewata.“
Makna lain dari perayaan Hari Raya Nyepi, terlebih upacara Melasti, serupa dengan upacara Nagasankirtan yang ada di India. Pratima yang menjadi lambang dari wahana Ida Bhatara, diarak berkeliling desa ke laut dalam upacara Melasti.
Hal ini dilakukan supaya kesucian pratima tersebut turut menyucikan desa. Sementara itu, dalam upacara Nagasankirtan di India umat Hindu keliling desa dengan menyanyikan nama Tuhan (Nama smaranam) dan bertujuan untuk menyucikan desa yang dilewatinya.
Penulis: Tifa Fauziah
Editor: Dipna Videlia Putsanra