Menuju konten utama

Kanye West Harus Belajar dari Selena Gomez

Demi Lovato, Selena Gomez berhasil melewati masalah gangguan mentalnya. Sayangnya, sangat sedikit orang yang mendapatkan perawatan yang baik sehingga bisa melewati masalah gangguan mentalnya. Bagaimana seharusnya.

Kanye West Harus Belajar dari Selena Gomez
penyanyi dan aktris Amerika Serikat, Selena Gomez. FOTO/vogue.com

tirto.id - Kanye West lagi-lagi jadi korban perundungan di dunia. Kali ini, Kanye West di-bully karena dianggap pura-pura gila demi mencari sensasi, sekaligus mendapat klaim asuransi.

Senin, 21 November 2016, Kanye memang dilarikan ke rumah sakit setelah berperilaku aneh di rumah pelatih olah raga personalnya. Perilaku aneh itu sempat melibatkan polisi, dan pemadam kebakaran, sebelum akhirnya Kanye bersedia dibawa ke Ronald Reagan UCLA Medical Center.

Perilaku aneh itu ternyata tak main-main. Kanye harus diinapkan dan menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Ia bahkan sampai membatalkan Saint Pablo, serangkaian tur musik yang tanggalnya sudah dirilis di 21 kota. Reality show keluarga Kadarshian yang kontroversial: Keeping Up with The Kadarshian, juga juga terkena dampaknya. Proses syuting musim berikutnya acara itu terpaksa ditunda, karena Kim memilih untuk menemani sang suami secara purnawaktu.

The New York Post melaporkan, Kanye mengalami depresi berat dan paranoia. Ia kelelahan secara mental akibat jadwal tur yang ultra-padat, urusan jenama fashion-nya, ditambah peringatan kematian Ibunya, Donda West, 10 November kemarin.

“Aku bisa paham. Terlalu banyak yang ingin ia suapkan di saat bersamaan, dari piringnya yang terlalu penuh,” kata Kim menggambarkan kondisi sang suami.

Sampai hari ini, Kanye masih di rumah sakit. Tim dokter bahkan menolak permintaan Kim untuk merawat suaminya di rumah, yang akhirnya membuat keduanya tak merayakan Thanksgiving.

Tapi para pembencinya tak peduli. Separah apa pun kondisi kesehatan Kanye, mereka tetap tak percaya. Sebagian besar orang bahkan mengolok-olok netizen yang bersimpati pada kondisi Kanye: “Oh, yang benar saja. Kalian tahu Kanye pura-pura (sakit). Dan sekarang kalian ikut pura-pura simpati padanya,” cuit seseorang di Twitter. Kicauan serupa tak sedikit muncul jika dicari menggunakan kata kunci: Kanye, dan fake.

Paling parah, media bahkan menuding Kanye pura-pura gila demi mendapatkan asuransi. Kabar ini tentu saja macam daging segar yang dilemparkankan ke kolam piranha, bagi haters Kanye. Antipati pada kondisinya viral di media, saat TMZ, portal entertainment di Amerika Serikat mengabarkan kalau Kanye bisa klaim $30 juta dari kondisi sakit dan pembatalan konsernya.

Tapi, salah satu orang paling berpengaruh di abad 20, dan orang nomor dua paling berpengaruh di satu dekade terakhir versi Time, Lady Gaga, berang pada netizen yang mengolok-olok kondisi Kanye. Ia berkicau: “Walau aku tak setuju dengan semua hal yang dilakukannya, tapi aku harap publik menunjukkan iba dan kasihnya pada @KanyeWest dan sesama. Satu kasih. Satu bangsa.” Ia juga menambahkan: “@KanyeWest aku mendukung dan mengasihimu, Bro. Aku melihat keteguhan hati dan keberanianmu untuk menghentikan tur itu dan memilih merawat diri. Kau seniman hebat.”

Bagi Gaga, isu kesehatan mental bukanlah barang candaan. “Sama sekali enggak lucu untuk bercanda tentang kemungkinan atau ketidakmungkinan seseorang yang punya masalah mental. Ini masa-masa sensitif. Mari berbuat baik dan mengasihi saja,” katanya dalam sebuah kicauan.

Terlepas dari benar atau tidaknya Kanye West menderita gangguan jiwa, tetapi apa yang disampaikan oleh Lady Gaga benar adanya. Masalah gangguan mental adalah hal yang tidak boleh disepelekan, dan tidak boleh menjadi stigma. Propaganda Gaga sejalan dengan Asosiasi Psikiater Dunia (World Psychiatry Assosiation). Dalam laporan berjudul Understanding The Impact of Stigma on People With Mental Illness, menegaskan kalau stigma berlebihan terhadap penderita gangguan kesehatan mental harus dihilangkan. Penderita gangguan mental selama ini harus berjuang dua kali akibat stigma yang ada. Pertama untuk menghadapi penyakitnya sendiri. Dan kedua, yang tak kalah berat, adalah untuk menghadapi stigma orang-orang di sekitarnya.

Berbeda dengan luka di fisik yang dapat dilihat proses penyembuhannya, gangguan mental membutuhkan perhatian lebih agar luka yang tak nampak di dalam otak sana bisa pulih. Menurut situs kesehatan WebDM.com, ilmuan meyakini kalau penyebab gangguan mental adalah tidak seimbangnya sejumlah senyawa kimiawi di otak, seperti yang populer di antaranya: dopamine, serotonin, dan adrenalin.

Tak main-main, WHO menyebut satu dari empat orang di dunia akan mengalami ganggungan jiwa di satu titik hidupnya. Sayangnya, hanya hanya 36 persennya dirawat baik-baik, sementara mayoritas penderita malah tak diobati.

Untuk itu, sejumlah pesohor pasang badan menjadi aktivis isu kesehatan mental sebagai upaya meredam stigma. Mereka ingin warga dunia mulai sadar bahwa gangguan mental bukan kiamat bagi penderitanya. Dengan pengobatan yang tepat, mereka yang didiagnosis tak sehat mentalnya bisa menjalani hidupnya normal: punya karier bagus, pasangan hidup, dan masa depan cerah.

Infografik Pengidap Gangguan Mental Yang Terkenal

Selain Gaga ada dua gadis jebolan Disney yang sering bersuara untuk para penderita gangguan mental, yakni Demi Lovato dan Selena Gomez.

Demi Lovato, biduan lagu “Stone Cold” membuktikan pada dunia bahwa penanganan yang baik dapat membuat orang dengan masalah kesehatan mental tetap berprestasi. Di usianya yang sangat produktif, Demi membuktikan kemampuannya memiliki karier cemerlang meski mengidap bipolar.

Sejak remaja, ia memang terkenal sering membuat sensasi dengan unggahan foto serta video pribadinya. Ia pernah mengunggah video dirinya yang mengeluh stres menjalani kehidupan sebagai selebriti. Beberapa kali, media juga memberitakan kalau Demi sempat berupaya mengakhiri hidupnya dengan menelan obat dengan dosis berlebih.

“Saat didiagnosis terkena bipolar, ada kelegaan tersendiri yang muncul,” kata Demi pada BeVocalSpeakUp, sebuah program hasil prakarsa warga Amerika yang peduli pada kesehatan mental. “Semua yang kulakukan selama ini jadi masuk akal, dan ada harapan untuk punya hidup lebih baik,” tambahnya.

Sebagai aktivis isu kesehatan mental, dalam setiap kesempatan, Demi selalu menyebarkan propaganda bahwa penderita bipolar seperti dirinya pun bisa tetap berkarya dan hidup normal. “Dan aku sangat bersyukur dengan orang-orang di sekitarku, yang selalu mengerti dan membantuku melewati masa-masa buruk itu dulu,” kata Demi.

Cerita serupa juga dibagikan Selena. Penyanyi tembang “Killing Them With Kindness” ini juga mengalami tahun yang buruk seperti Kanye. Pertengahan tahun, ia juga mengalami penurunan kondisi mental sehingga harus masuk rehabilitasi untuk waktu yang cukup lama. Lagu terbarunya itu bahkan sempat tersendat jadwal promosinya, setelah Selena membatalkan tur dunianya, bertajuk Revival.

Tapi Selena kembali dengan gagah berani menceritakan pengalamannya pulih, di atas panggung American Music Award, dua minggu lalu. Saat ia mendapat piala pertamanya untuk ajang itu. Sambil sedikit sesenggukan ia bilang, “…aku sangat bersyukur karena bisa berbagi hal yang kusuka dengan orang-orang yang kucintai setiap hari. Dan aku harus berterima kasih sekali pada kalian para penggemarku, yang selalu membuatku bertanya-tanya kenapa aku dianugerahi kalian yang begitu loyal.” Air matanya jatuh.

“Dan kalau kau sedang hancur. Kau tak harus terus-terusan hancur!” katanya menyemangati.

Kalimat itu mungkin bisa jadi penyemangat bagi Kanye West yang sedang berjuang seperti Selena tempo hari. Karena, jika Kanye berhasil menang melawan penyakitnya, ia juga akan jadi bukti bahwa orang-orang yang dilabeli menderita gangguan mental bisa sama suksesnya dengan mereka yang tidak; atau mungkin lebih sukses, seperti Selena dan Demi.

Baca juga artikel terkait GANGGUAN MENTAL atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti