Menuju konten utama
Piala Dunia 2022

Kans Timnas Prancis Hadapi Kutukan Juara Bertahan Piala Dunia

Timnas Prancis mesti menghadapi fenomena unik yang menimpa para juara bertahan. Bagaimana kans Les Bleus terhadap kutukan tersebut di Piala Dunia 2022?

Kans Timnas Prancis Hadapi Kutukan Juara Bertahan Piala Dunia
Selebrasi Kemenangan Perancis Piala Dunia 2018 Rusia, di Luzhniki Stadium, Moskow, Rusia, Minggu (15/07/2018). AP Photo/Martin Meissner

tirto.id - Timnas Prancis tak hanya bakal bersaing dengan 31 negara di Piala Dunia 2022, demi mempertahankan gelar mereka di Qatar. Pasalnya dalam Piala Dunia nanti mereka juga akan melawan fenomena unik yang kerap dikaitkan dengan kutukan juara bertahan, yakni tampil di bawah performa atau bahkan tersingkir di fase grup.

Prancis sukses menyabet gelar juara dunia kedua mereka di Rusia 2018. Saat itu Les Bleus mengalahkan Timnas Kroasia dengan skor 4-2 di Stadion Luzhniki, Moscow, pada 15 Juli 2018.

Timnas Prancis saat itu terbantu oleh gol bunuh diri Mario Mandzukic, sebelum Antoine Griezmann, Paul Pogba, dan Kylian Mbappe menambah gol. Sedang Timnas Kroasia saat itu hanya bisa mencetak 2 gol melalui Ivan Perisic dan Mandzukic.

Gelar juara tersebut memang sangat menggembirakan. Tapi di sisi lain, Prancis juga dihadapkan pada sebuah fakta unik yang terjadi dalam beberapa edisi Piala Dunia sebelumnya. Fenomena tersebut adalah sang juara bertahan akan tersingkir di fase grup pada edisi berikutnya.

Timnas Prancis bahkan pernah mengalaminya sendiri. Les Bleus meraih trofi Piala Dunia pertama kali pada 1998 di kandang sendiri, usai mengalahkan Brasil 3-0 di final. Sepasang gol Zinedine Zidane dan tambahan 1 gol jelang laga berakhir oleh Emmanuel Petit telah memberikan kemenangan meyakinkan bagi Les Bleus.

Lalu 4 tahun berselang di Piala Dunia 2002 Korea-Jepang, Timnas Prancis pun datang sebagai unggulan. Status itu kian menguat karena 2 tahun sebelumnya mereka juga menjuarai EURO 2000, dengan mengalahkan Italia 2-1.

Tapi apa daya, Prancis babak belur di Piala Dunia 2002. Mereka menjadi juru kunci Grup A dengan catatan hanya 1 poin, yang diraih saat bermain imbang 0-0 kontra Uruguay. Secara keseluruhan tak ada gol yang bisa dicetak skuad Prancis kala itu, karena dalam 2 laga lain mereka kalah 0-1 dari Senegal, lalu 0-2 dari Denmark.

Tak berhenti sampai di situ. Nasib buruk juga dialami Timnas Italia usai menjuarai Piala Dunia 2006, dengan menundukkan Prancis di final via adu penalti.

Italia datang sebagai unggulan sekaligus juara bertahan di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Hasil drawing di atas kertas juga menguntungkan Gli Azzuri lantaran mereka hanya tergabung bersama Paraguay, Selandia Baru, dan Slovakia.

Tapi malang tak dapat ditolak. Timnas Italia yang sudah ditinggal sejumlah bintangnya, seperti: Francesco Totti, Alessandro Del Piero, Luca Toni, dan Filippo Inzaghi justru dibuat babak belur di fase grup.

Italia menjadi juru kunci Grup F dengan perolehan hanya 2 poin. Hasil itu terjadi usai hanya main imbang lawan Paraguay (1-1) dan Selandia Baru (1-1), serta kalah dari Slovakia (3-2).

Gelar juara di Piala Dunia 2010 lantas digenggam oleh Spanyol. Di partai final, gol tunggal Andres Iniesta sukses mengantar La Furia Roja menundukkan Timnas Belanda.

Ironisnya, 4 tahun kemudian di Piala Dunia 2014 Brasil, Timnas Spanyol juga gagal lolos dari fase grup. Spanyol asuhan Vicente Del Bosque saat itu menempati peringkat 3 dengan 3 poin.

Fenomena unik ini lantas berlanjut terhadap Timnas Jerman yang meraih trofi Piala Dunia 2014, usai menundukkan Argentina dengan skor 1-0 di final. Saat Piala Dunia 2018 Rusia, skuad Der Panzer justru menjadi juru kunci fase grup, usai tak mampu bersaing dengan Swedia, Meksiko, dan Korea Selatan.

Kepastian Jerman gagal lolos dari fase grup terjadi secara dramatis pada matchday 3. Diunggulkan bisa mengalahkan Korsel asuhan Shin Tae-yong, Jerman justru akhirnya yang menelan kekalahan 0-2. Menjadi lebih menyedihkan karena 2 gol kemenangan Korsel diciptakan Kim Young Gwon menit 94, dan Son Heung Min menit 96.

Antara Piala Dunia 2002 hingga 2018, hanya Brasil yang selamat dari kutukan gugur di fase grup. Sukses juara di tahun 2002, Brasil sanggup lolos dari fase grup di Jerman 2006. Perjalanan mereka saat itu terhenti di perempat final, usai dikalahkan Prancis.

Jelang Piala Dunia 2022, Timnas Prancis seharusnya bisa belajar dengan apa yang sudah terjadi. Terlebih mereka juga pernah merasakan fenomena pahit tersebut pada edisi 2002. Status juara bertahan sudah seharusnya tak membuat sebuah tim untuk lengah terhadap lawan, maupun mengendurkan fokus mereka.

Terlepas dari itu, ada tantangan lain yang mesti dihadapi Prancis jelang berlaga di Qatar. Pelatih Didier Deschamps tak bisa membawa komposisi pemain secara maksimal, selepas banyak dari pemain andalan mereka yang cedera.

Timnas Prancis dipastikan kehilangan Paul Pogba dan N'Golo Kante. Padahal keduanya merupakan andalan di lini tengah ketika mereka juara di Rusia. Kiper Mike Maignan juga absen karena cedera, meski sejatinya ia tengah dalam performa bagus bersama AC Milan.

Lebih buruknya lagi ketika skuad resmi sudah diumumkan, Timnas Prancis justru harus kehilangan 2 pemain lagi karena cedera. Mereka adalah Presnel Kimpembe dan Christopher Nkunku. Pada akhirnya, Didier Deschamps harus memanggil Axel Disasi dan Randal Kolo Muani untuk menggantikan keduanya.

Tapi Deschamps sejatinya tak perlu terlalu khawatir. Ia masih memiliki banyak pemain hebat di dalam skuad, seperti: Kylian Mbappe, Karim Benzema, Hugo Lloris, dan Raphael Varane. Ada juga para pemain muda potensial, seperti: Aurelien Tchouameni, Eduardo Camavinga, William Saliba, dan Matteo Guendouzi.

Modal lainnya adalah Prancis punya rekor tak buruk atas calon lawan mereka di Qatar nanti. Prancis punya rekor berimbang melawan Denmark, khusus di ajang Piala Dunia. Sementara kontra Australia, Les Bleus terbukti menang 2-1 ketika berjumpa pada edisi 2018 lalu. Kemudian terhadap Tunisia, kedua tim belum pernah saling bertemu.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2022 atau tulisan lainnya dari Wan Faizal

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Wan Faizal
Penulis: Wan Faizal
Editor: Oryza Aditama