Menuju konten utama

Kang Daniel Hiatus & Bagaimana Panic Disorder Bisa Sangat Beracun

Mengenal gejala dan penyebab panic disorder yang diderita Kang Daniel

Kang Daniel Hiatus & Bagaimana Panic Disorder Bisa Sangat Beracun
Kang Daniel Wanna one. Instagram/thisisdaniel_k

tirto.id - Kang Daniel kembali menjadi perbincangan hangat di dunia hiburan K-Pop. Pasalnya, mantan personel Wanna One tersebut mengaku sedang alami depresi serta panic disorder, sehingga kini ia memutuskan rehat dari industri hiburan Korea Selatan.

Pada 4 Desember 2019, agensi Kang Daniel, KONNECT Entertainment mengumumkan saat ini Kang Daniel sedang menjalani pengobatan untuk depresi dan panic disorder yang ia alami.

Panic disorder atau gangguan kecemasan memang banyak dialami selebritas di dunia hiburan, khususnya di Korea Selatan. Jadwal yang padat dan popularitas yang tinggi bisa jadi penyebab dari panic disorder.

Selain itu, menerima komentar jahat di internet juga bisa menjadi salah satu penyebab panic disorder, seperti yang diutarakan Kang Daniel. Penyanyi solo tersebut mengutarakan perasaan lelahnya, dan akhirnya menderita panic disorder karena berbagai rumor palsu dan komentar jahat yang ia terima.

“Apa kalian tahu bagaimana aku menerima cacian setiap hari dalam berbagai kata kasar serta makian berupa pelecehan seksual? Apa kalian tahu bagaimana orang-orang menilai hidupku berdasarkan rumor palsu, bagaimana aku bertahan hidup? Aku telah bertahan dengan susah payah. Namun kini aku sudah sangat lelah,” tulis Kang Daniel dalam laman fan cafe resminya, seperti dikutipOsen.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan panic disorder?

Panic Disorder

Sebagaimana dikutip Healthline, panic disorder terjadi ketika seseorang mengalami serangan panik yang tak terduga secara berulang. Serangan panik terjadi sebagai lonjakan intens atas ketakutan atau ketidaknyamanan yang memuncak dalam beberapa menit.

Orang-orang yang mengalami panic disorder hidup dalam ketakutan. Anda mungkin mengalami panic disorder ketika Anda tiba-tiba merasa diteror luar biasa dan tidak memiliki penyebab yang jelas.

Gejala fisik panic disorder bisa berupa jantung berdegup kencang, kesulitan bernapas, dan tubuh berkeringat.

Penyebab Panic Disorder

Masih dikutip dari sumber yang sama, penyebab panic disorder sendiri tidak bisa dipahami dengan jelas.

Panic disorder juga terkait dengan transisi signifikan yang terjadi dalam kehidupan. Beraktivitas, seperti kuliah, bekerja, menikah, atau semua transisi dalam kehidupan yang bisa menciptakan stres, dan akan mengarah pada perkembangan panic disorder atau gangguan kecemasan.

Selain itu, beberapa kondisi kesehatan fisik, seperti masalah tiroid, aritmia jantung, kafein atau zat/obat lain, dapat menghasilkan atau memperburuk gejala kecemasan.

Orang dengan gangguan panic disorder sering khawatir tentang kapan serangan berikutnya akan terjadi dan secara aktif mencoba untuk mencegah serangan di masa depan dengan menghindari tempat, situasi, atau perilaku yang mereka kaitkan dengan panic disorder tersebut.

Gejala Panic Disorder

Gejala panic disorder sering mulai muncul pada anak usia remaja dan dewasa di bawah 25 tahun. Jika kita tiba-tiba mengalami empat atau lebih serangan panik, atau merasa hidup dalam ketakutan akan adanya serangan kepanikan lainnya, mungkin kita mengalami panic disorder.

Serangan tersebut menghasilkan rasa takut intens yang dimulai tiba-tiba, seringkali tanpa peringatan. Serangan biasanya berlangsung selama 10 hingga 20 menit, tetapi dalam kasus yang ekstrem, gejala tersebut dapat berlangsung lebih dari satu jam. Hal ini bisa berbeda untuk setiap orang dan gejala yang bervariasi.

Gejala umum panic disorder, seperti dikutip National Institute of Mental Health (NIMH), adalah sebagai berikut:

    • Jantung berdebar, atau jantung berdetak dengan sangat kencang
    • Berkeringat
    • Gemetar
    • Sensasi sesak nafas, perasaan tercekik, atau tersedak
    • Perasaan akan datangnya malapetaka
    • Perasaan di luar kendali

Gejala-gejala gangguan kecemasan ini sering terjadi tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat diprediksi.

Cara Mengobati Panic Disorder

Perawatan untuk panic disorder adalah berfokus pada mengurangi atau menghilangkan gejala. Hal ini dilakukan melalui terapi dengan profesional dan dalam beberapa kasus bisa menggunakan obat-obatan, ataupun keduanya.

Terapi biasanya melibatkan metode Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Terapi tersebut mengajarkan kita untuk mengubah pikiran dan tindakan, sehingga dapat memahami serangan kepanikan yang datang dan rasa takutnya dapat dikelola.

Sementara itu, obat-obatan yang dikonsumsi juga tidak bisa menyembuhkan gangguan kecemasan tetapi dapat membantu meringankan gejalanya. Obat untuk panic disorder tersebut harus diresepkan oleh dokter, atau psikiater.

Kelas obat yang paling umum digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan adalah obat anti-kecemasan (seperti benzodiazepin), antidepresan, dan beta-blocker.

Selain melakukan pengobatan dengan menjalani terapi dan meminum obat-obatan, berikut ini ada beberapa cara lain yang bisa digunakan dan ditambahkan dalam terapi untuk mengurangi gejala panic disorder.

    • Support Group
Berbicara dengan teman atau anggota lain yang tepercaya juga dapat memberikan dukungan. Akan tetapi, itu belum tentu merupakan alternatif yang cukup untuk perawatan panic disorder, dibandingkan terapi yang diterima dari dokter atau profesional kesehatan lainnya.

    • Teknik Manajemen Stres
Teknik manajemen stres dan meditasi dapat membantu orang-orang dengan gangguan kecemasan menenangkan diri mereka sendiri dan dapat meningkatkan efek terapi.

Penelitian menunjukkan bahwa latihan aerobik dapat membantu beberapa orang mengelola kecemasan mereka. Namun, olahraga tidak boleh menggantikan perawatan standar dan juga diperlukan lebih banyak riset terlebih dahulu untuk melakukan kegiatan tersebut.

Selain perawatan ini, ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala panic disorder, yaitu mempertahankan jadwal rutin dan terencana, berolahraga secara teratur, tidur cukup, dan menghindari penggunaan stimulan seperti kafein.

Baca juga artikel terkait KANG DANIEL atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Maria Ulfa
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yulaika Ramadhani