Menuju konten utama

Kali Item Butuh Teknologi Pengolahan Air, Bukan Hanya Waring

Penggunaan waring bisa sedikit mengurangi aroma bau tak sedap dari Kali Item. Namun, kombinasi teknologi pengolahan air tetap diperlukan untuk menghilangkan bau sekaligus menjernihkan air.

Kali Item Butuh Teknologi Pengolahan Air, Bukan Hanya Waring
Petugas UPK badan Air menutup Kali Adem yang terletak di depan Wisma Atlet dengan menggunakan jaring hitam, Jakarta, Jumat (20/7/2018). Sungai dengan air berwarna hitam tersebut ditutupi jaring untuk mengurangi bau tak sedap dari Kali Adem sekaligus mensiasati estetika tata kota jelang gelaran Asian Games 2018. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Menjelang penyelenggaraan Asian Games Agustus mendatang, pemerintah melakukan banyak persiapan dan pembenahan agar acara yang dilaksanakan tiap empat tahun sekali tersebut dapat berjalan lancar. Salah satu tempat yang dinilai perlu dibenahi adalah Kali Sentiong di bilangan Kemayoran, Jakarta Utara.

Sungai Sentiong dinilai pemerintah dapat mengganggu kenyamanan para atlet Asian Games 2018 karena mengeluarkan bau tak sedap. Berdasarkan penelusuran Tirto pada Rabu (25/07/18), aroma menyengat memang tercium dari sungai yang juga akrab disebut Kali Item ini. Bau busuk itu semakin tajam saat angin bertiup.

Serupa dengan julukannya, warna sungai ini hitam pekat sehingga orang hanya bisa menyaksikan benda-benda yang mengapung di permukaan air.

Menurut Munari (52), warga daerah Sunter Bentengan yang sehari-hari berdagang di dekat Kali Item, selama puluhan tahun aroma Kali Item tetap menyengat. Ia mengatakan sumber bau tak sedap Kali Item berasal dari limbah rumah tangga warga yang dibuang ke sungai.

"Tapi sekarang mendingan. Sudah ada pembersihan sungai, pengerukan, pengangkatan sampah. Sudah dilakukan dari zaman Jokowi waktu masih jadi gubernur Jakarta," tutur Munari.

Soal aroma Kali Item yang tak berubah sejak dulu sampai sekarang dibenarkan oleh Muri (52). Sejak lahir hingga dewasa, ia tinggal di Sunter Jaya yang terletak di sekitar Kali Item. Selama kurun waktu tersebut, pria yang dua tahun belakangan berjualan minuman dan kudapan di dekat Kali Sentiong itu mengatakan bahwa kondisi Kali Item tidak mengalami perubahan berarti.

Mengingat letak kali yang tak jauh dari wisma atlet Kemayoran, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lantas meminta agar Kali Item ditutupi dengan waring selebar 20 meter yang terbentang sejauh 689 meter dari Jembatan Mato hingga Jembatan Jubilee School. Seperti yang dilaporkan Antara, Anies mengatakan bahwa pemasangan waring di atas Kali Item dilakukan untuk mengurangi penguapan air sungai, sehingga bau tak sedap berkurang dan tidak menyebar.

“Jadi ini bukan soal menutup warna sungai yang hitam, tapi juga lebih banyak pada soal aroma. Ini salah satu usaha dan minggu depan Insya Allah akan ada tambahan usaha untuk membersihkan sungai itu, sedang disiapkan,” kata Anies seperti yang dikutip Antara.

Waring yang digunakan Pemprov DKI tersebut merupakan alat berbentuk jaring yang biasanya berwarna hitam dan dipakai untuk keramba atau pagar pada tambak ikan agar tidak melompat keluar dari area tambak. Ukuran mata jaring waring kecil sehingga dianggap dapat menghambat evaporasi Kali Item.

Tak hanya waring, Pemprov DKI juga menggunakan aerator dan nano bubble yang kini telah dipasang di sekitar Kali Item. Aerator merupakan alat yang digunakan di kolam atau tambak yang berfungsi melakukan aerasi atau melarutkan oksigen di udara ke dalam air. Sementara itu, nano bubble adalah mesin penghasil gelembung yang larut dalam air dengan cara menginjeksi gas termasuk oksigen ke dalam cairan. Namun, kedua cara ini ternyata belum bisa mengurangi bau Kali Item.

Air yang berbau dan berwarna adalah persoalan menahun sungai-sungai di Jakarta. Menurut laporan bertajuk Atlas Status Mutu Air Indonesia Tahun 2016 yang disusun Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sungai-sungai yang mengalir di Jakarta masuk dalam kategori sungai dengan tingkat pencemaran tinggi.

Terdapat 13 titik yang menjadi dijadikan lokasi pemantauan. Di antaranya jembatan Pantai Indah Kapuk, Jl. Kwitang, Gajah Mada Tangki, Ancol Marina dan Gunung Sahari, Kampung Melayu Dalam, Jembatan Kalibata, dan Jl. KH Mas Mansyur. Dari ketiga belas tempat, skor mutu air sungai berkisar di atas -70. Dalam hal ini, sungai yang memiliki skor lebih dari -30 masuk dalam kelompok tercemar berat.

Memilih Malu

Melihat persoalan tersebut, Kepala Balai Pengembangan Instrumen (BPI) LIPI Anto Tri Sugiarto mengatakan bahwa penyelesaian pencemaran sungai di DKI Jakarta perlu pendekatan yang holistik. Pasalnya, sungai yang tercemar akan memengaruhi seluruh sistem air di Jakarta, karena air tanah dan kali di wilayah ini saling terhubung. Maka dari itu, Anto menilai penyelesaian masalah pencemaran sungai harus memperhatikan aspek teknologi biologi, fisika, dan kimia lewat cara konvensional atau bahkan proses yang canggih.

Menurut Anto, integrated floating wetland dapat menjadi jalan keluar untuk memulihkan kondisi sungai. Integrated floating wetland merupakan teknologi yang membenahi kondisi perairan menggunakan pendekatan ekosistem. Dalam penerapannya, integrated floating wetland memerlukan medium untuk menjadi tempat tanaman yang menyumbang oksigen hidup dan tumbuh. Oksigen ini kelak akan menghidupkan bakteri pengurai limbah sehingga sungai menjadi bersih.

Selain integrated floating wetland, masih menurut Anto, LIPI juga mempunyai teknologi nano bubble untuk pengolahan air limbah agar tidak mencemari sungai dan danau. LIPI pun memiliki integrated water management untuk pengolahan air tanah, danau, dan sungai.

Gadis Sri Haryani, peneliti di Pusat Penelitian Limnologi LIPI, mengatakan bahwa cara-cara tersebut bisa dipakai untuk memperbaiki sungai yang tercemar. Namun, masing-masing teknologi memiliki keterbatasan sehingga diperlukan kombinasi metode agar hasil yang diperoleh bisa maksimal.

Alasan serupa juga ia sampaikan ketika Tirto bertanya soal pemasangan waring di Kali Item. Ia menilai waring dapat mengurangi bau, akan tetapi hanya sementara saja. Sementara itu, penggunaan nano bubble bisa efektif tapi tergantung pada lama pemakaian alat dan ketinggian tingkat pencemaran sebuah perairan.

Oleh sebab itu, sumber pencemar Kali Item perlu diselidiki terlebih dahulu sehingga kombinasi upaya perbaikan kualitas air sungai dapat dilakukan. “Kalau memang di perairan sekarang pakai nano bubble dan sebagainya, ya, silahkan. Tapi treatment menggunakan berbagai macam teknologi pengolahan limbah mulai dari kolam pengendapan, penyaringan, atau menggunakan kolam wetland di mana ada tumbuhan yang berfungsi sebagai penyaring bisa jadi solusi,” ujar Anto.

Gadis Sri mengatakan bahwa upaya mengatasi pencemaran Kali Item selama ini tidak ada atau belum berjalan efektif sehingga air Kali Item. Keadaannya akan berbeda jika sumber pencemar sungai tersebut telah diketahui. Apabila persoalannya disebabkan oleh pembuangan yang bersumber dari kegiatan domestik, maka fasilitas pengolahan limbah terpadu bisa didirikan.

Infografik Kali Item Jelang Asian Games

Sementara itu, jika sumber pencemaran Kali Item adalah industri rumahan, maka upaya menyadarkan pelaku industri untuk menggunakan teknologi pengolahan air limbah dapat diusahakan. “Kalau kayak nano bubble itu 'kan mahal. Bisa menggunakan tanaman, kerikil, pasir, lalu dikombinasikan dengan tanaman yang tidak invasif. Kalau ada tanaman invasif di kolam tidak apa-apa, tapi di perairan bisa menimbulkan masalah,” ujarnya.

Gadis Sri menjelaskan bahwa lingkungan perairan pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mempurifikasi diri (self-purification). Namun, karena kondisi Kali Item sudah sangat tercemar, metode-metode canggih tersebut perlu diterapkan untuk menjernihkan air sungai.

Zenzi Suhadi dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengatakan bahwa usaha mengatasi pencemaran sungai di Jakarta yang tak maksimal memang bilang keladi masalah yang tak berkesudahan ini. Dihubungi Tirto lewat telepon, ia mengatakan bahwa aktivitas yang berisiko meningkatkan pencemaran sungai sudah seharusnya sudah dibatasi sejak dulu. “Tapi, izin pembuangan limbah masih dikeluarkan, izin pembuangan IPAL masih dikeluarkan, dan tidak didorong proses pembatasan pada izin baru. Pihak korporasi juga harusnya ditekan untuk menjalankan tanggung jawabnya," ujar Zenzi.

Menurut Zenzi, waring bisa jadi mengurangi bau tak sedap Kali Item. Tapi, hal itu bukanlah poin penting yang menjadi perhatiannya. Bagi Zenzi, langkah tersebut mencerminkan watak pemerintah di Indonesia yang lebih tunduk pada rasa malu terhadap orang asing ketimbang pada rakyatnya.

“Sebenarnya penutupan waring ini itu mencerminkan watak pemerintah di Indonesia. Karena hal serupa juga terjadi [pada persiapan ASIAN Games] di Sumatera Selatan. Penyebab kebakaran dan asap itu tidak diselesaikan. Yang dilakukan sekarang adalah semaksimal mungkin api tidak muncul dengan dilakukan proses pemadaman. Padahal apa yang membuat api di kawasan gambut itu terus muncul itu jelas di mata pemerintah, apa penyebab dan solusinya. Tapi, penyebab dan solusinya tidak ditindaklanjuti,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Nindias Nur Khalika

tirto.id - Teknologi
Penulis: Nindias Nur Khalika
Editor: Windu Jusuf