tirto.id - Namanya adalah Boots. Dan ia meramalkan bahwa Hillary Clinton akan mengalahkan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) bulan ini. Namun, Boots bukanlah peramal profesional—kalaupun profesi itu benar-benar ada. Ia bahkan bukan manusia.
Boots adalah seekor domba jenis Guernsey berbulu lebat berusia tiga tahun. Sehari-harinya, Boots tinggal di sebuah kawasan pertanian di Jedburgh, Roxburghshire, Skotlandia. Tetapi, Boots bukanlah domba biasa. Ia dipercaya memiliki kemampuan meramal sehingga dijuluki sebagai “fortune-telling goat”. Boots pernah dengan jitu memprediksikan hasil Brexit yang berlangsung pada Juni lalu.
“Boots adalah domba yang sangat populer. Saat ini hampir seluruh Inggris Raya sudah mengenalinya,” papar pelatihnya, Sue Zacharias, kepada The Scotsman.
Sue adalah pelatih sekaligus ibu bagi Boots. Ia merawat Boots sejak bayi karena induknya menolak merawat Boots. Sejak saat itu, Boots dilatih untuk mengisi atraksi di kelompok sirkus Les Amis D’onna equine.
Pada 7 November kemarin, akun SWNS TV mengunggah video saat Boots meramalkan hasil pilpres AS 2016 di Youtube. Metode ramal Boots sebenarnya sangat sederhana : ia hanya diminta untuk memilih dua kertas yang masing-masing bertuliskan nama Clinton dan Trump. Kertas itu diletakkan di atas sebuah meja yang membelakangi Boots, mungkin agar ia tidak mengintip.
Dan....ternyata Boots memilih Hillary! Entah apa yang dipikirkan Boots saat ia memilihnya. Apakah ia adalah seorang Demokrat? Apakah Boots berpikir jika sudah saatnya AS dipimpin seorang perempuan? Atau, mungkinkah ia pernah berbalas email dengan Hillary?
Namun, di tilik dari tingkah Boots yang dengan nikmatnya mengunyah kertas bertuliskan “Clinton” itu, mungkin saja ia cuma lapar.
Boots bukanlah satu-satunya binatang yang dilibatkan ke dalam keriuhan pilpres AS 2016. Di sela-sela pertarungan analisis dan jajak pendapat nan tajam dari para analis politik dan media-media besar, terselip beberapa kisah para binatang yang melemparkan ramalan atas hasil pilpres tersebut.
Trump Jadi Favorit
Popularitas binatang peramal mulai meroket sejak kemunculan Paul Si Gurita yang fenomenal pada gelaran Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Paul dikenal atas rekornya yang sukses memprediksikan hasil dari delapan pertandingan Piala Dunia 2010. Tak tanggung-tanggung, Paul juga sukses menebak kemenangan Spanyol atas Belanda di partai puncak.
Kiprah Paul yang fenomenal sampai memunculkan euforia di jagat media maupun media sosial. Ia dianggap sebagai pahlawan di Spanyol, negara yang “sukses” berkat ramalannya. Paul bahkan sampai diangkat menjadi warga kehormatan di kota Carballino, Spanyol. Sejak saat itu, mulailah bermunculan hewan-hewan “sakti” yang punya kemampuan linuwih untuk menyibak kabut masa depan.
Kini, saat dunia tengah diliputi ketegangan dalam menanti pimpinan baru negara adidaya AS, kemunculan hewan-hewan “sakti” ini seakan dapat menurunkan tensi yang terus meninggi. Satu fakta unik turut mengemuka : sebagian besar dari mereka menjagokan Donald Trump!
Geda adalah salah satu di antaranya. Geda adalah seekor monyet jinak yang tinggal di Shiyan Lake Ecological Park di provinsi Changsha County, Cina. Tak kalah dengan Boots, Geda juga menyandang gelar yang sangar : “sang raja peramal”. Ia sebelumnya sukses meramalkan kemenangan Portugal atas Perancis dalam final Euro 2016 lalu.
Seperti dilaporkan AFP, Geda dan pelatihnya sempat menggelar atraksi meramal pemenang pilpres AS pada 3 November lalu. Geda dilepas di depan dua tumpukan buah yang masing-masing dipasangi foto Clinton dan Trump. Hasilnya, Geda lebih naksir tumpukan buah dengan foto Trump. Bahkan, Geda pun sempat mencium foto Trump. Apakah Geda adalah simpatisan partai Republik?
Trump juga menangguk dukungan dari seekor babi yang tidak diketahui namanya di Arkansas. Sang babi adalah salah satu peserta dari lomba balapan babi di Scott Pumpkin Patch, negara bagian Arkansas. Dalam kesempatan itu, sang babi—yang didandani dengan sejumput rambut palsu ala Trump—berhasil melibas babi lainnya yang didandani dengan wig ala Hillary. Menariknya, si “babi pro Trump” sukses mengalahkan “babi pro Hillary” di negara bagian Arkansas yang notabene merupakan kampung halaman pasangan Clinton. Apakah ini pertanda baik untuk Trump?
Trump juga menjadi pilihan Felix, seekor beruang kutub asal Siberia. Dalam pertunjukan ramalan yang dihelat di kebun binatang Royev Ruchyev, Felix mengambil foto Trump yang tertancap di atas labu yang diukir dengan motif wajah Trump. Mungkin Felix hanya mengikuti arahan presidennya, Vladimir Putin, yang dikenal cukup dekat dengan Trump.
Rekan serumah Felix, Amur, tampaknya punya prediksi berbeda. Amur adalah seekor harimau Siberia yang juga menghuni kebun binatang Royev Ruchyev. Rumah boleh sama, tapi Amur tampaknya lebih sreg meramalkan kemenangan Hillary. Semoga saja Felix dan Amur masih mau bertegur sapa setelah pemilu selesai.
Namun, acara ramalan binatang terheboh menjelang pilpres AS 2016 tampaknya layak disematkan kepada gelaran “Shark Race To The White House”. Acara ini dihelat di Fort Lauderdale, negara bagian Florida, oleh sekumpulan ilmuwan laut dari Nova Southeastern University.
Ilmuwan-ilmuwan “gila” ini memilih dua hiu berjenis “mako” yang hidup di samudera Atlantik untuk mewakili Clinton dan Trump. Keduanya dipasangi sensor untuk memantau pergerakan mereka di dalam air. Selanjutnya, mereka menetapkan aturan : barangsiapa yang mampu berenang dengan jumlah mil terbanyak sampai 4 November, dialah pemenangnya.
Seperti dilaporkan Huffington Post, si hiu “pro-Trump” diberi julukan “Mako America Great Again”--plesetan dari semboyan “Make America Great Again” milik Trump. Sementara itu, hiu “pro-Hillary” diberi julukan “Swimming Stronger Together” yang juga diambil dari motto kampanye Hillary.
Bagaimana hasil perlombaan sangar itu? Ternyata, lagi-lagi Trump yang menang. Hiu “Trump” tercatat menempuh jarak sebesar 652,44 mil, sedangkan hiu “Hillary” hanya berhasil mencapai jarak 510,11 mil. Para ilmuwan bahkan berkelakar bahwa hiu “Trump” sempat menuduh hiu “Hillary” tidak layak memimpin karena “punya stamina yang terlalu lemah”--mengacu kepada sindiran Trump ketika Hillary pingsan di tengah-tengah kampanyenya.
Ramalan-ramalan yang dimunculkan binatang-binatang ini mampu menjadi gimmick yang mampu sedikit menyegarkan ketegangan dalam salah satu ajang politik paling panas di dunia ini. Selayaknya sebuah gimmick, hasilnya tentu saja tidak harus dimasukkan ke dalam hati.
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Zen RS