Menuju konten utama

Kakak-Adik yang Beda Nasib di Sepakbola

Paul Pogba punya dua saudara kandung yang tidak seberuntung dirinya. Inilah kisah Pogba bersaudara, juga kakak-adik lainnya yang berbeda nasib di sepakbola Eropa.

Kakak-Adik yang Beda Nasib di Sepakbola
Paul Pogba (kanan) dan Florentin Pogba. FOTO/Getty Images

tirto.id - Siapa tidak kenal Paul Pogba? Seabrek pencapaian memukau telah diraih gelandang Perancis ini, dari pemain muda terbaik Piala Dunia 2014, bergemilang juara bersama Juventus, hingga menjadi pesepakbola termahal sejagat-raya setelah resmi kembali ke Manchester United pada 8 Agustus 2016 lalu.

Tapi, ada dua Pogba lainnya yang tidak semujur itu. Florentin dan Mathias, yang tidak lain kakak kandung Paul, masih tertatih-tatih di rumput Eropa. Catatan menunjukkan perbedaan mencolok antara Paul dengan dua saudara serahimnya yang terlahir kembar itu.

Pogba vs Pogba

Dua dari tiga Pogba bersaudara dipertemukan di babak 32 besar Liga Eropa 2016/2017 antara Manchester United yang diperkuat Paul melawan klub Florentin, Saint-Etienne asal Perancis. Duel kakak-adik ini barangkali sudah ketentuan Tuhan. Takdir yang menyenangkan, begitu istilah manajer MU, Jose Mourinho, tentang peluang Paul dan Florentin saling sikut di atas lapangan.

Mou sudah pasti mengandalkan Paul. Dipulangkan dari Juventus dengan mahar 105 juta euro, ia memang wajib total untuk Setan Merah. Hingga pekan ke-24 Premier League musim ini, Paul selalu dimainkan kendati belum sepenuhnya tampil cemerlang. Ia mencetak 4 gol dan 3 assist dari 46 peluang yang dibuatnya dalam 2160 menit.

Di Liga Eropa sebelum bertemu Saint-Etienne, Paul main di 6 pertandingan dengan mengoleksi 2 gol dari 11 kesempatan yang didapatnya sejauh ini. Squawka mencatat, akurasi passing-nya cukup baik, 84 persen, namun akurasi tembakannya yang masih harus diperbaiki karena hanya menyentuh angka 38 persen. Namun, apapun itu, Paul tetaplah gelandang termahal di bumi sampai saat ini, masih muda lagi.

Sementara itu, di Ligue1 Perancis musim ini, Florentin baru menorehkan 13 kali penampilan bersama Saint-Etienne. Di Liga Eropa, Florentin yang berposisi sebagai bek lebih sering bermain ketimbang Paul dengan sudah tampil di 9 pertandingan.

Jika harus membandingkan, antara Saint-Etienne dan Manchester United juga terpampang ketimpangan yang nyata, layaknya Paul dan Florentin. MU yang sudah sangat melegenda di Inggris dan pernah disegani di Eropa dengan raihan 3 trofi Liga Champions serta masing-masing 1 trofi Piala Winners dan Piala Super Eropa, berbeda jauh dengan Saint-Etienne terkait prestasi di lingkup regional.

Klub yang berdiri sejak tahun 1919 ini memang pernah jaya di masa lalu dengan 10 kali menjadi juara Ligue1. Tapi, catatan kiprah Saint-Etienne di kancah Eropa tidak terlalu menjanjikan. Pencapaian terbaik Les Verts adalah sebagai finalis Liga Champions 1975/1976 atau yang saat itu masih bernama European Cup.

Kembali ke Pogba. Bicara tentang Paul dan Florentin, tentu saja juga harus menyinggung sosok Pogba ketiga, yakni Mathias. Karier sekaligus nasib kembaran Florentin yang usianya terpaut 3 tahun lebih tua dari Paul ini ternyata lebih apes lagi.

Nyaris saban musim Mathias selalu berganti-ganti tempat berlabuh, itu pun di klub-klub picisan yang jauh dari gegap-gempita sepakbola Eropa. Quimper, Wrexham, Crewe Alexandra, Pescara, Crawley Town, dan Partick Thistle, adalah barisan semenjana yang pernah dihuni Mathias sejak 2010. Kini, ia memperkuat klub Belanda, Sparta Rotterdam.

Uniknya, tiga Pogba bersaudara masing-masing menempati peran berbeda. Paul beroperasi sebagai gelandang di lini tengah, Florentin yang tinggi-besar menjadi bek di sentral pertahanan, sedangkan Mathias adalah seorang striker. Pastinya menarik jika ketiganya bermain di satu tim, meskipun peluang tersebut cukup sulit terwujud di level profesional.

Infografik Pogba Bersaudara

Sedarah Beda Negara

Lahir dari rahim yang sama belum tentu nantinya membela satu negara serupa. Itulah yang terjadi pada trio Pogba. Paul sejak mula memang sudah memilih Perancis, dari tim nasional U16, U17, U18, U19, U20, hingga menjadi salah satu pemain pilar di skuad senior Les Blues saat ini.

Pilihan berbeda diambil oleh kedua kakaknya yang sama-sama berpaspor utama Guinea, negara Afrika yang memang merupakan negeri leluhur keluarga Pogba. Hingga saat ini, Florentin telah mengoleksi 12 caps di tim nasional Guinea, sedangkan Mathias baru 2 kali memperkuat negaranya.

Lain nasib sekaligus beda negara terjadi pula pada pesepakbola kakak-beradik lainnya. Sebutlah Jerome dan Kevin-Prince Boateng. Karier Jerome konsisten cemerlang sampai detik ini, baik di klub maupun di tim nasional, yakni Jerman. Ia pernah memperkuat Hertha Berlin, Hamburg SV, dan Manchester City, serta kini masih menjadi bek andalan Bayern Munchen sejak 2011.

Jalan nasib Kevin-Prince tak semulus sang adik. Sama-sama mengawali karier di Hertha Berlin, ia kini terdampar di klub medioker La Liga Spanyol, Las Palmas, kendati sempat memperkuat klub-klub mapan macam Tottenham Hotspur, Borussia Dortmund, AC Milan, serta Schalke 04. Di level timnas, Kevin-Prince memilih tampil untuk Ghana.

Duo Alcantara, Thiago dan Rafinha, juga memilih kebangsaan yang berbeda beserta nasib di klub yang tidak sama pula, meskipun tidak terlalu timpang. Thiago mantap memilih Spanyol sebagai negaranya dan kariernya pun terbilang oke di Bayern Munchen setelah hengkang dari Barcelona pada 2013 lalu.

Adapun Rafinha tetap setia pada Brasil meskipun baru 2 caps yang dilakoninya bersama Selecao. Di tataran klub, ia juga masih teguh bertahan di Barcelona kendati cukup sulit meraih posisi sebagai pilihan utama di El Blaugrana dan sempat dipinjamkan ke Celta Vigo.

Masih banyak pesepakbola sedarah yang beda nasib dan masih aktif di Eropa, bahkan dengan kesenjangan yang cukup kentara. Sebutlah Thorgan dan Eden Hazard, Taulant dan Granit Xhaka, Tobias dan Bastian Schweinsteiger, Paul dan John Terry, Felix dan Toni Kroos, John dan Wayne Rooney, hingga Jordan dan Romelu Lukaku, serta lainnya.

Perbedaannya adalah, nama yang disebut kedua lebih dikenal dari nama pertama, misalnya bandingkan Thorgan Hazard dengan Eden Hazard. Jadi, gen atau lingkungan yang sama ternyata tidak mutlak berpengaruh terhadap kecemerlangan insan sekandung meskipun mereka menempuh jalan hidup serupa. Tentunya faktor bakat turut bermain di situ, selain juga unsur kemujuran.

Baca juga artikel terkait PAUL POGBA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya