tirto.id - Dalam rangka kunjungan kenegaraan Raja Salman bin Abdulazis Al Saud dari Arab Saudi ke Indonesia, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menggelar forum bisnis dengan The Council of Saudi Arabia Chamber of Commerce. Acara yang diselenggarakan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, pada Kamis (2/3/2017) tersebut dihadiri oleh sekitar 100 pengusaha dari Indonesia dan Arab Saudi.
Dialog tingkat tinggi ini turut dihadiri oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong. Agenda pembahasan difokuskan pada bidang-bidang yang meliputi minyak, gas, infrastruktur, kesehatan, pariwisata, properti, pemasaran, investasi, logistik, pendidikan, hingga pelatihan kejuruan.
Dalam sambutannya, Enggartiasto menyinggung sejarah hubungan dagang antara Indonesia dengan Arab yang sudah terjalin sejak lama. Dengan latar sejarah yang kuat, Enggartiasto optimistis para pengusaha Indonesia dan Arab Saudi tidak akan mengalami kesulitan dalam berbisnis.
"Kami juga akan melanjutkan reformasi kebijakan guna mempermudah regulasi serta memperpendek jalur distribusi. Ini akan menjadi kesempatan untuk berinvestasi di Indonesia," kata Enggartiasto.
Sementara itu, Ketua Kadin Indonesia, Rosan P. Roeslani, menyatakan Indonesia dan Arab Saudi merupakan kelompok negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi cepat dan dinamis. Di samping itu, keduanya juga memiliki persamaan dalam jumlah penduduk muda yang produktif dan berpotensi membawa perubahan pada kondisi geopolitik dan geo-ekonomi.
“Arab Saudi merupakan partner dagang paling potensial di Timur Tengah. Total perdagangan nonmigas antara Indonesia dan Arab Saudi tahun 2011 dan 2015 menunjukkan pertumbuhan yang positif, hingga mencapai 3,89 persen. Nilai ekspor nonmigas dan gas ke Arab Saudi pada 2011-2015 tercatat 1,83 miliar dolar AS per tahun. Arab Saudi juga menjadi negara yang paling banyak mempekerjakan pekerja dari Indonesia,” kata Rosan dalam sambutannya.
Selain itu, Rosan juga menyatakan pemerintah Indonesia saat ini terus melakukan deregulasi dengan menerbitkan sejumlah paket kebijakan. Upaya lain yang dilakukannya adalah dengan memaparkan berbagai reformasi kebijakan yang telah dibuat selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sejumlah reformasi kebijakan tersebut dinilainya mampu membuat iklim investasi di Indonesia lebih stabil.
“Pesan saya kepada investor adalah untuk fokus pada gambaran besar dan berani bertaruh pada investasi jangka panjang di Indonesia. Pasalnya Indonesia memiliki potensi besar untuk terus tumbuh perekonomiannya,” ucap Rosan.
Pada Rabu (1/3) kemarin di Istana Kepresidenan, Bogor, Presiden Joko Widodo telah menandatangani kesepakatan kerja sama senilai 9 miliar dolar AS atau setara dengan Rp130 triliun dengan Raja Arab Saudi. Disebutkan nilai kerja sama tersebut jumlahnya lebih besar dibandingkan kesepakatan kerja sama yang telah dilakukan Arab Saudi dengan Malaysia pekan lalu, yang hanya sebesar 7 miliar dolar AS.
Dari total dana kesepakatan kerja sama, dana sebesar 6 miliar dolar AS atau Rp80 triliun telah dialokasikan untuk kerja sama dengan perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco. Di samping itu, mereka juga telah menyepakati dana sebesar 1 miliar dolar AS atau Rp13 triliun dari Saudi Fund Development, yang akan digunakan untuk keperluan pembangunan infrastruktur, air minum, dan perumahan.
“Terkait program refining development masterplan di Cilacap antara Pertamina dan Aramco, kedua negara telah sepakat mendorong basic engineering design dan pembentukan joint venture dengan segera,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Rabu (1/3).
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH