tirto.id - Cape Town, 28 November 2024 — Dalam upaya menyambungkan kembali jiwa tradisi dan warisan budaya Indonesia, Konstelasi Artistik Indonesia mempersembahkan Kabata Tanrasula: A Voyage to Reignite Heritage.
Acara yang akan berlangsung di Castle of Good Hope, Cape Town Afrika Selatan pada hari Sabtu, 30 November 2024 ini adalah upaya untuk menyelami peristiwa pertemuan di masa lalu dan hari ini melalui imajinasi artistik, ekspresi kebudayaan, dan praktik tradisi dua bangsa.
Sebagai bagian dari rangkaian tiga fase program Seeking Tuan Guru, produksi Kabata Tanrasula melengkapi narasi yang menghubungkan berbagai kota di Indonesia dan Afrika Selatan.
Program ini didesain menjadi sarana dialog lintas budaya dan translokalitas yang menonjolkan hubungan genealogi, kebudayaan, historis, perjuangan bersama, dan keunikan tradisi dampak dari pertemuan dan percampuran Indonesia dan Afrika Selatan.
Tahun ini, tema "Voyage" dipilih untuk merayakan perjalanan baik fisik maupun spiritual yang membawa kita kembali pada akar tradisi dan menginspirasikan makna baru dalam perspektif hari ini.
Perjalanan Penuh Makna
Dalam pengertian etimologi Kabata berasal dari bahasa Maluku Utara berarti pantun, syair, atau puisi tradisional, sedangkan Tanrasula dari bahasa yang digunakan masyarakat Makassar untuk menunjukan sebuah tanda di wajah atau kepala seseorang jika sedang sangat marah atau sangat cinta.
Pada produksi ini, Kabata Tanrasula dimaknai sebagai syair-syair tentang kemuliaan manusia sebagai ciptaan, adalah refleksi dari kekuatan seni budaya sebagai perangkat semangat resiliensi untuk eksistensi manusia.
Selain itu Kabata Tanrasula menggambarkan konsep "perjalanan untuk menemukan unsur terdalam kemanusiaan".
Karya Kabata Tanrasula dikerjakan dalam 3 fase dengan pendekatan riset artistik sejak tahun 2022.
Proses fase 1 dimulai melalui dukungan Ford Foundation Indonesia, 6 seniman melakukan residensi di Cape Town selama 2 pekan untuk mengenal, menyerap dan menyelami lanskap kota Cape Town. Selain itu juga membangun interaksi mendalam dengan warga Cape Town hingga melahirkan karya work in progress.
Fase 2 didukung oleh Direktorat Perfilman, Musik, Media untuk menggelar proses inkubasi dan produksi karya. Hasilnya adalah pertunjukan Kabata Tanrasula di Benteng Fort Rotterdam pada Desember 2023.
Kementerian Kebudayaan RI kemudian memfasilitasi Fase 3, dengan tujuan mengembalikan temuan-temuan selama proses kepada masyarakatnya di Cape Town, sekaligus menegaskan kehadiran Indonesia dalam diri warga Cape Town berketurunan Indonesia.
Aristofani Fahmi dari Indonesia dan Thania Petersen dari Cape Town, dua nama yang membangun relasi dan landasan artistik karya ini, kemudian dikerjakan secara intens bersama oleh komposer Anggara Satria, Lawe Samagaha (Suhada), Maskur Daeng Ngesa, Ata Dengkofia (Hasan Ali), serta videografer Agus Eko Triyono.
Dalam proses kreatif, peran aktor dan Sutradara Ancoe Amar dan Mamedz Slasop sebagai penata cahaya, sangat signifikan mewujudkan elemen artistik yang didesain.
Menurut Helza, Program Manager Konstelasi Artistik Indonesia, "Kabata Tanrasula adalah salah satu produk dari riset artistik dalam program Seeking Tuan Guru oleh Konstelasi Artistik Indonesia. Pemilihan produk riset berupa seni pertunjukan diharapkan menjadi lebih diterima di segala lapisan masyarakat, terutama generasi muda. Perjalanan Kabata Tanrasula bukan hanya perjalan residensi dan riset seni biasa, namun juga sebuah perjalanan spiritual mengenal kembali sosok-sosok mulia Nusantara untuk diceritakan ulang”.
Selain pengkarya, produksi fase 3 Seeking Tuan Guru melibatkan seniman dan pendukung produksi dari Gowa, Bandung, Jakarta dan Yogyakarta seperti Bakri Daeng Bombong, Azis Daeng Gassing, Arif Daeng Rate, Zahran Dzulfiqar, Rizki Salman (Bowkir), Isa Natadiningrat dan Abimevlana Hatta.
Acara ini diproduksi bersama antara Konstelasi Artistik Indonesia dan Thania Petersen Studio dan difasilitasi oleh Kementrian Kebudayaan Indonesia, dan didukung oleh Konsulat Jenderal RI untuk Cape Town, Rise&Resist, beberapa komunitas lokal, para penggiat seni, dan masyarakat yang percaya bahwa budaya adalah fondasi penting dalam membangun dunia yang lebih manusiawi dan inklusif baik di Indonesia maupun di Cape Town, Afrika Selatan.
Tentang Konstelasi Artistik Indonesia
Konstelasi Artistik Indonesia, dirancang oleh Aristofani Fahmi sebagai direktur adalah sebuah platform dinamis yang mendorong pertukaran budaya dan ekspresi seni, memanfaatkan seni sebagai jembatan untuk mengatasi perbedaan budaya dan merayakan kemanusiaan bersama.
Sebagai pendongeng dan diplomat budaya, platform ini menciptakan pertunjukan serta residensi yang melampaui batas bahasa dan generasi, menghubungkan berbagai budaya.
Berakar pada aktivisme, pendekatan ini meyakini bahwa tantangan global seperti inequality, isu gender, dan perubahan iklim dapat diatasi dengan kembali kepada kearifan lokal dan penghormatan terhadap lingkungan.
Kabata Tanrasula adalah cerita kita bersama—sebuah panggilan untuk menghidupkan kembali kebanggaan akan akar budaya yang membentuk siapa kita hari ini.
Editor: Sekar Kinasih