Menuju konten utama

Juventus Punya Dosa dalam Dugaan Perkosaan yang Dilakukan Ronaldo

Tak cuma menghindari AS pada tur pramusim, Juventus juga melarang seluruh pemain tim perempuan bicara kasus perkosaan Ronaldo.

Juventus Punya Dosa dalam Dugaan Perkosaan yang Dilakukan Ronaldo
Ekspresi pemain Juventus, Cristiano Ronaldo melihat ke langit saat ia bereaksi dipertandingan sepak bola Serie A antara Juventus dan Lazio di Stadion Allianz di Turin, Italia, Sabtu, 25 Agustus 2018. AP Photo / Luca Bruno

tirto.id - Keberhasilan menjadi juara Piala Dunia Perempuan selama dua edisi beruntun sama sekali tidak membuat salah satu pemain AS, Alex Morgan menjadi seseorang yang bukan dirinya. Saban hari, di sela-sela latihan dan berbagai kesibukan Morgan akan membaca beberapa artikel menarik lewat gawainya, kemudian membagikan ke media sosial apa yang sepantasnya diketahui banyak orang.

Tak terkecuali pada Selasa (23/7/2019) waktu setempat. Morgan membagikan sebuah artikel yang disusun dua kontributor Vice, Brenda Elsey dan Jennifer Doyle lewat akun Twitternya.

"Ronaldo adalah Ikon Korupsi dalam Olahraga," begitu judul artikel tersebut.

Elsey dan Doyle menjabarkan bagaimana selama 2018, Juventus dan Nike, brand yang mengikat Ronaldo dengan kontrak seumur hidup, menutup mata soal skandal dugaan perkosaan yang diduga dilakukan sang megabintang itu terhadap Kathryn Mayorga, seorang warga negara AS.

Dengan menutup mata dengan skandal pelecehan seksual Ronaldo, Nike, menurut mereka sedang berupaya menegasikan kampanyenya sendiri yang kerap menjunjung tinggi kesetaraan, termasuk kesetaraan gender.

Sementara Juventus, dengan entengnya mengatakan kalau kasus yang melibatkan Ronaldo bukan perkara penting, karena sudah terjadi pada 2009.

"Kasus yang dituduhkan telah terjadi sekitar 10 tahun lalu, itu tidak mengubah pendapat kami tentang Ronaldo," tulis Juve dalam pernyataan resminya.

Menurut Elsey dan Doyle, sikap di atas adalah bukti betapa rapuhnya kesadaran moral klub berjuluk Si Nyonya Tua tersebut.

"Juvetus mengatakan profesionalisme dan dedikasi Ronaldo telah membikin skandal itu tidak mengubah pendapat mereka soal si pemain. Mari kita ingat, Juventus sendiri punya reputasi yang busuk: klub ini menjadi pusat dari Calciopoli," tulis Elsey dan Doyle.

Tulisan Elsey dan Doyle memang bukan artikel baru. Artikel itu telah tayang sejak 13 Oktober 2018. Namun, fakta tersebut sama sekali tidak mengubah situasi kalau sampai saat ini Juventus bersikap arogan dalam menanggapi perkara yang melibatkan pemain adalannya.

Membungkam Pemain dan Lari dari AS

Dua tahun terakhir, stigma positif terhadap kesetaraan gender sempat menempel pada Juventus karena mereka akhirnya memiliki tim sepakbola senior perempuan. Dan lebih meyakinkannya lagi, tim Juventus Perempuan senior langsung berhasil menjadi juara dua tahun beruntun pada debut keikutsertaan di Serie A.

Di balik sinyal positif itu, ada bau busuk yang tak banyak diketahui publik. Dan lagi-lagi, itu masih seputar perkara keterlibatan Ronaldo dalam kasus dugaan pemerkosaan.

Patronella Ekroth, salah seorang pemain yang menjadi sosok penting di balik keberhasilan tim perempuan Juventus menjadi juara Serie A musim lalu adalah orang yang paling vokal bicara soal betapa arogannya sikap manajemen Juventus. Menurut penuturannya, selama 2018, manajemen melarang keras seluruh pemain perempuan Juventus untuk berkomentar terhadap kasus yang menyeret Ronaldo.

"Kami [pemain perempuan] dilarang berbicara soal kasus Ronaldo. Kami diminta diam dan tidak boleh membicarakannya sepatah kata pun," aku Ekroth dalam wawancara dengan Expressen, Senin (22/7/2019) pekan ini.

"Saya juga terpaksa diam karena pada akhirnya omongan saya tak akan didengar. Saya merasa seperti sedang berada di penjara, tidak bisa melakukan apa yang saya inginkan," sambungnya.

Kondisi itu bikin Ekroth tidak kerasan di Turin. Per musim depan, bek berusia 29 tahun itu dipastikan pulang ke klub asal kampung halamannya di Swedia, Djurgardens IF.

Sikap arogan juga dipertontonkan Juventus dalam menjalani tur di musim panas ini. Awalnya, mereka dijadwalkan melakoni laga tur pramusim di Amerika Serikat, tapi karena adanya kasus dugaan yang menyeret Ronaldo, La Vecchia Signora mengajukan kepada pihak penyelenggara tur pramusim agar menggeser pertandingan mereka ke Asia. Alasannya: Juventus tak mau Ronaldo ditahan investigator AS.

"Penyelenggara dari sebuah tur pramusim akbar sepakbola [International Champions Cup] telah memutuskan menjaga Juventus dan Cristiano Ronaldo jauh dari AS tahun ini, demi menghindari risiko megabintang asal Portugal itu ditahan oleh pihak berwenang sebagai bagian dari penyelidikan pemerkosaan di Las Vegas," begitu bunyi laporan New York Times.

Berkat bantuan Juventus ini, Ronaldo benar-benar bisa lolos dari sorotan. Musim panas ini, dia dan Si Nyonya Tua cuma menjalani laga pramusim di Cina, Singapura, dan Swedia.

Kasus Belum Berakhir

Dugaan perkosaan Ronaldo terhadap Kathryn Mayorga pertama kali dilaporkan korban dan keluarganya pada 2018. Perbuatan kriminal itu diduga dilakukan di kawasan Palms Casino Resort, Las Vegas, pada 2009.

Kasus ini mulanya tak mendapat banyak perhatian hingga Der Spiegel, sebuah surat kabar dari Jerman, pada November 2018, merilis dokumen 41 halaman yang mengindikasikan kasus perkosaan ini memang benar-benar terjadi.

Dalam laporan yang sama Der Spiegel juga mengatakan kalau kuasa hukum Ronaldo telah membayarkan sejumlah uang sebagai tanda sepakat dengan kuasa hukum Mayorga agar perkara tidak dilanjutkan. Namun, Mayorga kemudian bereaksi keras dan melanjutkan gugatan karena merasa sama sekali tidak terlibat dalam negosiasi tersebut.

Ronaldo lantas sedikit bernapas lega karena seperti diwartakan VOA, pihak Mayorga akhirnya mencabut gugatan soal negosiasi uang pada 6 Juni 2016.

Kemudian terkait kasusnya, baru pada Senin (22/7/2019) kemarin, Kejaksaan Las Vegas membebaskan Ronaldo dari tuntutan. Mereka angkat tangan karena merasa tidak mampu mendapat bukti yang cukup untuk memproses kasus Ronaldo.

"Berdasarkan ulasan informasi yang disajikan saat ini, tuduhan kekerasan seksual terhadap Cristiano Ronaldo tidak bisa dibuktikan tanpa keraguan. Untuk itu, tidak ada dakwaan,” ujar pengacara distrik Clark County, Steve Wolfson seperti dikutip The Guardian.

Menariknya, keluarga korban merespons keputusan tersebut dengan sikap tidak menyerah. Cheryl, ibunda Kathryn Mayorga, mengatakan kalau perkara benar-benar belum usai dan membuka opsi untuk menempuh langkah hukum baru.

"Kami belum ingin berkomentar sekarang [soal pernyataan kejaksaan] karena kami tidak yakin ini sudah berakhir. Yang bisa saya katakana saat ini adalah, Kathryn butuh keadilan,” tandasnya.

Baca juga artikel terkait CRISTIANO RONALDO atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan