Menuju konten utama

Jutaan UMKM Bisa #TerusUsaha dengan Teknologi Inklusif Grab

Gabungan UMKM di seluruh Indonesia menyerap 97 persen tenaga kerja nasional dan memberikan kontribusi 61,07 persen terhadap total PDB.

Jutaan UMKM Bisa #TerusUsaha dengan Teknologi Inklusif Grab
Pedagang UMKM. FOTO/Grab Indonesia

tirto.id - Akhir Juni 2020, Grab, perusahaan aplikasi on-demand terbesar di Asia, meluncurkan program yang mungkin sama sekali tak terbayangkan bakal lahir dari perusahaan yang awalnya adalah perusahaan penyedia jasa transportasi: #TerusUsaha. Ini adalah program yang ditujukan agar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bisa beradaptasi dan tetap berkembang pada masa sulit seperti sekarang.

Sejak awal kemunculannya di Indonesia, Grab terus berusaha mengembangkan sayapnya lebih luas untuk dapat melayani kebutuhan harian masyarakat. Dari sekadar perusahaan berbasis transportasi, lalu ekspansi ke jasa pembelian makanan, kini mengembangkan ke lini logistik serta layanan keuangan dan juga turut serta dalam usaha pengembangan UMKM.

Apa yang dilakukan oleh Grab adalah upaya sungguh-sungguh untuk menguatkan tulang punggung perekonomian Indonesia. Laporan Kementerian Koperasi dan UKM (2018) menyebut bahwa jumlah seluruh UMKM adalah 64,2 juta unit atau 99,99 persen dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia. Sisanya, perusahaan besar, hanya 5.550 unit alias 0,01 persen.

Gabungan UMKM di seluruh Indonesia tercatat menyerap sekitar 97 persen tenaga kerja nasional dan memberikan kontribusi sekitar 61,07 persen terhadap total Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Sedangkan laporan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia dan Bank Indonesia menggarisbawahi bahwa 96 persen UMKM berhasil selamat dari banyak krisis yang menumbangkan perusahaan-perusahaan besar. Tak terkecuali krisis moneter yang membuat banyak perusahaan raksasa hancur lebur.

Tulang punggung inilah yang sekarang terancam patah akibat dihajar pandemi. Apalagi ketika banyak usaha mulai mengalihkan bisnisnya via online, sebagian besar pelaku UMKM masih kelabakan melakukan adaptasi di era digital ini.

“Bisnis kecil merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, namun 87 persen dari mereka masih offline. Dengan situasi dunia yang semakin bergantung pada kemampuan digital, mereka harus merangkul teknologi dan melakukan digitalisasi atau mereka akan tertinggal,” ujar Ridzki Kramadibrata, President of Grab Indonesia.

Usaha yang dilakukan oleh Grab membuahkan hasil menggembirakan. Selama pandemi, Grab sudah membantu digitalisasi 350.000 mitra UMKM, 35.000 pedagang pasar, 7.000 pasar tradisional, serta melahirkan 35 kemitraan dengan Pemerintah Pusat dan Daerah. Selain itu, Grab juga telah membuat 40 solusi digitalisasi baru bagi UMKM, mitra, dan masyarakat Indonesia.

Infografik Advertorial Grab B

Infografik Advertorial Grab B. tirto.id/mojo
Dari Aplikasi, Pembaharuan Teknologi hingga Komunitas

Dalam mengembangkan UMKM di seluruh Indonesia, Grab memadukan pendekatan online sekaligus offline. Lewat pendekatan online, Grab membuat aplikasi GrabMerchant. Ini adalah aplikasi all in one yang menghadirkan serangkaian fitur dan layanan digital agar pelaku UMKM bisa mengoptimalkan bisnisnya. Aplikasi ini dapat diunduh secara gratis dan berfungsi bagi siapa saja yang ingin memulai bisnis makanan dan toko kelontong digital bersama Grab.

“Platform GrabMerchant ini merupakan salah satu wujud komitmen jangka panjang kami untuk membantu percepatan transformasi digital UMKM di Indonesia. Lewat aplikasi ini, siapa saja bisa mendaftar, mengelola dan menerima laporan bisnis secara mudah,,” tutur Neneng Goenadi, Country Managing Director Grab Indonesia.

Sedangkan dalam pendekatan offline, Grab memakai konsep komunitas. Meski begitu, komunitas ini tetap berada di ranah digital, alias bertemu di berbagai tempat digital seperti situs GrabForGood, akun Instagram Juragan GrabExpress, serta akun media sosial GrabMerchant. Pendekatan komunitas ini, diakui atau tidak, adalah pendekatan menarik karena berhasil mengedepankan identitas sebagai pelaku UMKM dan menyediakan wadah untuk berdiskusi dan bertukar ide sesama pelaku UMKM.

Apa yang hadir di situs GrabForGood bukan hanya jejaring antarpelaku UMKM, melainkan juga mentoring, sesuatu yang sering kali diperlukan oleh banyak UMKM. Dengan mentoring, pelaku UMKM bisa menimba ilmu secara gratis dan juga mendalam, langsung dari para ahli yang membimbing mereka. Jelas sudah bahwa program semacam ini menimbulkan manfaat banyak.

Grab juga rutin memberikan berbagai kelas, baik online maupun offline, serta menyediakan modul video yang bisa diakses gratis oleh UMKM di akun media sosial Grab Indonesia. Tak lupa, Grab juga membantu membuka akses permodalan berbunga rendah, yang bekerjasama dengan Pegadaian, BRI, Pertamina, dan beberapa badan usaha terkait. Hal ini juga dirasa penting, sebab dari data Bank Indonesia, baru 20 persen UMKM yang punya akses modal usaha ke bank.

Semua usaha yang dilakukan itu kemudian ditambah dengan pembaruan fitur yang mempermudah UMKM mengembangkan usaha. Sekarang ada layanan GrabExpress antar kota untuk mengirimkan barang ke seluruh kota di Indonesia, GrabAssistant yang bisa membantu pelanggan berbelanja dari UMKM yang belum terdaftar di aplikasi Grab di 21 kota, fitur Solusi Mitra GrabMerchant yang menyediakan ragam solusi digital termasuk jasa kebersihan, percetakan digital, hingga pengelolaan iklan mandiri yang membuat UMKM bisa memilih tipe iklan, target pengguna, juga mengatur anggaran dan periode iklan melalui platform GrabMerchant. GrabMerchant sendiri adalah platform all-in-one, aplikasi dan web portal, dilengkapi dengan fitur-fitur yang mudah digunakan oleh para mitra merchant guna menjalankan dan mengelola bisnis mereka secara menyeluruh.

Dampak Nyata Teknologi Grab Bagi UMKM Indonesia

Semua perangkat bantuan yang disediakan oleh Grab ini jelas berdampak besar kepada berkembangnya usaha-usaha kecil dan menengah di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah Andromeda Sindoro, UMKM pemilik usaha Sweet Sundae Ice Cream di Yogyakarta.

“Grab membantu usaha kami bertahan di tengah pandemi, dan bisa mempekerjakan pegawai yang sekarang jumlahnya sudah 25 orang. Hanya dalam kurun waktu dua bulan, usaha saya yang sempat jatuh di awal pandemi langsung meningkat 85 persen dan mulai kembali berjalan normal,” tutur Andromeda. Usaha ini juga berusaha memberdayakan peternak susu sapi di Yogyakarta agar mata pencaharian mereka tetap terjaga.

Pihak yang merasa terbantu bukan hanya pemilik UMKM yang bergerak di bidang makanan atau minuman, melainkan juga para pedagang di pasar. Jessyca Maslie, pedagang sembako dari Tangerang, menyebut dirinya sangat terbantu dengan fitur-fitur Grab yang memudahkan pelanggan untuk belanja. Padahal sebelumnya, dia bahkan tak pernah kepikiran untuk berjualan secara online.

“Tiga bulan terakhir, aku belajar cara jualan online lewat HP. Sekarang pelanggan bisa pesan kapan aja, dan siap diantar pakai GrabExpress. Teknologi bantu kami bisa meningkatkan pendapatan hingga 3 kali lipat,” kata Jessyca.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Teten Masduki menyampaikan apresiasinya untuk Grab pada saat penandatangan nota kesepahaman bulan lalu, untuk mendigitalisasi ratusan ribu UMKM. “Dukungan bagi UMKM agar dapat bertahan dan terus berkembang di masa pandemi seperti saat ini harus diberikan secara berkesinambungan. Kami sangat mengapresiasi upaya-upaya yang telah dan terus dilakukan oleh Grab Indonesia yang terus berkomitmen dalam mendukung percepatan transformasi digital para UMKM,” paparnya.

Sebuah riset yang dilakukan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics di bulan Januari 2020 menemukan bahwa gig economy yang didukung oleh Grab telah memberi dampak bagi ketahanan ekonomi Indonesia. Mitra Grab dari 12 kota yang disurvei menyatakan bahwa Grab tidak hanya menawarkan peluang ekonomi yang lebih baik bagi pekerja informal tetapi juga meningkatkan pertumbuhan bisnis kecil dan menciptakan lapangan pekerjaan di luar platform Grab. Secara keseluruhan, pekerja mandiri dan UMKM dari platform Grab berkontribusi sebesar Rp77,4 triliun bagi ekonomi Indonesia pada 2019, meningkat 58% dari Rp 48,9 triliun pada tahun 2018.

Jika pandemi mengajarkan manusia untuk saling rangkul dan menguatkan, program #TerusUsaha adalah buah manis dari ajaran yang berlaku secara universal itu. Dengan teknologi Grab yang inklusif, semua orang bisa terus berjuang dan bangkit di tengah situasi menantang ini.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis