Menuju konten utama

JPPI: Pelajaran Agama Dipertahankan dan Metodenya Dibenahi

Pengajaran agama di sekolah seharusnya diterapkan dengan pendekatan dialogis dan nalar kritis.

JPPI: Pelajaran Agama Dipertahankan dan Metodenya Dibenahi
Pelajar dibimbing seorang ustad yang mengikuti program pendidikan diniyah di SD Negeri 42 Lamteh Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Kamis (2/3). Pemerintah telah merekrut 477 lebih ustad dan ustazah untuk mengembangkan program diniyah yang diterapkan di seluruh tingkat SD, SMP dan SMA di kota Banda Aceh yang diharapkan menjadi pendidikan karakter dengan fokus utama pelajaran agama. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/ama/16.

tirto.id - Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji menyoroti polemik penghapusan pelajar agama di sekolah.

Ubaid menyebut, pelajaran agama tidak bisa dihapuskan, karena masih dibutuhkan untuk siswa.
"Sebab, selama ini pelajaran agama di sekolah banyak disalahpahami untuk doktrinasi fanatisme buta dan antitolerasi. Bahkan kerap kali dibentur-benturkan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Itu yang tidak boleh terjadi," ujar dia, kepada Tirto, Selasa (9/7/2019).
Menurut dia, ajaran agama dengan kehidupan berbangsa dan bernegara itu harusnya saling menopang dan terintegrasi, bukannya terpisah.

Pengajaran agama di sekolah, kata dia, seharusnya diterapkan dengan pendekatan dialogis dan nalar kritis, bukan dengan cara satu arah yang mengakibatkan siswa terdoktrinisasi dan mendorong fanatisme.
Jika diajarkan dengan pendekatan dialogis, lanjut dia, cara pandang siswa akan lebih inklusif dan moderat.
"Tapi kalau pendekatannya doktrinasi, ini akan berakibat pada klaim kebenaran sepihak dan antitoleransi. Ini yang berbahaya dan bisa menjadi hulu dari radikalisme dan terorisme," kata dia.

Komisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti memperkuat pernyataan Ubaid. Menurut dia, selama ini pendekatan pembelajaran yang mayoritas digunakan guru masih konvensional dan kurang membuka ruang dialog.

Ia berharap agar ke depan, pendidikan agama didorong agar dapat memantik siswa berpikir kritis.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Zakki Amali