Menuju konten utama

Jokowi: Umat Islam Korban Terbanyak dari Perang dan Terorisme

Jokowi menjelaskan ada jutaan umat Muslim yang harus keluar dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Jokowi: Umat Islam Korban Terbanyak dari Perang dan Terorisme
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam Simposium Nasional Kebudayaan di Jakarta, Senin (20/11/2017). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan hampir 76 persen serangan teroris terjadi di negara Muslim. Ia mengatakan, hampir tidak ada satupun negara yang kebal terhadap ancaman radikalisme terorisme, termasuk Indonesia dan Pakistan.

“Umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik, perang dan terorisme,” kata Presiden Jokowi saat berbicara di hadapan anggota Parlem (National Assembly) Pakistan, di Islamabad, Jumat (26/1/2018) malam, seperti dikutip Seskab.go.id.

Lebih lanjut, Jokowi menjelaskan ada jutaan umat Muslim yang harus keluar dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik, hal itu bisa dilihat dari 67 persen pengungsi yang berasal dari negara Muslim.

“Apakah kita akan biarkan kondisi yang memprihatinkan ini terus berulang terjadi dan berulang terjadi lagi? Kalau Anda bertanya kepada saya, maka saya akan menjawab tidak,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Menurut Presiden, situasi konflik itu tidak boleh lagi dibiarkan terjadi. “Penghormatan kita kepada kemanusiaan, kepada humanity seharusnya yang menjadi pemandu kita dalam berbangsa dan bernegara, sekali lagi penghormatan terhadap kemanusiaan,” ucapnya.

Untuk itu, Indonesia terus bekerja sama dan berkontribusi untuk mengatasi perbedaan antar negara, seperti memberikan bantuan di wilayah konflik, mengatasi ancaman kejahatan lintas batas, termasuk perdagangan manusia dan ancaman terorisme.

Jokowi menilai bahwa senjata dan kekuatan militer tidak akan mampu menyelesaikan konflik, apalagi menciptakan perdamaian dunia. “Yang akan terjadi justru persaingan, perlombaan senjata yang akan terus menciptakan ketegangan. Indonesia adalah negara yang pernah mengalami konflik,” kata Presiden.

Konflik di Indonesia itu, dijelaskan Jokowi, pernah terjadi di Aceh hampir lebih dari 30 tahun dan tidak selesai dengan menggunakan pendekatan militer. Namun, konflik itu baru selesai dengan pendekatan negosiasi dengan dialog.

Jokowi mengemukakan, bahwa ekonomi sebuah negara tidak akan tumbuh apabila konflik dan bahkan perang terjadi.

“Konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapapun. Masyarakat terutama wanita dan anak-anak selalu menjadi pihak yang paling dirugikan dengan adanya konflik dan perang,” kata dia.

Selain itu, kata Jokowi, konflik dan perang juga menghancurkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai luhur kemanusiaan yang diberikan oleh Allah.

Baca juga artikel terkait UMAT ISLAM atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto