tirto.id - Sejak pekan lalu, Joko Widodo (Jokowi) terus-menerus didatangi beberapa sosok calon kepala daerah. Biasanya, Jokowi menerima para kontestan Pilkada 2024 itu di kediamannya di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, atau di rumah makan favoritnya. Teranyar, pada Selasa (5/11/2024), Jokowi disowani Cagub Sumatra Selatan nomor urut 1, Herman Deru.
Persamuhan itu dilangsungkan di rumah Jokowi selama sekitar satu jam. Herman Deru tiba di kediaman Jokowi pukul 11:30 WIB. Usai pertemuan, Herman mengaku kedatangannya ke rumah Jokowi secara khusus untuk meminta restu sebagai kontestan Pilkada Sumsel 2024.
Herman menyampaikan bahwa Jokowi berpesan kepadanya agar tak mengubah berlebihan kondisi yang sudah baik. Kepada Jokowi, Herman berjanji bakal konsekuen dan konsisten menjalankan wejangan terkait infrastruktur dan konektivitas antardaerah.
“Meminta restu supaya perjalanan bisa aman, nyaman. Insyaallah dimenangkan," ungkap Herman kepada awak media usia pertemuan dengan Jokowi.
Sebelum Herman, sejumlah calon kepala daerah juga sudah lebih dulu menghadap Jokowi. Misalnya, Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta, Respati Ardi dan Astrid Widayani. Paslon Pilkada Surakarta nomor urut 2 itu bertemu Jokowi di Wedangan Pendhopo, Mangkubumen, Kota Surakarta, Senin (4/11/2024) malam.
Pertemuan yang berdurasi sekitar satu setengah jam tersebut berlangsung intens. Jokowi melemparkan kelakar ketika mengetahui bahwa banyak awak media yang sudah menunggu di lokasi. Respati-Astrid menghadap Jokowi dengan kemeja biru laut khas Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
“Kami ini mau ngobrol rahasia, malah ditunggoniterus,” canda Jokowi kepada awak media.
Usai pertemuan, Respati-Astrid mengaku semakin semangat jelang hari pencoblosan. Keduanya merasa mendapat suntikan semangat dari sosok yang juga pernah memimpin Kota Surakarta selama 10 tahun. Respati-Astrid terpelecut agar makin gencar memperkenalkan diri kepada masyarakat Surakarta.
"Sangat menambah semangat kami berdua. Di waktu yang tersisa ini, kami semangat untuk lebih meyakinkan kepada masyarakat," ujar keduanya kepada awak media.
Sehari sebelumnya, Minggu (3/11/2024), Respati-Astrid sebetulnya ada di satu lokasi yang sama dengan Jokowi. Saat itu, Jokowi tengah bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto sembari makan malam bersama di Wedangan Omah Semar, Kota Solo. Usai makan malam, mereka berdua pulang semobil dan tidak membeberkan isi percakapan kepada awak media di lokasi.
"Ngobrolnya masalah ini dan itu," ungkap Prabowo sambil tertawa saat di dalam mobil bersama Jokowi.
Sementara itu, Respati-Astrid mengaku ada di lokasi yang sama karena bertemu dengan paslon Pilgub Jawa Tengah, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen. Namun, Luthfi-Taj Yasin memilih langsung meninggalkan lokasi tanpa memberikan pernyataan kepada awak media.
Di sisi lain, Respati-Astrid menyebut mereka belum sempat bertemu dengan Jokowi dan Prabowo malam itu. Mereka berempat merupakan calon kepala daerah yang disokong KIM Plus.
"Beliau [Jokowi dan Prabowo] ada urusan yang lebih penting," kata Respati di lokasi.
Calon kepala daerah dari KIM Plus lainnya yang lebih dulu bertemu Jokowi adalah Cagub Jakarta, Ridwan Kamil. Mantan Gubernur Jawa Barat itu berpasangan dengan Suswono di Pilkada Jakarta. Dia sowandi kediaman Jokowi di Solo pada hari pertama November, pekan lalu. RK mengklaim bahwa Jokowi mendukungnya maju sebagai Cagub Jakarta.
"Intinya Pak Jokowi mendukung. Bukti dukungannya adalah memberikan izin Projo untuk deklarasi mendukung pasangan RIDO," kata Ridwan Kamil di Indonesia Arena, Senayan, Jakarta, Sabtu (2/11/2024).
Berharap Pengaruh Jokowi
Analis sosio-politik dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Musfi Romdoni, memandang pertemuan Jokowi dengan para calon kepala daerah menandakan bahwa sang mantan presiden ingin menegaskan dirinya masih berpengaruh.
Musfi menilai ada semacam kepentingan bersama antara Jokowi dan partai politik (parpol) pengusung. Dari sisi parpol, tentu mereka berharap popularitas Jokowi mampu mendongkrak elektabilitas kandidat yang diusung.
“Bisa dikatakan ini simbiosis mutualisme,” kata Musfi kepada reporter Tirto, Selasa (5/11).
Sementara itu, menurut Musfi, pertemuan-pertemuan itu bagi Jokowi bisa bernilai sebagai investasi politik. Jokowi dapat menjaga pengaruhnya apabila kandidat kepala daerah yang dipromosikannya menang Pilkada 2024.
Tak heran pula mengapa Jokowi memilih berjumpa dengan calon kepala daerah dari Solo, Jawa Tengah, dan Jakarta. Musfi menilai daerah tersebut begitu vital dan sangat simbolik.
“Solo adalah rumah Jokowi, Jawa Tengah adalah simbol kemenangan PDIP, sedangkan Jakarta adalah simbol dari pengaruh nasional,” sambung Musfi.
Kendati demikian, Musfi melihat dukungan Jokowi kepada para calon kepala daerah belum berpengaruh signifikan. EndorsementJokowi belum membuat elektabilitas dari Ahmad Lutfhi ataupun Ridwan Kamil mengungguli kandidat lain. Elektabilitas dari Luthfi dan Ridwan Kamil bahkan semakin tersalip jika melihat beberapa hasil survei Pilgub Jakarta dan Pilgub Jateng.
Namun, kata Musfi, mujarab tidaknya efek Jokowi perlu ditunggu jelang waktu pencoblosan di 27 November mendatang. Bila pengaruh Jokowi masih besar, endorsementitu akan membuat KIM Plus memanaskan mesinnya untuk bekerja ekstra.
“Kalau ternyata tidak ada perubahan elektabilitas, berarti pengaruh Jokowi hanya angin lalu. Dukungannya hanya dimanfaatkan untuk meningkatkan popularitas semata,” ucap Musfi.
Jokowi Masih Ingin Berkuasa?
Analis Politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Kunto Adi Wibowo, menilai Jokowi memang memiliki kepentingan pribadi dengan secara terbuka mendorong kandidat kepala daerah tertentu. Menurut Kunto, para kandidat yang dipromosikan Jokowi bisa saja memang sejak awal direkomendasikan olehnya untuk diusung KIM Plus.
Hal itu menjelaskan mengapa Jokowi hanya terlihat mendorong segelintir calon kepala daerah saja.
“Jadi, ada semacam malu dong calonnya kalau enggak menang. Itu yang kemudian didorong pak Jokowi sekarang,” kata Kunto kepada reporter Tirto, Selasa.
Jokowi dinilai berupaya mempertahankan posisi politiknya dengan terlibat percaturan politik lokal. Terlebih, tak ada larangan bagi mantan Presiden RI untuk mempromosikan calon kepala daerah tertentu. Kunto menilai bahwa mantan Gubernur Jakarta itu saat ini tidak ada dalam naungan parpol semenjak hubungannya dengan PDIP renggang.
Jokowi juga bukan seorang ketua umum parpol. Namun, harus diakui bahwa Jokowi punya basis massa dari akar rumput yang cukup kuat. Hal inilah yang dimanfaatkannya sebagai daya tawar usai lengser dari jabatan Presiden RI.
“Pesannya sih Jokowi mau punya powerdi akar rumput, basis massa yang bisa dia gerakan tanpa pengaruh parpol. Ini menjadi tantangan bagi parpol justru sih,” ucap Kunto.
Sementara itu, peneliti politik senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor, menilai bahwa pengaruh Jokowi akan berangsur-angsur pudar. Firman mengatakan bahwa praktik mantan presiden mendorong calon kepala daerah tertentu itu sebagai hal yang biasa. Namun, momen pilkada memang sengaja dipilih Jokowi sebab kekuatan politiknya masih dihargai karena baru lengser dari jabatan presiden.
“Ini seolah ingin membuktikan bahwa Jokowi belum habis,” ujar Firman kepada reporter Tirto, Selasa.
Menurut Firman, efek Jokowi tidak akan berpengaruh signifikan, meskipun bukan berarti tidak ada sama sekali. Pasalnya, Jokowi menutup masa baktinya sebagai Presiden RI dengan endingyang kurang mulus dalam kacamata rakyat. Dalam kontestasi Pilkada 2024, Jokowi tentu diharapkan parpol pengusung mampu melesatkan kredibilitas calon kepala daerah.
“Saya melihat yang lebih menerima manfaat justru bukan Jokowi-nya, tetapi para cakada,” ucap Firman.
Sementara itu, analis politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menyatakan bahwa memang sah-sah saja Jokowi mempromosikan calon kepala daerah, bahkan menjadi juru kampanye di Pilkada 2024. Apalagi, calon kepala daerah dari koalisi gemuk yang mendorong Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka menjadi presiden dan wakil presiden.
Namun, kata Dedi, langkah ini berpotensi merusak reputasi ketokohan Jokowi. Rakyat bisa menilai mantan presiden dua periode itu terlalu banyak cawe-cawe. Rasanya, kata Dedi, hal ini dipicu oleh hasrat kekuasaan dan pengaruh politik yang belum habis dari diri Jokowi.
“SBY sekalipun elite parpol, tidak pernah sevulgar dan seaktif Jokowi dalam promosi politik. Meskipun tidak keliru, hanya saja bisa menurunkan reputasi Jokowi sebagai tokoh bangsa,” kata Dedi kepada reporter Tirto, Selasa.
Jokowi sendiri menepis anggapan bahwa dirinya punya pengaruh yang dapat menentukan nasib calon kepala daerah. Ini sebagai respons kepada awak media yang bertanya soal Jokowi jadi penentu kemenangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Pilkada Jateng bila terjun kampanye.
"Masa gitu?" kata Jokowi kepada awak media di Solo, Senin malam.
Di sisi lain, terkait dukungan yang diberikannya kepada beberapa paslon peserta Pilkada Serentak 2024, Jokowi menegaskan bahwa dirinya terbuka dengan siapa pun.
"Saya terbuka untuk semuanya,” sambung Jokowi.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Fadrik Aziz Firdausi