tirto.id - Satgas Antimafia Bola menangkap Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah, Johar Lin Eng, di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Kamis (27/12/2018). Ia diduga terlibat skandal pengaturan skor dalam persepakbolaan Indonesia.
Nama Johar pertama kali mencuat ke publik lewat pengakuan manajemen klub Persibara Banjarnegara dalam program Mata Najwa, Rabu (19/12/2018).
Saat itu, Johar disebut-sebut jadi perantara dalam keterlibatan mafia sepak bola di beberapa pertandingan Liga 3, termasuk yang melibatkan Persibara.
Mantan Manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani mengaku kaget dengan penangkapan ini.
“Saya tidak menyangka dia ditangkap, sebab dia mengaku tidak tahu-menahu soal dugaan suap [yang dilakukan oleh Mbah Pri dan asisten pribadi Lasmi, Tika]” kata Lasmi saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (27/12/2018).
Lasmi mengaku mendapatkan informasi penangkapan itu secara beruntun sebelum dia membaca berita di media online. Johar adalah orang yang mengenalkan Lasmi kepada Mbah Pri alias Priyanto, orang yang ia sebut sebagai mafia pertandingan.
Sedangkan Tika, kata Lasmi, mengaku sebagai anak Priyanto dan sudah bekerja kurang lebih enam bulan sebagai asisten pribadinya. Menurut Lasmi, Johar mengaku tidak tahu soal ‘tingkah laku’ Priyanto dan Tika.
“Mereka ‘main’ sendiri,” kata Lasmi menirukan Johar.
Menurut Lasmi, dengan tertangkapnya Johar, dirinya optimistis Satgas Antimafia Bola yang dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian, pada Jumat (21/12/2018) dapat mengusut tuntas mafia sepak bola yang selama ini terjadi.
“Saya melihat keseriusan satgas dengan adanya penangkapan ini. Namun tetap dibutuhkan keberanian dari para korban untuk turut mengungkapkan mafia yang terlibat,” kata Lasmi.
Sebab, untuk mengusut tuntas mafia sepak bola Indonesia yang terjadi selama ini, kata Lasmi, membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ia berharap, penangkapan Johar sebagai titik terang pembenahan sepak bola Indonesia.
Hal senada diungkapkan Manajer Persekam Metro FC, Bambang Suryo. Ia berharap penangkapan Johar sebagai pintu masuk aparat menguak kasus mafia sepak bola.
“Mudah-mudahan bisa mengungkap jaringan mafia,” kata Bambang.
Bambang juga meyakini penangkapan Johar akan membawa efek jera bagi mereka yang terlibat dalam skandal pengaturan skor. Namun, kata Bambang, Johar harus berani untuk mengungkapkan orang-orang yang turut berkecimpung dalam perkara itu.
Bambang menyebutkan keberadaan satgas antimafia bola ini juga membantu pengusutan skandal itu. “Saya optimis[tis] dengan adanya satgas guna membongkar kasus tersebut, saya apresiasi kepolisian,” kata dia.
Masihkah Mereka Percaya dengan Kompetisi di Indonesia?
Akibat skandal ini, Lasmi mengaku untuk sementara waktu Persibara tidak akan berkompetisi di Liga 3 tahun 2019.
“Kami masih trauma. Ibaratnya orang sakit, tidak langsung sembuh. Kami memilih tidak mengikuti pertandingan yang diadakan PSSI,” kata Lasmi.
Lasmi berharap terdapat perubahan besar dalam persepakbolaan Indonesia, yang juga bisa berimbang pada timnas. Selain itu, Lasmi juga memilih untuk tidak bergabung menjadi bagian dari PSSI.
“Saya lebih memilih sebagai pencinta sepak bola Banjarnegara,” kata dia.
Lasmi mengatakan tahun depan manajemen Persibara akan fokus untuk membina atlet, wasit dan pelatih lokal Banjarnegara. “Kami ingin persepakbolaan Banjarnegara lebih maju,” kata Lasmi.
Sebaliknya, Bambang masih optimistis dengan diungkapnya kasus ini masih ada harapan bagi persepakbolaan Indonesia.
“Tidak selamanya semua hal ini buruk. Jangan hanya melihat sisi buruk saja,” kata dia.
Bambang berpendapat kasus pengaturan skor ini merupakan pembunuhan karakter bagi pelaku sepak bola. Namun, ia optimistis persepakbolaan Indonesia ini akan lebih baik setelah kasus mafia sepak bola ini terungkap.
“Jangan pesimis, saya yakin pelaku sepak bola masih ada yang bermoral,” kata Bambang. Bambang menambahkan, tahun depan timnya tetap siap untuk bersaing agar lolos ke Liga 2.
Respons PSSI
Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Edy Rahmayadi menyambut baik perkembangan Satgas Antimafia Bola yang dibentuk Polri.
Hal ini sebagai bagian dari komitmen PSSI terkait penyelesaikan masalah penyuapan, pengaturan skor, dan match fixing.
“PSSI akan selalu berkoordinasi dengan Kepolisian Republik Indonesia terkait masalah ini. Kami mendukung dan tetap komitmen untuk menyelesaikan masalah match fixing ataupun match manipulation. Kami akan ikuti semua proses hukumnya,” kata Edy seperti dilansir laman resmi PSSI.
Menurut Edy, PSSI menyerahkan masalah Johar kepada aparat. “PSSI juga menghargai proses pemeriksaan yang dilakukan Komite Disiplin terkait semua kasus pengaturan skor dan lain-lain,” kata dia.
Hingga saat ini, kata Edy, PSSI akan terus memerangi match fixing atau match manipulation. Hal ini demi tercipta kompetisi yang sehat, sehingga berkontribusi positif pada Timnas Indonesia.
PSSI pun, kata Edy, berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk memberantas praktik-praktik semacam ini.
Selain itu, PSSI juga tengah menyiapkan tim Ad Hoc sinergi integritas. Komite ini, kata dia, dibentuk untuk tugas khusus dan dalam periode yang khusus.
Awal Januari 2019, kata Edy, PSSI juga akan merencanakan pertemuan dengan Kepolisian dan mengundang FIFA untuk membicarakan langkah strategis.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Abdul Aziz