tirto.id - Pada 9 Maret lalu, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluarkan surat edaran yang intinya menyatakan "Yogyakarta aman dan siap dikunjungi wisatawan". Pejabat terkait mengatakan surat edaran itu keluar karena mereka merasa "kesiapan dinas kesehatan sudah cukup bagus".
Pada hari yang sama dengan keluarnya surat edaran itu, pemerintah pusat mengumumkan ada 19 orang sudah positif terinfeksi Corona, sebuah virus yang berasal dari kota Wuhan, Cina dan telah membunuh ribuan orang di seluruh dunia. Per 16 Maret, tepatnya kemarin, kasus positif di Indonesia sudah membengkak jadi 134. Lima orang di antaranya meninggal dunia.
Salah seorang di antaranya adalah bayi tiga tahun yang ada di Yogyakarta. Ia dirawat di RSUP Dr. Sardjito. Bayi ini dirawat sejak Senin (9/3/2020). Ia merupakan pasien rujukan dari RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta.
Kepala Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Sardjito Banu Hermawan mengatakan si bayi bersama orangtuanya "habis kunjungan dari Depok (Jawa Barat)" pada 27 Februari sampai 3 Maret 2020.
Juru Bicara Pemerintah DIY untuk penanganan Corona Berty Murtiningsih mengatakan dinas kesehatan "telah melakukan tracing terhadap kontak erat kasus. Hasil tracing, ada dua orang kontak erat PDP di RS Sardjito dan masih dalam proses hasil laboratorium." Dua orang itu tak lain orangtua si bayi.
Situasi terkini ini membuat pemerintah DIY juga memperbarui surat edaran. Kepada Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo menyatakan mereka telah mengeluarkan surat kedua tertanggal 14 Maret 2020.
"Surat yang tanggal 9 sudah kita replace dengan yang tanggal 14," katanya, menegaskan hubungan antara dua surat tersebut. Dengan surat 14 Maret, surat tanggal 9 yang menyebut "Jogja siap didatangi" tak lagi berlaku.
Dalam surat terbaru itu, disebutkan bahwa kewaspadaan di lingkungan pariwisata ditingkatkan. Surat tersebut juga mengatakan pemerintah menunda sejumlah acara yang mendatangkan banyak orang.
"Yang sudah ditunda itu JITM (Jogja Internasional Travel Mart), kemudian Jogja Air Show, dan Jogja Marathon," kata Singgih kepada reporter Tirto, Senin (16/3/2020).
Singgih menegaskan surat edaran akan selalu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi terkini. Surat edaran tertanggal 14 Maret mungkin juga akan kembali direvisi. Ia tidak menutup kemungkinan akan ada kebijakan menutup destinasi wisata di kemudian hari. Meski demikian, ia enggan menyebutnya sebagai penutupan.
"Kalau nanti memang harus dilakukan, menurutnya saya bukan penutupan, tapi penyiapan destinasi. Pengunjung akan menyesuaikan jadwal kunjungannya, jadi mungkin 14 hari," katanya. "Sifat kebijakan itu melihat situasi yang ada," tambahnya.
Ia juga memastikan saat ini antisipasi penyebaran Corona sesuai dengan protokol yang telah ditentukan telah berjalan.
Sebagai Destinasi Wisata Ditutup
Meski tak ada instruksi dari pemerintah, akan tetapi bisnis berjalan dengan logika dan pertimbangannya sendiri. Sejumlah pengelola objek wisata di DIY secara mandiri telah melakukan penutupan secara mandiri.
Salah satunya adalah Museum Ullen Sentalu di Kabupaten Sleman. Melalui media sosial resmi, pengelola mengatakan penutupan pada 16-30 Maret 2020. "Sebagai upaya perlindungan dan pencegahan persebaran virus Corona (Covid-19) Ullen Sentalu tutup sementara pada 16-30 Maret 2020," dikutip dari akun mereka.
Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Taman Wisata Candi (TWC) yang mengelola Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Sekretaris PT TWC sekaligus Ketua Satgas Penganan Covid-19 PT TWC Emilia Eny Utari menyatakan penutupan sementara candi telah dilakukan di Zona 1.
"Kami sebagai pengelola tetap membuka untuk di taman wisatanya, di Zona 2," kata Emilia saat dihubungi reporter Tirto, Senin (16/3/2020).
Zona 1 merupakan area candi, sementara Zona 2 merupakan taman wisata yang berada di sekitar candi. "Yang [Zona 1] di Prambanan dan Ratu Boko [juga] sudah ditutup, oleh Dirjen Kebudayaan," ujarnya.
Terdapat sedikitnya sembilan candi yang akan ditutup sementara mulai 16-29 Maret 2020, yaitu Candi Sambisari, Kalasan, Sari, Barong, Banyunibo, Ijo, Gebang, dan Candi Kedulan.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY Bobby Ardyanto mengaku penutupan sejumlah tempat wisata itu sebagai langkah yang positif dari sudut pandang kesehatan. Jika memang lebih baik untuk pariwisata ke depan, katanya, "saya pikir tidak ada masalah untuk ditutup."
Meski begitu, jika nanti ada kebijakan untuk menutup semua destinasi, ia meminta pemerintah memperhatikan keberlangsungan hidup para pelaku usaha.
"Pajak, misalnya, perlu insentif atau subsidi. Insentif itu yang penting untuk mem-back up industri supaya masih bisa berdiri," kata Bobby, yang juga merupakan Sekjen Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) DIY.
==========
(Catatan: Naskah ini sebelumnya berjudul Jogja yang "Siap Dikunjungi Turis" meski 1 Warganya Positif Corona)
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino