tirto.id - Jusuf Kalla mengajak negara-negara tingkat ASEAN agar ASEAN memiliki standar upah minimum untuk mengikis praktik kompetisi tidak sehat yang sengaja dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berskala global.
Di hadapan perwakilan negara dalam forum acara "opening plenary" pada "World Economic Forum on Association of South-East Asian Nations (WEE)” pada Rabu (1/6/2016) Kalla menyayangkan perusahaan-perusahaan global yang mempersaingkan upah buruh antarnegara anggota ASEAN.
Ia mencontohkan produsen sepatu dan garmen berskala internasional yang memindahkan pabriknya dari Indonesia ke Vietnam dan Kamboja dengan alasan upah buruh lebih murah di kedua negara tersebut.
"Mereka memproduksi sepatu dan garmen dengan harga 15 dolar, tapi dijualnya dengan harga 100 dolar. Jangan kita dipermainkan seperti itu. Jangan pula buruh dieksploitasi," kata Kalla, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (4/6/2016).
Pernyataan Kalla disambut hangat oleh perwakilan dari negara Vietnam dan Kamboja. Di sela-sela acara WEF, Wakil PM Vietnam Trinh Dinh Dung bertemu Kalla di hotel tempatnya menginap dan mendesak agar ide tersebut ditindaklanjuti.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Najib menyampaikan Gross Domestic Product (GDP) ASEAN menembus angka 2,6 triliun dolar AS. Menurutnya, ASEAN telah menjadi negara-negara ekonomi terbesar ketujuh di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar 625 juta jiwa, diprediksi ASEAN akan menjadi pasar terbesar keempat di dunia pada 2050.
Pertumbuhan GDP ASEAN yang mengancam China sebagaimana laporan PriceWaterhouseCoopers karena banyaknya penduduk berusia di bawah 35 tahun dan meningkatnya taraf pendidikan penduduk ASEAN bukan saja sebagai pasar ekonomi yang memesona dunia, melainkan juga menjadi tujuan wisata paling menarik di Asia.
"Apa yang ASEAN bisa lakukan dengan potensi-potensi itu? Apakah kita, para pemimpin, kapten industri, pembuat kebijakan, para pengamat, dan lembaga swadaya masyarakat di ASEAN memperhatikan potensi itu? Di sini banyak yang harus kita lakukan," kata Najib.
Perwakilan negara yang hadir dalam forum tersebut antara lain antara lain Perdana Menteri Kamboja Samdech Teco Hun Sen, Perdana Menteri Timor Leste Rui Maria de Araujo, Perdana Menteri Malaysia Mohamad Najib bin Tun Abdul Razak, dan Wakil Perdana Menteri Vietnam Trinh Dinh Dung.
Penulis: Mutaya Saroh & Mutaya Saroh