tirto.id - Smart Card menjadi satu-satunya instrumen perizinan atau tasreh bagi jemaah haji dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk bisa masuk ke Arafah pada puncak haji pada 15 Juni 2024 nanti. Oleh sebab itu, para jemaah diminta menjaga Smart Card jangan sampai hilang.
Direktur Layanan Haji Luar Negeri PHU Kementerian Agama, Subhan Cholid, mengimbau jemaah yang belum menerima Smart Card atau yang hilang segera melapor secara berjenjang ke Sektor, biar segera diteruskan ke Maktab, lalu ke daker, dan segera dimintakan ke Masyariq.
"Seluruh jemaah harus memegang Smart Card karena ini adalah satu-satunya skema yang dibuat Arab Saudi untuk bisa masuk ke Arafah. Pemerintah Arab bertanggungjawab menerbitkan dan membagikannya ke jamaah. Kalau ada jemaah belum dapat, agar segera melapor berjenjang," katanya, Selasa (12/06/2024).
"Kami terus berkomunikasi dengan masyariq dan jemaah bahwa ini serius di tangani dan bisa memastikan seluruh jemaah bisa menjalankan rukun dan wajib hajinya," katanya menambahkan.
Berdasar data permintaan Smart Card hingga siang kemarin, sebanyak 12 persen jemaah haji yang belum tuntas masalah Smart Card-nya. Mudah-mudahan di sisa tiga hari menjelang puncak haji nanti persentasenya terus berkurang.
"12 persen itu kombinasi, ada yang belum dapat, batal atau ganti karena kartu hilang, lalu barcode kartunya tidak terbaca," ujarnya.
Artinya, bila total jemaah haji reguler sebanyak 213.320 orang, maka sekitar 25 ribu jemaah yang belum menerima Smart Card, kemudian minta penggantian dan kartunya rusak akibat barcode tidak terbaca.
Subhan kembali menegaskan, jemaah wajib menjaga kartunya di masa tenang ini. Karena Arab Saudi menjadikan Smart Card satu-satunya kunci masuk Arafah. Pemegang kartu tersebut adalah satu-satunya yang legal masuk Armuzna.
"Kalau khawatir digantung di leher hilang, agar dimasukkan saja ke dalam tas. Atau di-copy, sementara kopiannya yang dibawa ke mana-mana," katanya menegaskan.
Kemudian kepada petugas, Subhan juga meminta agar terus mensosialisasikan betapa pentingnya kartu tersebut. Petugas juga diminta segera melapor apabila menemukan ada jemaah yang belum mendapat Smart Card, kartu rusak atau hilang.
Untuk teknis scanning, setelah jemaah haji berniat ihram berkumpul di maktab. Selanjutnya bus datang, jemaah discan kartunya untuk bisa masuk ke dalam bus satu-satu. Bila bus penuh, pintu bus ditutup kemudian disegel oleh masyariq.
Bus selanjutnya melaju ke Arafah. Segel bus yang ada barcode-nya tersebut hanya bisa dibuka oleh Masyariq ketika sampai di Arafah. Setelah segel yang ditempel pada bus discan, dan dinyatakan benar baru kemudian segel dan pintu dibuka.
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Anggun P Situmorang