tirto.id - Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus memastikan agar harga dan stok bahan pokok tetap stabil menjelang bulan puasa. Salah satu upaya yang bakal dilakukan ialah dengan mengadakan rapat koordinasi bersama para pemerintah provinsi.
Adapun bahan pokok yang masih menjadi fokus pemerintah ialah beras. Untuk itu, Kementerian Perdagangan pun akan terus mengupayakan berbagai cara agar ketersediaan beras di pasaran tetap terjaga.
“Seluruh pedagang beras di pasar tradisional wajib menjual beras medium. Kalau mereka tidak punya stok, kasih tahu, karena kami punya stoknya. Jadi nggak ada alasan mereka nggak bisa jualan,” ujar Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita di kantornya, Jakarta, Senin (9/4/2018).
Lebih lanjut, Enggartiasto mengaku tidak khawatir dengan ketersediaan telur, daging ayam, dan gula di pasaran. Sementara untuk daging beku, Enggartiasto menekankan hanya bakal memberi izin bagi importir yang sanggup menjualnya kepada konsumen di harga Rp80 ribu per kilogram.
Apabila tidak demikian, Enggartiasto menyatakan tak masalah bagi pemerintah untuk mengimpor daging sendiri. “Volumenya boleh berapa saja asal harga jualnya Rp80 ribu (per kilogram),” ungkap Enggartiasto.
Kemudian untuk minyak goreng, Mendag mengklaim persediaannya aman. Pemerintah pun telah meminta agar 20 persen dari total produksi minyak goreng tersebut harus dalam bentuk curah atau kemasan sederhana. Harga minyak goreng yang ditetapkan ialah sebesar Rp11 ribu.
Masih dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Tjahya Widayanti turut menilai pentingnya antisipasi agar bahan-bahan pokok tertentu seperti cabai dan tomat tidak cepat busuk. Menurut Tjahya, faktor cuaca yang dapat membuat bahan pokok jadi busuk harus diwaspadai menjelang bulan puasa.
“Kalau curah hujan tinggi kan cepat busuk. Mesti harga naik, dan persediaan akan terganggu,” kata Tjahya.
Oleh karena itu, Tjahya mengatakan perlu adanya tempat penyimpanan yang baik guna menjadi solusi bagi bahan pokok yang tidak tahan lama itu. Untuk di kawasan Jakarta sendiri, Tjahya mengungkapkan bahwa tempat penyimpanan yang dimaksud bisa ditemukan di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur.
Akan tetapi, Tjahya mendorong agar tempat-tempat penyimpanan sejenis bisa semakin banyak ditemui. “Kita jangan kalah dengan kondisi cuaca. Harus ada upaya untuk teknologi supaya bisa menyiasatinya,” ungkap Tjahya.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri