tirto.id - Menjelang laga Brasil vs Belgia pada Sabtu (7/7/2018) pukul 01.00 WIB, Romelu Lukaku menjadi sorotan tersendiri. Penyerang Belgia tersebut sudah mencetak 4 gol, dua lebih sedikit daripada Harry Kane sang top skor Piala Dunia 2018. Mungkinkah koleksi gol Lukaku bertambah lawan Brasil?
"Romelu tampil di klub hebat dan sudah mencetak banyak gol. Kami sangat beruntung memilikinya karena dia tidak perlu banyak peluang untuk mencetak gol. Mungkin beberapa tahun yang lalu dia membutuhkan lebih banyak (peluang), tetapi sekarang tidak," ungkap Eden Hazard tentang Romelu Lukaku dalam konferensi pers menjelang laga Belgia vs Jepang di babak 16 besar.
Ucapan Hazard tersebut bukan sekadar pemanis. Faktanya, sebelum laga kontra Jepang kala Lukaku melepaskan enam tembakan dan tidak mencetak gol, mantan penyerang Chelsea itu punya catatan apik: mengemas empat gol dari lima tembakan.
Jika dilihat secara keseluruhan, berdasarkan statistik FIFA, catatan Romelu Lukaku juga masih menarik. Total hingga 16 besar, ia mengirim 11 tembakan, lima tepat sasaran, tiga diblok, dan tiga tak menyentuh gawang. Dengan demikian, persentase tembakan tepat sasaran Lukaku mencapai 45 persen. Persentase golnya 36 persen.
Selain itu, sebagai nomor sembilan tulen, Romelu Lukaku melepaskan 10 dari 11 tembakannya dari dalam kotak penalti. Lima di antaranya tepat sasaran. Jangan dilupakan, lima tembakan on target itu berbuah empat gol. Berbekal hal ini saja, Lukaku adalah ancaman serius untuk pertahanan Brasil.
Dibandingkan dengan lawan-lawan Brasil sebelumnya: Meksiko, Serbia, Swiss, dan Kosta Rika, tidak ada penyerang yang setajam Lukaku. Oleh karenanya, ia akan menjadi lawan cocok untuk pertahanan Selecao yang baru kebobolan satu gol di Piala Dunia, dan clean sheet dalam tiga laga terakhir.
Namun, Lukaku memiliki senjata selain kemampuan mencetak golnya yang tinggi.
Bukan Cuma Sekadar Mencetak Gol
Laga melawan Jepang sendiri menjadi laga terburuk bagi Lukaku sepanjang Piala Dunia 2018. Menjadi penembak terbanyak timnya, hanya ada satu tembakan yang bisa diarahkan tepat ke gawang Eiji Kawashima.
Tetapi, semua kesalahannya itu ditebus oleh gol ketiga Belgia yang terjadi di ujung pertandingan, dalam serangan balik Iblis Merah yang dilabeli oleh pelatih Jepang, Akira Nishino, sebagai 'serangan balik super'.
Saat bola dibawa oleh Kevin De Bruyne, Romelu Lukaku memancing dua bek Jepang untuk mengamati pergerakannya. Akibatnya, umpan terobosan De Bruyne yang 'tegak lurus' dapat diambil Thomas Meunier, bek kanan Iblis Merah.
Tidak berhenti di sana, ketika Meunier mengirim umpan silang datar ke arahnya, Lukaku melewatkan bola. Sebagai ganti, ada Nacer Chadli yang datang dari belakang, bebas sepenuhnya untuk menembak dan mencetak gol kemenangan Belgia.
Ketika pergerakan Lukaku dibatasi oleh Jepang, dalam hari terburuknya, pergerakan dan penempatan posisi penyerang Manchester United itu tetap vital untuk timnya.
Menghadapi Brasil, Romelu Lukaku akan dituntut bekerja lebih keras lagi. Brasil bukanlah Jepang, tim yang kebobolan tujuh gol dalam empat pertandingan di Piala Dunia 2018. Selecao sudah tidak terbobol selama 310 menit di turnamen ini, sejak gol Steven Zuber (Swiss) di laga perdana mereka.
Asisten pelatih Brasil, Cleber Xavier, mengungkapkan, kunci kokohnya pertahanan mereka adalah konsep pertahanan zonal, yang membuat Selecao tidak banyak melakukan pelanggaran tidak perlu di wilayah sendiri.
"Kami mengoperasikan pertahanan zonal, baik dalam open-play dan di set piece. Itu dasar untuk segalanya. Berkat pertahanan zonal ini, kami adalah tim yang paling disiplin dalam kompetisi. Kami melakukan sangat sedikit pelanggaran - sembilan tiap pertandingan," kata Cleber dikutip FIFA.
Taktik pertahanan seperti ini akan menjadi lawan 'alamiah' bagi Romelu Lukaku. Setidaknya, peluang ia menggiring bek lawan sehingga ruang di bagian kanan atau kirinya terbuka seperti proses gol Jepang akan sulit terjadi.
Editor: Fitra Firdaus