Menuju konten utama

Jangan Sampai Kurang Minum ketika Menyetir Saat Mudik

Pengemudi yang mengalami dehidrasi berpotensi melakukan kesalahan dalam berkendara.

Jangan Sampai Kurang Minum ketika Menyetir Saat Mudik
Ilustrasi kecelakaan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Lebaran tinggal menghitung hari. Orang-orang asal daerah yang tinggal di kota besar mulai mudik. Pulang ke kampung halamannya masing-masing. Tiket pesawat, kereta api, dan bus menjelang lebaran laris manis. Begitu juga persewaan mobil.

Selain pilihan kendaraan umum, banyak juga yang mudik dengan mengendarai mobil sendiri. Risiko sudah jelas: macet.

Maka, dibutuhkan stamina yang lebih besar ketika memutuskan untuk mudik dengan membawa kendaraan sendiri. Stamina penting untuk menjamin pengemudi menjalankan kendaraan dengan aman dan nyaman agar selamat sampai tujuan. Jangan sampai karena loyo, kurang konsentrasi, atau mengantuk, lalu terjadi kecelakaan.

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan pada Masa Angkutan Lebaran 2016, kecelakaan yang melibatkan kendaraan roda dua adalah sebanyak 3.766 unit, mobil penumpang 864 unit, bus 157 unit dan mobil barang 407 unit.

Departemen Perhubungan melaporkan catatan Kepolisian Republik Indonesia pada 2010 mencatat jumlah kematian akibat kecelakaan mencapai 31.234 jiwa, yang artinya dalam setiap 1 jam terdapat sekitar 3-4 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas jalan. Secara nasional, kerugian akibat kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan mencapai 2,9-3,1 persen dari total PDB Indonesia.

Secara umum, Departemen Perhubungan juga mencatat bahwa setiap tahun, di seluruh dunia terdapat sekitar 1,3 juta jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau lebih dari 3.000 jiwa per harinya.

Untuk menghindari risiko kecelakaan, diperlukan persiapan fisik yang baik sebelum melakukan perjalanan panjang. Satu hal kecil yang kadang disepelekan adalah menyediakan air putih, terutama untuk pengendara. Ahli kesehatan mengatakan bahwa tidak minum cukup air saat mengemudi sama buruknya dengan mengemudi dalam keadaan mabuk.

Peneliti dari Loughborough University menemukan pengendara yang mengalami dehidrasi berpotensi melakukan kesalahan dalam berkendara. Peluang terjadinya kesalahan berkendara saat dehidrasi disebabkan menurunnya kewaspadaan akibat kekurangan cairan. Kurangnya cairan saat berkendara juga membuat pengendara lebih rentan mengalami perubahan mood serta kurang konsentrasi.

Ronald J. Maughan, peneliti dari School of Sport, Exercise and Health Sciences, Loughborough University melakukan eksperimen mengenai hal tersebut. Maughan membawa para pembalap laki-laki melalui serangkaian tes menggunakan simulator mengemudi berbasis laboratorium selama dua hari.

Pada hari pertama pengendara diberikan secangkir (200 mL) air minum per jam, dan di hari kedua hanya seteguk (25 mL) air minum setiap jam. Kesalahan mengemudi pada hari kedua jauh lebih banyak dibanding kesalahan pada hari pertama. Dari percobaan ini, ditemukan penurunan keadaan tubuh akibat kekurangan air akibatnya sama dengan akibat ketika tubuh pengemudi mengandung kadar alkohol dalam darah sekitar 0,08 persen (batas pengemudi legal Inggris saat ini), atau saat kurang tidur.

Musim kemarau yang telah tiba di lebaran kali ini juga merupakan alasan penting yang harus diperhatikan dalam berkendara. Pengemudi harus dihindarkan dari kurangnya kebutuhan air minum yang menyebabkan dehidrasi tersebut. Para periset memperingatkan bahwa selama perjalanan panjang, berada di dalam mobil yang panas pun mempertinggi risiko besar pengemudi melakukan kesalahan dalam mengemudi.

Satu tulisan pada Independent mencontohkan, bila kebutuhan air kita tercukupi atau terhidrasi dengan benar, kemungkinan kita membuat kesalahan dalam satu jam mengemudi bisa sebanyak tiga kali. Namun di saat dehidrasi, kita bisa melakukan setidaknya enam kali kesalahan.

Kekurangan kebutuhan air dalam tubuh juga dapat mengurangi kewaspadaan mental. Bila tidak waspada, potensi pengemudi melakukan kesalahan tentu akan semakin besar. Kita bisa luput membelok di tempat yang tepat, atau kehilangan kesabaran dan terus membunyikan klakson di tempat-tempat yang ramai. Dehidrasi juga menyebabkan pengemudi mengantuk saat menyetir. Bagian paling parah dari kurang fokus saat mengemudi adalah potensi terjadinya kecelakaan.

World Health Organization (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian akibat kecelakaan di jalan diperlakukan sebagai salah satu penyakit tidak menular dengan jumlah kematian tertinggi. Pada tahun 2030, kecelakaan lalu lintas di jalan diperkirakan akan menjadi penyebab kematian nomor lima di dunia setelah penyakit jantung, stroke, paru-paru, dan infeksi saluran pernapasan.

Minum air putih murni setiap hari merupakan komponen kunci kesehatan. Sayangnya, banyak yang membuat kesalahan dengan mengganti air putih dengan cairan lain atau malah menambahkan bahan lain yang beberapa di antaranya tidak disarankan untuk kesehatan. Hal ini sering terjadi pada anak-anak. Mereka lebih sering mengonsumsi minuman manis seperti soda dan jus buah daripada air putih biasa.

Padahal, tubuh kita butuh sekitar 65 persen air, yang dibutuhkan untuk sejumlah proses fisiologis dan reaksi biokimia. Kebutuhan air dalam tubuh ini diperlukan dalam mekanisme peredaran darah, metabolisme, pengaturan suhu tubuh, dan untuk detoksifikasi. Tubuh akan bereaksi dan merespon negatif begitu tubuh kita kehilangan satu sampai dua persen dari total kandungan airnya.

Infografik Menyetir Saat dehidrasi dan mabuk

Dehidrasi juga dapat mengakibatkan gangguan fungsi mental, perubahan mood, berkurangnya konsentrasi, dan kewaspadaan. Mengingat bahwa otak terdiri dari sekitar 85 persen air, seharusnya tidak mengherankan bahwa dehidrasi dapat mempengaruhi kinerjanya secara negatif.

Seperti kita ketahui, kesalahan manusia dalam mengemudi adalah penyebab utama sebagian besar kecelakaan di seluruh dunia. Menyimpan botol air minum di samping kursi pengemudi adalah hal kecil yang bisa dilakukan untuk menjaga pengemudi dan membuat perjalanan kita lebih aman.

Baca juga artikel terkait ARUS MUDIK atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Maulida Sri Handayani