Menuju konten utama

JAFF Usung Joko Anwar dalam Program Focus On Sutradara Tahun Ini

Program Focus On dibuat untuk untuk menginisiasi para sineas Indonesia dan Asia yang dinilai memiliki karakter khas dalam karya-karyanya kepada masyarakat sinema tanah air.

JAFF Usung Joko Anwar dalam Program Focus On Sutradara Tahun Ini
Joko Anwar dalam diskusi usai pemutaran film Kala, Sabtu (2/12/2017). FOTO/Tim Publicist JAFF

tirto.id - Program Focus On dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) tahun ini memberikan tempat khusus bagi karya-karya sutradara Joko Anwar dalam Program Focus on Joko Anwar. Program ini dibuat untuk untuk menginisiasi para sineas Indonesia dan Asia yang dinilai memiliki karakter khas dalam karya-karyanya kepada masyarakat sinema tanah air.

Ada enam film Joko Anwar yang diputar dalam penyelenggaraan JAFF tahun ini. Keenam film tersebut adalah Kala, Ritual, Pintu Terlarang, A Copy of My Mind, Pengabdi Setan, dan Janji Joni. Kreativitas Joko Anwar dalam dunia perfilman Indonesia layak untuk diikuti bukan hanya karena ide-ide yang diangkat dalam setiap karyanya, melainkan juga dari sudut pandang proses berkarya.

Seusai pemutaran film Kala pada Sabtu (2/12/2017), lika-liku kisah Joko Anwar diulik secara mendalam pada sesi diskusi seusai pemutaran. Ismail Basbeth, selaku moderator, mengawali sesi diskusi dengan berujar bahwa selama kurang lebih dua belas tahun berkecimpung dalam penyutradaraan, Joko Anwar hanya melahirkan enam film. “Enggak laku,” timpal Joko Anwar menanggapi candaan Ismail.

Dalam sesi diskusi sore itu, Joko Anwar berbagi kisah kepada penonton terkait dengan proses berkaryanya. Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengakui bahwa ia belajar penyutradaraan dan produksi film secara autodidak. Pada tahun 2003 Joko Anwar terlibat sebagai penulis skenario dalam produksi film Arisan! yang disutradarai oleh Nia Dinata. Untuk pengalaman pertama menjadi sutradara baru ia dapatkan dalam produksi film Janji Joni (2005).

Joko Anwar dikenal sebagai sutradara yang gemar bertualang dalam berbagai genre film. “Aku percaya bahwa seorang filmmaker atau pecinta seni secara general jangan sampai berusaha membentuk identitas, karena ketika dia berusaha membentuk suatu identitas nanti jatuhnya akan mempertahan suatu style yang mungkin tidak relevan untuk suatu karya,” kata Joko, dalam pernyataan pers yang diterima Tirto, Selasa (5/12/2017).

Meski begitu, pada sesi diskusi, Joko Anwar mengakui bahwa di setiap karya ia mencoba untuk konsisten mengangkat dua tema yaitu tentang “keberadaan anak” atau “ketidakberadaan anak” dalam suatu keluarga.

Sementara itu, memasuki hari keempat, JAFF sudah ditonton sekitar 5000 orang yang tersebar di 3 tempat pelaksanaan yaitu Empire XXI Jogja, CGV Cinemas Jwalk Mall dan Taman Budaya Yogyakarta. Tiket pemutaran sebelumnya dijual secara online dan ditutup pada tanggal 30 November 2017.

Penjualan tiket masih dilakukan dengan sistem On The Spot dan dibuka satu jam sebelum setiap pemutaran film. Selain pemutaran film, dilakukan juga sesi tanya jawab bersama sutradara, kru film ataupun pemeran film.

JAFF merupakan acara festival film yang digelar setiap akhir tahun di Yogyakarta dan menjadi satu-satunya wadah apresiasi film Asia di Indonesia. Sebelum Acara puncak pada tanggal 1-8 Desember 2017, JAFF juga menggelar Acara Open Air Cinema yang digelar di Taman Tebing Breksi sebagai Pra Event tahunan yang dilaksanakan pada tanggal 19 dan 26

November 2017 lalu.

Open Air Cinema dilakukan dengan maksud untuk mengakomodir masyarakat yang sulit mengakses Bioskop. Dalam dua hari pemutaran tersebut JAFF mendapatkan sekitar 1000 penonton.

Baca juga artikel terkait JAFF 2017 atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Film
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra