tirto.id - Isu perpecahan Partai Golkar menjadi dua kubu menjelang Pilpres 2019 dinilai tak akan sebesar pada 2014 lalu, menurut Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti. Ia beralasan ada dua faktor yang menyebabkan isu perpecahan partai beringin sebagaimana disampaikan politikus Golkar Fadel Muhammad tak akan sebesar Pilpres 2014 silam.
“Pertama, tidak ada potensi gerakan masif dari para tokoh. Kedua, keputusan mendukung Jokowi sudah melalui evaluasi terus-menerus,” kata Ray Rangkuti kepada Tirto, Rabu (22/8/2018).
Untuk faktor pertama, lanjut dia, memang ada kelompok yang tidak senang dengan keputusan mendukung Jokowi-Ma'ruf. Namun, bukan berarti kelompok tersebut sontak mengalihkan dukungan ke pasangan lain. “Saya kira tidak. Tidak ada hal ‘besar’ yang mampu memecah dukungan,” ucap Ray.
Sedangkan alasan untuk faktor kedua ialah mekanisme pengambilan keputusan Golkar mendukung Jokowi saat ini lebih jelas. “Sudah berulang kali keputusan mendukung Jokowi ini dibahas oleh internal Golkar. Karena melalui keputusan bersama itu maka mereka akan menjaga komitmen tersebut,” jelas Ray.
Ray berpendapat, jika ada kelompok yang ingin memecah dukungan, dampaknya pada perolehan suara di pemilu legislatif. “Dukungan terhadap calon presiden akan berimplikasi pada pileg. Misalnya mereka tidak mendukung Jokowi, belum tentu peroleh suara pileg akan lebih baik,” tutur Ray.
Kondisi sekarang, kata Ray, berbeda dengan perpecahan Golkar empat tahun lalu ketika ada keputusan yang berlandaskan elitis. “Saat itu keputusan Aburizal untuk mendukung Prabowo-Hatta lebih bersifat elitis, bukan hasil keputusan bersama partai,” jelas Ray.
Pada 2014 konflik internal Golkar memanas setelah dua kubu telah menggelar musyawarah nasional dan mengklaim paling berhak mendapat pengesahan dari pemerintah.
Kala itu, para politisi Golkar yang tergabung dalam kubu Agung Laksono telah menggelar musyawarah nasional untuk memilih ketua umumnya sejak 6 Desember di Jakarta. Ini merupakan langkah tandingan setelah kubu Aburizal Bakrie telah melakukan acara yang sama di Bali, pada pekan sebelumnya.
Pada Pilpres 2019, Partai Golkar bersama PDIP, PPP, PKB, dan Partai Nasdem resmi mengusung Jokowi-Ma'ruf Amin dalam koalisi Indonesia Kerja. Koalisi ini akan bertarung melawan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno yang diusung Partai Gerindra, PAN, PKS, dan Partai Demokrat.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Agung DH