Menuju konten utama

Isu Kekeringan di Jakarta, PAM Klaim Ketersediaan Air Masih Normal

PAM Jaya telah melakukan beberapa hal guna menyiapkan pasokan air bersih dalam menghadapi musim kemarau.

Isu Kekeringan di Jakarta, PAM Klaim Ketersediaan Air Masih Normal
Pekerja mengisi air bersih yang bersumber dari PAM Jaya ke jerigen untuk dijual di kawasan Muara Angke, Jakarta, Senin (22/7/2019). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id - Direktur Utama PAM Jaya, Priyatno Bambang, merespons isu kekeringan air yang beberapa waktu lalu dibahas warga Jakarta. Ia menyatakan, PAM Jaya telah melakukan beberapa hal guna menyiapkan pasokan air bersih dalam menghadapi musim kemarau.

"PAM JAYA secara intens melakukan koordinasi dengan pihak PJT II sebagai pengelola air baku Jakarta di Waduk Djuanda. Berdasarkan hasil koordinasi bahwa level ketinggian muka air di waduk Djuanda Jatiluhur masih pada level aman untuk menyuplai air baku ke Jakarta, dan diperkirakan akan tetap aman sampai musim kemarau saat ini usai. Saat ini level waduk Jatiluhur di 98 meter di atas permukaan laut, sementara level kritis di 87,5 mdpl," kata Bambang saat dihubungi, Minggu (25/8/2019).

Selain hal tersebut, kata Bambang, pasokan air curah dari Tangerang juga masih normal. Secara keseluruhan sampai dengan saat ini, klaim Bambang, distribusi air melalui perpipaan di wilayah DKI Jakarta masih dalam kondisi normal.

"Terhadap wilayah yang masih belum mendapatkan akses air perpipaan, PAM JAYA menyiapkan solusi jangka pendek dan sementara berupa pembangunan kios air di beberapa titik di Jakarta. Tahun ini akan dibangun 25 kios air, salah satu wilayah yang akan dibangun kios air yaitu daerah Semanan, Kalideres," katanya.

Bambang juga menjelaskan, untuk kondisi emergensi, PAM JAYA bersama Palyja dan Aetra juga menyiapkan mobil tangki. Total mobil tangki sebanyak 26 mobil tangki, PAM JAYA 5 tangki, AETRA 6 tangki dan PALYJA 15 tangki.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lewat Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan, mengeluarkan peringatan dini ancaman kekeringan yang melanda sebagian besar wilayah DKI Jakarta dan Banten.

Wilayah tersebut mengalami deret hari tanpahujan (HTH) atau hari kering lebih dari 20 hari hingga lebih dari 60 hari. Dampaknya, akan terjadi pengurangan ketersediaan air tanah, sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih.

Hal tersebut juga diakui Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Juaini. Ia menyebut sejumlah waduk di Jakarta pun sudah terlihat mengering. Bahkan, sudah terlihat lumpurnya.

"Di Waduk Pluit, misalnya. Waduk ini hulunya di Katulampa, memang tinggal terlihat batu-batunya doang. Jadi diperhatikan memang aliran air mulai mengering karena curah hujan tidak ada," kata Juaini saat ditemui di Gedung DPRD, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019).

Meski belum memiliki data lengkap, Juaini memperkirakan kekeringan parah mendominasi di wilayah pesisir, seperti Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

Mengingat, kata dia, saat tidak musim kering saja warga perlu membeli air bersih dari PDAM, karena air tanahnya semakin menyusut.

"Ditambah sekarang kemarau, lebih susah airnya. Daerah [Jakarta] Timur dan Selatan belum terlalu merasakan. Dua wilayah yang paling merasakan kekeringan itu Barat dan Utara. Di sana memang ada penurunan tanah," kata dia.

Baca juga artikel terkait KEKERINGAN DI JAKARTA atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Dipna Videlia Putsanra