tirto.id - Jelang laga melawan Maroko di babak penyisihan Grup B Rusia 2018, Iran dalam bayang-bayang catatan buruk. Berpartisipasi dalam empat gelaran Piala Dunia, tim berjuluk Singa Persia ini terakhir mencicipi kemenangan di Perancis 1998.
Iran lolos ke Piala Dunia 2018 usai absen di Afrika Selatan 2010. Sebelumnya, wakil Asia ini juga lolos di edisi 1978 dan 1998. Sayangnya, di dua edisi terakhir yang diikuti, yakni 2014 dan 2006, Iran tak mengemas kemenangan dan bahkan selalu menjadi juru kunci.
Di Brasil empat tahun lalu, Iran yang tergabung di Grup F, bermain imbang 0-0 atas Nigeria, kalah 1-0 atas Argentina, serta Takluk 3-1 atas Bosnia dan Herzegovina. Hasil tersebut membuat Iran hanya mengoleksi satu poin sekaligus menjadi juru kunci.
Setali tiga uang, hal serupa terjadi delapan tahun lalu di Jerman. Tergabung di Grup D, Iran takluk 3-1 atas Meksiko, kalah 2-0 atas Portugal, dan bermain imbang 1-1 dengan Angola.
Kemenangan terakhir Iran di Piala Dunia terakhir terjadi saat menekuk Amerika Serikat 1-2 di laga penyisihan Grup F Perancis 1998. Kendati mengoleksi tiga poin, Iran tetap tersingkir di fase grup usai kalah atas Yugoslavia (1-0) dan Jerman (2-0) di laga pamungkas.
Kendati dihantui rekor buruk, Iran memiliki catatan impresif sebelum melaju ke putaran final Rusia 2018. Mereka adalah tim kedua yang memastikan lolos setelah Brasil dan mengemas enam kemenangan, empat kali seri, serta tak tersentuh kekalahan dalam 10 laga kualifikasi Grup A zona Asia.
Selain itu, Iran juga memiliki catatan laga uji coba yang tak kalah baik jelang Piala Dunia 2018. Dari lima laga pershabatan terakhir, mereka menang tiga kali ketika melawan Algeria (2-1), Uzbekistan (1-0), dan Lithuania (1-0) kendati kalah dua kali saat melawan Tunisia (1-0) dan Turki (2-1).
Bagi Iran sendiri, Rusia 2018 adalah pertama kalinya negara peringkat 37 FIFA itu bisa tampil dua kali berturut-turut di Piala Dunia. Sehingga, para punggawa wakil Asia ini memiliki motivasi tinggi untuk meraih pencapaian lebih baik usai menjadi juru kunci fase grup di tiga gelaran Piala Dunia.
Editor: Ibnu Azis