tirto.id - Media Iran melaporkan Pemerintah Iran mengumumkan memblokir dua media sosial terpopuler di sana, Instagram dan Telegram, Minggu (31/12/2017). Pemblokiran itu dilakukan di tengah aksi demonstrasi anti-pemerintah yang berlangsung selama berhari-hari di seluruh negara itu.
Dua aplikasi tersebut dianggap sebagai media utama yang dipakai para pengunjuk rasa untuk menghasut sehingga menimbulkan kekerasan saat aksi protes berlangsung.
Menteri Telekomunikasi Mohammad-Javad Azari Jahromi menuduh sejumlah saluran di Telegram "berlawanan dengan revolusi" dan mendorong "penggunaan bom Molotov, pemberontakan bersenjata dan kerusuhan sosial."
"Jika pihak yang kontrarevolusi ingin memanfaatkan suasana itu untuk menciptakan kekacauan, sudah sewajarnya Dewan Keamanan Tertinggi Nasional akan bertindak," katanya.
CEO Telegram Pavel Durov membenarkan pemblokiran itu.
"Otoritas Iran telah memblokir akses menuju Telegram setelah publik menolak untuk menutup media sosial [Sedaie Mardom] dan saluran protes damai lainnya," cuitnya, merujuk pada salah satu saluran yang dikritik Iran.
Unjuk rasa pertama kali terjadi di utara kota Masyhad, Iran, Kamis (28/12/2017). Warga turun ke jalan untuk mengekspresikan kekecewaan atas harga barang yang terlalu tinggi dan kepada rezim Rouhani.
Warga juga mengungkapkan kemarahan karena pemerintah terlalu sibuk mengurusi urusan kawasan Timur Tengah dibanding urusan dalam negeri karena pemerintah kerap menyuplai senjata kepada kelompok pemberontak Yaman, Houthi, yang kemudian diperangi koalisi pimpinan Arab Saudi.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora