tirto.id -
Indonesia memiliki potensi panas bumi peringkat kedua di dunia, tapi sejauh ini hanya empat persen dari potensinya yang telah dikembangkan. Direktur PT Toshiba Asia Pacific Indonesia Suluh Tridoyo mengungkapkan ketertarikan perusahaannya untuk mengembangkan potensi ini dalam acara diskusi di kantor Toshiba, Jakarta, pada Rabu (23/3/2016).
Berdasarkan data Toshiba, perusahaan tersebut sejak 1966 telah memasok turbin panas bumi di berbagai belahan dunia sejumlah 58 unit termasuk di kawasan Asia Tenggara, dimana sebanyak lima unit ditempatkan di Indonesia (berkapasitas total 290 MW) dan sembilan unit lainnya di Filipina (510 MW).
Potensi panas bumi yang besar di Indonesia memang menjadi incaran sejumlah pemain global dalam sektor energi. Hal ini terindikasi dari munculnya minat konsorsium perusahaan asal Korea Selatan yang menyampaikan keseriusan untuk berinvestasi di sektor pembangkit listrik panas bumi senilai 400 juta dolar AS (setara Rp6 triliun dengan kurs 1 dolar = Rp12.500).
Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) Franky Sibarani dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (21/3/2016), mengatakan kebutuhan investasi untuk kedua proyek itu disampaikan oleh salah satu CEO konsorsium tersebut.
Franky menuturkan, investor tersebut menyampaikan keseriusannya untuk berinvestasi di sektor panas bumi (geothermal) di Provinsi Jawa Timur sebesar 160 MW dan di Nusa Tenggara Timur sebesar 30 MW.
Terkait energi panas bumi, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mencatat kemajuan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Ulubelu Unit 3 dan Unit 4 di Tenggamus, Lampung, dengan total kapasitas 110 MW, hingga kini telah mencapai 79,65 persen.
Potensi pengembangan panas bumi di sejumlah daerah di Indonesia seringkali terhambat karena Indonesia juga memiliki sumber energi lain yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan panas bumi, seperti air dan batu bara. (ANT)