tirto.id - Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan Indonesia butuh antara 5.000--10.000 layar bioskop untuk mempromosikan film nasional.
"Jumlah layar bioskop yang ada saat ini baru 1.117 layar, sedangkan jumlah penduduk mencapai 222 juta jiwa, sehingga belum memadai," ujarnya Triawan pada peresmian studio animasi di SMK Raden Umar Said di Kudus, Senin, (7/3/2016).
Untuk menambah jumlah bioskop, kata Triawan, pihaknya membutuhkan dukungan dana yang besar, sehingga pemerintah berupaya menarik minat investor asing untuk berinvestasi.
Triawan menjelaskan dari hasil kunjungannya ke luar negeri, ada beberapa investor asing yang berminat menanam modal untuk membangun bioskop baru, mengingat prospeknya masih cukup bagus.
Triawan beralasan pihaknya sengaja mencari investor asing, karena investor lokal kurang serius menggarap bisnis hiburan itu. Triawan memaparkan pihaknya sudah memberi waktu selama 30-an tahun kepada investor lokal untuk mengembangkan bisokop di Indonesia, namun nyatanya jumlah layar bioskop saat ini baru mencapai 1.117 layar.
Semakin banyak jumlah bioskop di Tanah Air, kata Triawan, tentunya jumlah masyarakat yang menonton film nasional akan semakin bertambah.
Selama ini, kata dia, film nasional hanya diputar di 100-an bioskop atau lebih rendah dibandingkan dengan pemutaran film asing.
Selain mendorong penambahan jumlah bioskop, Triawan berharap karya film anak bangsa juga semakin produktif dan berkualitas.
"Jika kualitasnya mulai meningkat, tentunya pemerintah bisa mendorong pengusaha bioskop agar menambah peluang bagi film nasional untuk ditayangkan," ujarnya.
Aturan tersebut, kata dia, tentunya baru bisa diterapkan ketika kualitas film nasional benar-benar bagus.
Selain itu, ia mengapresiasi hasil kreativitas siswa SMK Raden Umar Said Kudus yang berhasil membuat trailer film animasi berjudul "Pasoa dan Sang Pemberani".
Ia berharap lulusan SMK tersebut akan menjadi animator andal, sehingga kelak bisa menghidupkan dunia perfilman, khususnya film animasi yang mengangkat konten lokal.
Triawan juga mendorong film-film lokal yang diproduksi perlu didaftarkan hak ciptanya agar tidak diklaim oleh negara lain. (Ant)