tirto.id - Pengamat BUMN Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra P.G Talattov menyebut pertumbuhan laba perusahaan BUMN di dalam negeri terus mengalami penurunan tajam sejak tahun 2016 sampai tahun 2018 karena ada persoalan.
Dari grafik yang ditampilkan dalam sebuah dikusi INDEF dengan wartawan, tampak angka kenaikan laba di tahun 2015 ke 2016 naik tajam. Sementara dari tahun 2016 ke 2018 laba keuntungan dari perusahaan BUMN terus turun.
"Laba BUMN yang terus turun dalam 3 tahun terakhir harusnya menjadi pesan bagi Pemerintah bahwa ada persoalan riil yang sedang dihadapi oleh BUMN," kata dia dalam sebuah diskusi bertajuk 'Utang dan Defisit APBN', di Jakarta, Minggu (25/8/2019).
Ia mengatakan, ada beberapa indikasi yang bisa menjadi faktor mengapa perusahaan-perusahaan BUMN di dalam negeri mengalami penurunan keuntungan yang begitu signifikan.
Namun, satu hal yang pasti, yaitu sumber utama dari permasalahan penurunan laba yaitu beratnya penugasan berupa proyek penugasan pemerintah berupa pembangunan infrastruktur.
"Salah satu sumber utama tekanan yang ditanggung BUMN adalah beratnya beberapa penugasan pemerintah, seperti proyek infrastruktur," tandas dia.
Sebelumya total laba perusahaan-perusahaan plat merah di bawah kementerian BUMN belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan sepanjang 2018. Hingga 31 Desember 2018, total laba BUMN tumbuh di bawah 2 persen, yakni dari Rp186 triliun pada 2017 menjadi Rp188 triliun.
Meski demikian, kementerian yang dipimpin oleh Rini Soemarno itu mengklaim, masih mencatatkan kinerja yang positif. Hal itu tercermin dari total keseluruhan aset, laba, ekuitas, belanja Modal (Capital Expenditure/Capex) hingga dengan kontribusi kepada APBN.
Total aset BUMN telah menembus angka Rp8.092 triliun, naik Rp882 triliun dari capaian 2017 sebesar Rp7.210 triliun. Sementara capex BUMN ll meningkat sepanjang 2018.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Irwan Syambudi