tirto.id - Tari barongsai merupakan salah satu tradisi penting dalam Tahun Baru Imlek. Barongsai bahkan selalu mewarnai tiap perayaan Imlek dari tahun-ketahun, tentunya sebelum pandemi COVID-19 melanda.
Tarian boneka singa ini biasanya diiringi alunan musik tabuhan genderang, simbal bentrok, dan gong yang riuh. Tarian ini umumnya menampilkan si barongsai yang bertingkah seperti singa hingga memperagakan ketangkasan bela diri.
Legenda dan Sejarah Barongsai yang Beredar
Tradisi tari barongsai sudah dikenal selama bertahun-tahun. Tarian Barongsai tentu berasal dari Tiongkok. Dilansir dari Plum Blossom, banyak orang percaya bahwa tarian barongsai muncul pada masa dinasti Tang (618–907 M). Namun ada pula yang mengatakan bahwa tarian tersebut muncul jauh sebelum itu. Lebih tepatnya, muncul bersamaan dengan ajaran Buddha di Dinasti Utara dan Selatan (420–589).
Dalam legenda Dinasti Tang, barongsai merupakan hewan penyelamat dari mimpi buruk. Alkisah seorang Kaisar mengalami mimpi buruk kemudian ia diselamatkan oleh binatang yang rupanya tampak aneh. Sang kaisar bercerita pada menterinya, bahwa binatang tersebut menyerupai makhluk dari Barat, yakni singa.
Cerita itu kemudian menyebar ke seluruh wilayah Tiongkok. Kemudian, singa dijadikan simbol keberuntungan dan tarian singa dipercaya dapat mengusir roh jahat.
Sementara sejarah lainnya menyatakan bahwa barongsai merupakan simbol penting dalam peperangan di masa Dinasti Utara dan Selatan. Dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Binus, raja Song Wen diceritakan kewalahan menghadapi pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi.
Atas saran dari seorang panglima perang bernama Zhong Que, pasukan raja Song Wen membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan. Strategi itu ternyata berhasil, sehingga cerita kemudian melegenda dan diadaptasi menjadi sebuah seni tari barongsai.
Dari sejumlah cerita sejarah yang beredar, barongsai sendiri digambarkan sebagai makhluk baik yang membawa keberuntungan. Tidak heran bila barongsai selalu disertakan dalam setiap perayaan, termasuk menyambut tahun baru.
Barongsai Masuk ke Indonesia
Dalam penelitian yang sama, disebutkan bahwa tari barongsai pertama kali masuk ke Indonesia pada abad-17. Saat itu terjadi migrasi besar dari Selatan Tiongkok. Kesenian ini dipelihara oleh sejumlah perkumpulan barongsai yang kerap menampilkannya setiap perayaan Imlek.
Sayangnya, tradisi ini sempat terhenti pada 1965, tepatnya setelah adanya tragedi G30 S/PKI. Situasi saat itu memaksa seluruh kebudayaan Tionghoa, termasuk barongsai, dihentikan di seluruh negeri. Dalam kepemimpinan Soeharto, setiap pejabat pemerintahan diminta untuk melaksanakan kebijakan pokok mengenai agama, kepercayaan, dan adat istiadat Tiongkok.
"Dengan dalih bahwa orang Tionghoa di Indonesia memiliki ikatan kuat dengan Tiongkok, di mana Tiongkok dituding 'bermain' di balik peristiwa tersebut, maka segala bentuk ekspresi identitas, etnis, budaya, hingga religi orang Tionghoa direpresi sedemikian rupa," kata Ravando Lie kandidat doktor sejarah di University of Melbourne.
Setelah tumbangnya kepemimpinan Suharto di pada 1998, tradisi barongsai belum bisa tampil begitu saja. Butuh sekitar satu tahun, tepatnya di 1999 para pekerja seni barongsai mulai berani menampilkan kesenian tersebut.
Simbol kekuatan dan kebijaksanaan
Tradisi tari barongsai selama perayaan Imlek dipercaya dapat membawa kemakmuran dan keberuntungan di tahun yang akan datang. Selain itu, tradisi ini juga menciptakan suasana meriah dan membawa kebahagiaan.
Dilansir dari China Highlights, singa yang menjadi barongsai itu sendiri melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan keunggulan. Selain sosok singa itu sendiri, barongsai juga memiliki makna pada bentuk atau tampilan kostumnya.
Warna kostum melambangkan makna yang berbeda-beda. Kuning melambangkan bumi (pusat), hitam melambangkan air (utara), hijau melambangkan kayu (timur), merah melambangkan api (selatan), dan putih melambangkan logam (barat).
Tanduk melambangkan hidup dan regenerasi. Simbol ini mewakili unsur perempuan. Sementara dahi dan jenggot berasal dari naga yang berarti simbol kekuatan, kepemimpinan dan mewakili unsur laki-laki.
Lalu, telinga dan ekor mewakili kebijaksanaan dan keberuntungan. Bagian ini dibuat seolah menggambarkan barongsai sebagai makhluk mistis. Di belakang kepala terdapat kura-kura yang merupakan simbol umur panjang. Kemudian, pada tulang belakang merupakan ular yang mewakili pesona dan kekayaan.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari