Menuju konten utama

Imlek 2018: Makna Lilin, Dupa dan Buah untuk Ibadah di Klenteng

Klenteng Tien Kok Sie sudah mempersiapkan lilin, dupa, dan berbagai macam buah segar sebagai perlengkapan ibadah.

Imlek 2018: Makna Lilin, Dupa dan Buah untuk Ibadah di Klenteng
Ilustrasi. Sejumlah warga keturunan Tionghoa melakukan doa bersama menjelang Imlek 2569 di Klenteng Poncowinatan, DI Yogyakarta, Rabu (14/2/2018). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

tirto.id - Klenteng Pasar Gede Solo atau Klenteng Tien Kok Sie sudah melakukan persiapan jelang Tahun Baru Imlek 2018 yang tiba pada Jumat (16/2/2018). Beberapa perlengkapan yang disiapkan di antaranya lilin, dupa, dan berbagai macam buah segar. Masing-masing dari perlengkapan ibadah tersebut memiliki makna sendiri.

"Kalau lilin artinya untuk penerangan dan ini bermakna agar kita terus diberikan penerangan ketika menjalani kehidupan, selanjutnya kalau dupa bertujuan untuk menambah konsentrasi ketika berdoa," kata Pengurus Klenteng Tien Kok Sie, Cakra Wibawa, di Solo, Jawa Tengah, Kamis (15/2/2018).

Sedangkan buah, kata dia, biasanya umat yang datang untuk beribadah ke klenteng membawa berbagai macam buah dengan warna yang berbeda, di antaranya apel yang mewakili warna merah, pir warna putih, dan jeruk warna kuning.

"Paling tidak ada lima warna, buahnya bisa berbagai macam. Tetapi ada yang membawa satu buah kegemaran keluarga, selanjutnya dibawa pulang untuk dinikmati bersama. Maknanya agar keluarga tersebut diberikan keselamatan," katanya.

Pihaknya pun memastikan kesiapan menerima kunjungan umat dari dalam maupun luar kota pada peringatan Tahun Baru Cina 2018.

"Kami sudah mempersiapkan diri sejak dua minggu yang lalu, mulai dari membersihkan klenteng hingga mempersiapkan perlengkapan ibadah umat. Biasanya umat mulai banyak datang malam ini [Kamis] dan Jumat pagi," kata Cakra.

Meski saat ini mulai banyak orang yang beribadah di klenteng, dikatakannya, jumlah orang yang datang tidak sebanyak seperti hari besar lain, seperti Cap Go Meh dan Cheng Xin Huang Tian atau beribadah sepenuh iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Kalau Cheng Xin Huang Tian ini dilaksanakan satu minggu setelah Imlek, sedangkan Cap Go Meh dua minggu setelah Imlek. Pada momentum tersebut jumlah orang yang datang untuk beribadah bisa sampai ratusan," katanya.

Ia mengatakan berbeda dengan saat Imlek yang jumlahnya orang datang ke klenteng hanya puluhan, itu pun tidak dalam waktu bersamaan.

"Tetapi memang kalau seperti saat ini sebagian orang yang datang ada dari luar kota. Mereka sengaja datang ke Solo karena sekaligus ingin menikmati keindahan lampion di Pasar Gede, jadi sekalian beribadah di sini," katanya.

Baca juga artikel terkait IMLEK

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra