Menuju konten utama

IHSG Pekan Ini Diprediksi Masih Akan Dihantui Krisis Ekonomi Turki

Pergerakan IHSG dalam pekan ini diprediksi masih akan dipengaruhi krisis ekonomi yang terjadi di Turki.

IHSG Pekan Ini Diprediksi Masih Akan Dihantui Krisis Ekonomi Turki
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Selasa (14/8/2018) dibuka anjlok 10,52 poin atau 0,18 persen menjadi 5.850,71. Kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 pun tercatat bergerak turun 2,61 poin atau 0,28 persen menjadi 920,61.

Pergerakan IHSG dalam pekan ini diprediksi masih akan dipengaruhi krisis ekonomi yang terjadi di Turki.

Sejak 1 Januari sampai dengan 13 Agustus 2018, nilai tukar lira Turki merosot sampai dengan 81,27 persen. Pelemahan lira yang terjadi itu semakin parah dalam dua bulan terakhir, yakni setelah Recep Tayyip Erdogan diangkat kembali menjadi Presiden Turki.

Nilai tukar lira sempat terperosok sampai dengan 20 persen serta mencatatkan rekor terendah. Seperti dikutip dari Antara pada Senin (13/8/2018), nilai tukar lira terhadap dolar AS tercatat berada di posisi TYR 6,870 per dolar AS atau bertambah lemah 6,84 persen dibandingkan saat penutupan pada akhir pekan lalu.

“Turki banyak mengambil exposure utang ke negara-negara di Eropa. Inilah yang lantas membuat [posisi] Euro turun terhadap dolar AS. Posisi dolar AS pun akhirnya menguat dan sudah pasti berdampak pada negara-negara lain,” jelas Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada kepada Tirto pada Selasa (14/8/2018).

Kendati tidak menampik apabila krisis ekonomi Turki bakal berdampak terhadap IHSG, namun Reza menilai para pelaku pasar tidak perlu khawatir. Selain hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Turki yang tak begitu besar, Reza juga mengatakan bahwa fundamental perekonomian Indonesia masih relatif baik.

Menurut Reza, kepanikan para pelaku pasar itu disebabkan asumsi bahwa kondisi seperti di Turki juga bakal terjadi di Indonesia. Pasalnya, sampai saat ini nilai tukar rupiah masih juga belum stabil terhadap dolar AS, cadangan devisi menurun, defisit transaksi berjalan yang melebar, hingga realisasi investasi yang tumbuh melambat pada kuartal II 2018.

“Orang lantas mengasumsikan bahwa jangan-jangan perekonomian kita bisa kena resesi ekonomi juga seperti Turki. Maka dari itu, pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual,” ucap Reza.

Adapun Reza melihat tren IHSG pada pekan ini akan cenderung melemah. Banyaknya aksi jual yang dilakukan sebagai respons atas krisis ekonomi Turki itu, masih menurut Reza, membuat IHSG gagal bertahan di zona hijau.

Untuk bisa bangkit (rebound) ke area 6.000, Reza berharap ada sentimen positif yang datang dari pemerintah maupun Bank Indonesia.

“Apabila tiba-tiba ada berita positif terkait dikeluarkannya kebijakan preventif terhadap rupiah, paling tidak itu bisa ditanggapi secara positif. Munculnya sentimen positif dari dalam negeri diharapkan bisa mengimbangi [gejolak perekonomian global],” jelas Reza.

Baca juga artikel terkait KRISIS EKONOMI TURKI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri