tirto.id - Sindrom baby blues merupakan gangguan kesehatan mental yang umum dialami oleh ibu yang baru melahirkan. Sayangnya, baby blues masih sering dianggap remeh. Bahkan, banyak ibu yang bingung hendak menemui psikolog atau psikiater untuk mengatasi baby blues-nya.
Baby blues sendiri dapat didefinisikan sebagai kondisi mental yang berubah sedih dan murung secara berlebihan setelah persalinan. Walau belum diketahui pasti penyebabnya, namun para ahli menilai bahwa baby blues disebabkan oleh perubahan hormon yang terjadi pasca melahirkan.
Baby blues mungkin terdengar sepele, tapi tetap tidak boleh dianggap remeh. Jika tidak segera ditangani dengan baik, baby blues bisa semakin parah dan berujung pada postpartum depression atau depresi pasca melahirkan.
Menurut laman Mayo Clinic,baby blues bisa hilang dengan sendirinya asalkan seorang ibu berada dalam lingkungan yang mendukung. Selama seorang ibu mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang terdekat serta bisa beristirahat dengan cukup, baby blues bisa hilang dalam waktu 1-2 minggu.
Apabila baby blues tidak kunjung membaik atau malah semakin parah, maka seorang ibu dianjurkan untuk meminta bantuan profesional karena dikhawatirkan mengalami postpartum depression.
Baby Blues, Harus ke Psikolog atau Psikiater?
Baby blues merupakan gangguan kesehatan mental, maka perlu ditangani oleh orang yang memang ahli dalam bidang tersebut. Secara umum, ada dua macam profesi yang dikenal ahli menangani masalah kejiwaan, yaitu psikolog dan psikiater.
Pada dasarnya, ibu yang mengalami baby blues boleh pergi berkonsultasi pada psikolog maupun psikiater. Kedua profesi ini berkompeten untuk memberikan psikoterapi yang bisa mengatasi masalah psikologis seperti baby blues.
Walau sama-sama dapat mengatasi masalah gangguan mental, psikolog dan psikiater sebenarnya memiliki latar belakang pendidikan serta cara penanganan yang berbeda. Perbedaan mendasar antara keduanya adalah psikiater terlatih sebagai dokter medis yang boleh memberikan resep obat, sementara psikolog tak boleh meresepkan obat pada pasiennya.
Karena itu, jika kondisi baby blues tak kunjung sembuh atau semakin parah hingga mengarah pada postpartum depression, seorang ibu dianjurkan untuk menemui psikiater.
Tidak seperti psikolog, psikiater dapat meresepkan obat sehingga ibu yang mengalami baby blues bisa mendapat penanganan yang lebih tepat.
Jika Anda masih bingung untuk menentukan harus pergi ke psikolog atau psikiater, berikut beberapa hal yang bisa Anda pertimbangkan menurut situs Health Direct:
1. Anda bisa pergi ke psikolog jika mengalami kondisi berikut:
- Mengalami kecemasan, depresi, peristiwa yang membuat stres/penuh tekanan, atau mengalami masalah kesehatan mental lainnya.
- Merasa hidup sangat sulit dan membutuhkan dukungan untuk mengatasinya.
- Anda butuh penilaian profesional terkait kondisi kesehatan mental Anda.
- Mengalami gangguan kesehatan mental yang semakin parah.
- Gangguan kesehatan mental berlangsung lama atau selalu muncul kembali.
- Perawatan atau pengobatan lain tidak berhasil.
- Muncul pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau keinginan bunuh diri.
- Memang direkomendasikan oleh dokter atau psikolog.
Perbedaan Psikolog dan Psikiater
Saat mengalami gangguan kesehatan mental dan hendak meminta bantuan profesional, penting bagi kita untuk mengenal dan paham tentang perbedaan psikolog maupun psikiater. Menurut laman Postpartum Depression, berikut perbedaan serta cara pengobatan antara psikolog dan psikiater:
1. Psikolog
Psikolog adalah sebutan untuk seseorang yang ahli dalam ilmu psikologi. Psikologi sendiri mempelajari tentang pikiran, emosi, serta perilaku manusia. Psikolog dapat membantu mengatasi masalah kesehatan mental dengan cara memberikan terapi tertentu.
Untuk menjadi seorang psikolog, seseorang harus mengenyam pendidikan Strata-1 (S1) ilmu psikologi dan mengambil program magister psikologi profesi.
Dalam menangani pasiennya, psikolog akan melakukan pemeriksaan berdasarkan pola perilaku dari pasien tersebut. Dari sinilah psikolog dapat menentukan hal apa yang menyebabkan kondisi mental atau emosi pasien terganggu.
Psikolog terlatih untuk memeriksa, menganalisis, sekaligus menentukan pengobatan apa yang cocok untuk si pasien. Psikolog juga berwenang memberikan terapi dengan metode tertentu yang memang sesuai dengan keluhan pasiennya.
Psikolog tidak berwenang membuat resep obat dan memberikannya kepada pasien. Namun, psikolog dapat bekerja sama dengan psikiater atau merekomendasikan obat tertentu yang dianggap diperlukan.
Saat menangani baby blues atau postpartum depression, psikolog akan memeriksa setiap gejala yang timbul dari perilaku sang ibu. Psikolog biasanya akan melakukan sejumlah terapi, misalnya terapi kognitif perilaku, terapi interpersonal, hingga terapi eye movement desensitization reprocessing (EMDR).
2. Psikiater
Psikiater adalah seseorang yang ahli dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran yang fokus pada kesehatan jiwa. Jadi, psikiater sebenarnya adalah seorang dokter yang khusus menangani masalah kesehatan mental dan gangguan jiwa.
Psikiater harus menempuh pendidikan kedokteran terlebih dahulu dan mengambil spesialisasi kejiwaan atau psikiatri. Di tengah masyarakat, psikiater juga kerap disebut sebagai dokter jiwa atau dokter spesialis kejiwaan.
Saat menangani pasien, psikiater tidak hanya memeriksa perilaku pasien maupun faktor sosial dan lingkungan yang mungkin menjadi penyebab gangguan mentalnya. Psikiater juga berkompeten dalam menganalisis permasalahan jiwa dari sisi biologis pasien.
Saat menangani baby blues atau postpartum depression, psikiater akan membuat diagnosis berdasarkan gejala yang dialami oleh si pasien. Sebagai seorang dokter, psikiater berwenang memberikan obat kepada pasiennya.
Obat yang diberikan oleh psikiater umumnya berupa obat antidepresan untuk meredakan gejala yang dialami oleh si pasien. Jadi, penanganan yang dilakukan oleh psikiater merupakan kombinasi dari psikoterapi, konseling, dan pemberian obat-obatan.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari