tirto.id - Seiring dengan tibanya vaksin Sinovac dari China di Indonesia pada 6 Desember 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) hingga saat ini masih terus melakukan pengujian keamanan dan efektivitas vaksin Sinovac. Merek kini juga tengah menunggu hasil uji klinik yang sedang dilakukan tim peneliti di Bandung bersama Universitas Padjadjaran. Pengujian ini tentunya memiliki standar agar siap digunakan.
"Sekarang kita sedang berproses untuk observasi, nanti tentunya hasil dari observasi ini akan melihat aspek keamanannya dan terutama efektivitasnya. Periodenya 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan. Hasil evaluasi tersebut yang jadi dasar kita menentukan Emergency Use Authorization (EUA), untuk EUA efikasi boleh cukup 50%, dan untuk vaksin 70%", terang Kepala BPOM, Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP., dalam Keterangan Pers Juru Bicara Pemerintah dengan tema Badan POM Pastikan Keamanan Vaksin.
Dilansir dari laman Satgas COVID-19, dalam menentukan keamanan dan efektivitas vaksin COVID-19, Badan POM mengikuti standar dan regulasi yang sudah menjadi komitmen kita bersama secara internasional, tentunya referensinya adalah WHO dan mereferensi juga ke regulator negara lain seperti FDA (Food and Drug Administration) yang proses evaluasinya berkualitas sama baiknya seperti di Indonesia.
"Itulah kenapa Badan POM sudah inspeksi bersama tim dari MUI untuk audit halal, juga bersama Bio Farma, dan Kementerian Kesehatan sudah melakukan inspeksi di Cina kemarin. Kalau di aspek mutu itu sudah memenuhi aspek cara produksi obat yang baik. Alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada efek samping yang kritikal”, tutur Penny Lukito.
Terkait vaksin Sinovac pula, media sosial banjir pembicaraan terkait keamanan dan efektivitas vaksin ini. Salah satu yang ramai adalah unggahan di media sosial yang menyatakan bahwa hanya Indonesia yang telah memesan vaksin Sinovac, dari 20 negara yang telah memesan pelbagai macam vaksin. Unggahan tersebut juga mengklaim vaksin Sinovac memiliki pengaruh rendah terhadap imunitas tubuh. Narasi tersebut dapat ditemukan pada postingan Instagram @chippish.id (arsip) pada 20 Desember 2020.
Selengkapnya narasi yang disampaikan akun tersebut berbunyi seperti ini:
Al Jazeera mengungkap satu data bahwa hanya Indonesia yang memesan Vaksin Virus Corona buatan China, Sinovac, dari 20 negara yang telah memesan vaksin dan juga mengungkap data hasil riset terkait pengaruh 10 jenis vaksin terhadap imunitas tubuh.
Hasilnya, Vaksin Sinovac pengaruhnya masuk kategori low (rendah), sementara beberapa merek vaksin lain masuk kategori moderat atau 94-95 persen seperti Vaksin Pfizer dan Moderna. Pfizer dan Moderna adalah vaksin buatan Amerika Serikat.
Al Jazeera mengungkap fakta itu berdasarkan data riset yang dilakukan reuters.
Berdasarkan data yang diungkap Al Jazeera, ada 20 negara (tidak termasuk Uni Eropa) yang telah memesan vaksin untuk mengatasi pandemi Virus Corona atau Covid-19.
Ke-20 negara yang telah memesan vaksin tersebut adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Italia, Denmark, Belanda, Prancis, Kanada, China, Brasil, Meksiko, Argentina, India, Spanyol, Australia, Indonesia, Uzbekistan, Mesir, Nepal, dan Israel.
Data reuters menunjukkan bahwa ada 10 jenis Vaksin Virus Corona yang siap dan telah diproduksi sejumlah perusahaan farmasi dari sejumlah negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Jerman, dan China.
Ke-10 jenis Vaksin Virus Corona tersebut adalah sebagai berikut:
- AstraZeneca (Inggris)
- Cansino Bilogics
- Gamaleya Reserach Institute
- Inovio-Cepi (Amerika Serikat)
- Johnson & Johnson Barda Janssen
- Moderna (Amerika Serikat).
- Novavax (Amerika Serikat).
- Pfizer-Biontech (Amerika Serikat-Jerman)
- Sinopharm-Beijing Institute of Bilogical Products (China)
- Sinovac (China)
Sekadar contoh, Vaksin Moderna berdampak 94,5 % terhadap imunitas tubuh. Vaksin Pfizer berdampak 95 % terhadap imunitas tubuh.
Tetapi, Sinovac memiliki dampak terhadap imunitas tubuh yang masuk kategori low atau rendah.
Selain Instagram @chippish.id, narasi serupa juga diunggah oleh akun @indozonehalth (arsip) @wawsehat (arsip). Lalu, bagaimana faktanya?
Penelusuran Fakta
Kami menelusuri laman situs Aljazeera untuk menemukan berita-berita terkait virus Corona di Indonesia dan vaksin Sinovac. Nyatanya, tidak banyak berita Al Jazeera mengenai COVID-19 di Indonesia. Salah satu artikel berjudul “WHO against mandatory coronavirus vaccines: Latest updates” pada 7 Desember 2020 mengabarkan vaksin Sinovac yang tiba di Indonesia.
Artikel lainnya berjudul “Sinovac secures $515m to double vaccine-production capacity” mengabarkan kerjasama dari Biotech antara Indonesia dan Turki yang telah mencapai kesepakatan.
Artikel lebih lawas di bulan November 2020 mengabarkan uji klinis vaksin Sinovac di Indonesia, Turki, dan Brazil. Artikel yang sama juga mengabarkan Brazil berencana mengimpor 46 juta dosis vaksin Sinovac dan secepatnya memulai proses vaksinasi.
Dapat disimpulkan bahwa tidak hanya Indonesia yang memesan vaksin Sinovac buatan China, melainkan juga Brazil dan Turki. Menurut catatan BBC, Singapura dan Chile juga sudah mencapai kesepakatan untuk memesan vaksin Sinovac.
Sementara itu, kabar bahwa WHO membandingkan 10 vaksin COVID-19 dan menyatakan bahwa Sinovac bersifat paling lemah telah dibantah oleh Dr. dra. Lucia Rizka Andalusia, M.Pharm, Apt, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Badan POM. Menurutnya, hingga saat ini, tidak ada dokumen dan informasi resmi dari WHO yang membandingkan respons imunitas 10 kandidat vaksin, atau pernyataan bahwa vaksin Sinovac rendah.
Hal ini juga sudah dikonfirmasikan oleh pihak BPOM pada WHO Indonesia. Sampai saat ini belum ada pengumuman tingkat efikasi vaksin Sinovac baik dari pihak produsen maupun badan pengawas obat di negara tempat dilakukannya uji klinik.
Lebih lanjut, Lucia juga mengonfirmasi bahwa tidak hanya Indonesia yang memesan vaksin Sinovac. Tapi juga Brazil, Turki, Chile, Singapura, dan Filipina. Bahkan, Mesir juga sedang bernegosiasi untuk bisa memproduksi vaksin Sinovac di Mesir.
Lebih lanjut, kami juga mencari daftar laporan mengenai Indonesia di situs WHO, namun tidak menemukan laporan terkait Indonesia dan vaksin Sinovac. Beberapa artikel terkait virus Corona misalnya adalah “Joint Risk Assessment Operational Tool in the time of COVID-19” tentang risiko transmisi virus dan bakteri dari hewan ke manusia.
Ada pula upaya memberantas hoaks di tengah pandemi, “Health authorities and innovative collaborations across society to combat the infodemic”. Program ini diinisiasi oleh WHO, CDC, dan International Fact-checking Network (IFCN).
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa narasi bahwa vaksin Sinovac hanya dipesan Indonesia dan bahwa vaksin yang bersangkutan memiliki efektivitas rendah, merupakan informasi salah dan menyesatkan (false & misleading). Pengecekan melalui Al Jazeera, WHO, dan konfirmasi BPOM membantah klaim-klaim yang disebutkan.
Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id.
Apabila terdapat sanggahan ataupun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca juga dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara