tirto.id - Aksi Bela Islam III berupa doa bersama yang digelar di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, dipastikan tidak mengandung unsur makar atau penggulingan pemerintah.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid dari atas mimbar yang terletak di Pintu Silang Monas Barat Laut, Jumat (2/12/2016). "Tidak ada makar, tidak ada penggulingan kekuasaan. Aksi ini hanya satu, kita mendukung penegakan hukum," katanya, seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Nur Wahid mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mendoakan para penegak hukum agar mampu menegakkan hukum setegak-tegaknya. "Kita mengingatkan dan mendoakan para penegak hukum, kalau membela Alquran, nanti bapak-bapak juga akan dibela Alquran di akhirat nanti," kata dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, jika ada anggapan yang menyebut umat Islam anti Negara Kesatuan Republik Indonesia, itu adalah kesalahan besar.
"Islam dan umat Islam dari dulu sangat berjasa bagi NKRI. Umat Islam sangat cinta NKRI, mendukung hukum di Indonesia dan menghormati Bhineka Tunggal Ika," ujarnya.
Sebelumnya terdapat delapan orang figur yang diamankan oleh Kepolisian Republik Indonesia, termasuk politisi Rachmawati Soekarnoputri. Mereka ditangkap dengan berbagai macam dugaan tuduhan antara lain penghinaan penguasa, makar dan melanggar UU Informasi, dan Transaksi Elektronik (ITE).
Hal itu disampaikan oleh Kadivhumas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar, Jumat, di Jakarta. "Sedang dalam pemeriksaan Polda Metro [Jaya]," kata Irjen Boy seperti diberitakan kantor berita Antara.
Selain Rachmawati, sejumlah nama yang diduga diamankan oleh polisi tersebut antara lain Ratna Sarumpaet, Kivlan Zen, Adityawarman Taha, Jamran, Hatta Taliwang, Ahmad Dhani dan Sri Bintang Pamungkas.
Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra menyatakan dirinya siap untuk mendampingi mereka sebagai kuasa hukumnya.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara