Menuju konten utama

Hindari Mudik dengan Sepeda Motor demi Keselamatan Anak

Anak perlu perlakuan khusus saat mudik lebaran. Kuncinya pahami kebutuhan dasarnya agar fisik dan psikis tetap terjaga dan kecelakaan bisa dihindari.

Hindari Mudik dengan Sepeda Motor demi Keselamatan Anak
Pemudik bersepeda motor melintas di jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah, Minggu (18/6). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

tirto.id - Mudik bisa jadi menyenangkan atau justru berbahaya bagi anak. Kendaraan yang dipakai, kondisi di jalan, lama perjalanan, sampai perlakuan terhadap anak di sepanjang perjalanan menjadi faktor-faktor yang menentukan. Pengkondisiannya cukup berbeda dengan orang dewasa, sebab anak-anak memiliki ketahanan fisik dan psikis yang berbeda. Orangtua tak boleh abai dengan pokok masalah ini.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) rajin mengampanyekan sekaligus meminta seluruh pihak untuk memastikan penyelenggaraan mudik harus ramah pada anak. Penekanannya hak-hak dasar anak bisa terpenuhi dengan baik. Ketua KPAI Asrorun Niam menekankan salah satu hak terpenting anak adalah hak dasar kesehatan.

"Keselamatan dan kesehatan anak jadi prioritas. Ketika terjadi benturan keinginan mudik dengan keselamatan anak, maka harus didahulukan keselamatan anak," ujarnya kepada Antara.

Mudik yang aman bagi anak bisa berawal dari kendaraan yang dipakai. Oleh karena itu Edo Rusyanto selaku koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) menyampaikan kepada orangtua untuk tidak mengorbankan anaknya dengan mudik memakai sepeda motor. Risiko kecelakaan yang menghantui selama perjalanan, berkaca dari pengalaman di mudik tahun-tahun sebelumnya, termasuk besar.

"Kami tidak rekomendasikan anak dipaksa berboncengan jauh apalagi bertiga. Itu mutlak," kata Edo Rusyanto seusai aksi simpatik dan diskusi Mudik Sehat Mudik Selamat di Jakarta, Sabtu (17/6/2017).

Peserta diskusi lain, Gunadi Sindhuwinata selaku Penasihat Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), menyoroti orangtua yang kurang bijaksana sebab ketahanan fisik anak untuk perjalanan jauh. "Banyak sekali yang melakukan ini, bagi orangtua yang membawa anaknya menggunakan sepeda motor tentu saja masalahnya adalah dengan jarak tempuh begitu jauh,” imbuhnya.

Edo mengingatkan risiko menaiki sepeda motor bisa berlipat lebih tinggi apabila yang bersangkutan turut membawa beban penumpang dan barang bawaan yang melebihi kapasitas. Kenyataannya, selama mudik di jalanan banyak laki-laki yang membonceng pasangannya dengan anak di tengah dan barang bawaan berlebih di dekat setir atau ditumpuk di bagian paling belakang motor. Bahkan ada yang membawa dua anak sekaligus.

Ada peraturan hukum yang dilanggar, yakni Undang Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Lebih dari pelanggaran aturan, berboncengan bertiga bersama anak juga akan meningkatkan risiko kecelakaan di jalan raya. Membonceng anak di bawah usia lima tahun, misalnya, menurut Edo akan mengganggu konsentrasi berkendara. Jika anak bergerak refleks karena melihat sesuatu atau mengantuk, konsentrasi pengendara motor akan terganggu, motor bisa oleng, lalu terjadilah kecelakaan.

Kecelakaan Motor Paling Banyak Tiap Mudik

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada Masa Angkutan Lebaran 2016, kecelakaan yang melibatkan kendaraan roda dua mencapai 70 persen. Lebih lanjut, perbandingan kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas, yakni sepeda motor 3.766 unit, mobil penumpang 864 unit, bus 157 unit, dan mobil barang 407 unit.

Data Kemenhub menunjukkan kendaraan umum yang paling banyak digunakan adalah bus. Rerata jumlah penumpangnya 2,5 juta orang setiap tahun. Survei Kemenhub pada tahun 2015 menyebut secara umum alasan pemudik menggunakan bus umum adalah karena faktor kenyamanan (28,44 persen), mudah (27,44 persen), murah (24,50 persen).

Pemudik bersama anak disarankan untuk memakai bus sebab data Korps Lalu Lintas Mabes Polri menunjukkan bus lebih aman ketimbang mobil atau motor. Pada 2015, kecelakaan motor menjadi yang tertinggi yakni mencapai 119.560 kasus. Di urutan kedua ada mobil pribadi dengan 21.304 kasus, sedangkan bus dinilai lebih aman sebab kasusnya berkisar di angka 4.893.

Dalam konteks mudik, dari 3.049 kecelakaan di jalan raya saat mudik, yang menimpa bus hanya 400 kasus. Fakta ini menjadi dasar pemerintah dan banyak perusahaan memfasilitasi secara cuma-cuma para pemudik dengan program mudik gratis memakai bus.

Mudik memakai motor, kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Pudji Hartanto, berisiko tinggi sebab alat transportasi yang satu ini tidak dirancang untuk perjalanan jauh. Hal ini jarang diketahui orang awam sebab banyak orang punya ketergantungan yang tinggi terhadap sepeda motor. Mudik dengan sepeda motor pun dianggap pilihan paling praktis.

"Pertama situasi padat, kedua jarak jauh, terakhir biasanya bawa anak atau barang berlebihan, ini harus dihindari karena sangat rentan terhadap kecelakaan,” jelasnya sebagaimana dikutip Antara, Selasa (13/6/2017).

Untuk memfasilitasi pemudik yang tahun ini ingin menggunakan sepeda motor di kampung halamannya, Kemenhub telah menyelenggarakan mudik gratis bagi pengguna sepeda motor, yakni motor diangkut truk dan penumpangnya naik bus. Kebijakan ini rupanya menarik banyak pemudik. Terhitung pertengahan Juni kemarin, kuota mudik dengan bus laris manis tak tersisa.

Menurut Pudji, kalaupun sudah telanjur naik motor, aturan dan syarat harus dipenuhi. Surat-surat kendaraan dan izin mengemudi harus lengkap, pakaian aman, dan jangan lupa memakai helm. Anak-anak bukan pengecualian, jadi helm tetaplah perlengkapan wajib. Jangan bawa barang berlebihan, prioritaskan anak dalam posisi aman dan nyaman.

infografik agar mudik anak aman dan nyaman rev

Jaga Psikologi Anak dan Cukupi Asupan Cairannya

Sementara itu Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo menekankan anak sangat mungkin terpapar debu sepanjang jalan, sekaligus membahayakan psikologinya. Psikologi anak amat penting diperhatikan, sehingga jika menaiki angkutan umum pun orangtua harus mengusahakan agar anak tidak ikut berdesak-desakan.

Giwo kemudian membagi tips agar anak bisa menikmati perjalanan mudiknya. Pertama, orangtua perlu menyiaokan mainan untuk menemani anaknya agar tak bosan selama berada di jalan atau di tempat peristirahatan. Untuk aktivitas pengusir bosan dengan manfaat yang lebih besar, anak juga bisa dibekali buku cerita.

Kedua, yang masih berkaitan dengan edukasi, orangtua bisa menjelaskan cerita sejarah atau fakta-fakta menarik seputar kota-kota atau tempat-tempat yang dilewati sepanjang perjalanan. Rasa jenuh anak diharapkan bisa terkurangi dengan strategi ini. Cerita seputar kampung halamannya sendiri juga berguna untuk memahamkan anak tentang tempat kelahiran leluhurnya, sehingga ia bisa lebih menghargai sejarah hidupnya sendiri.

Pemudik diwajibkan untuk beristirahat saat sudah lelah atau mengantuk, demikian himbauan dari pihak kepolisian. Lebih jauh lagi, KPAI menyarankan agar setiap posko mudik untuk menyediakan fasilitas bermain untuk anak. KPAI juga menegaskan perlunya pojok ASI di berbagai rest area agar ibu yang sedang menyusui tetap dapat melaksanakan aktivitasnya dengan lancar selama mudik, terutama bagi pengguna sepeda motor.

Jangan lupa untuk tetap menjaga asupan cairan anak dengan air mineral, terutama Anda yang akan melewati Jawa Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Jawa Barat mewaspadai cuaca panas di daerah itu saat mudik lebaran, terutama bagi pemudik yang melakukan perjalanan di siang hari. Idealnya, imbuh BMKG, perjalanan dilakukan usai sahur agar udara masih adem.

"Kita di Jabar ini sedang di awal musim kemarau, curah hujan sudah berkurang," kata Kepala BMKG Jabar Tony Agus Widjaya usai acara kerja sama tugas BMKG Jabar dengan Basarnas di Kantor Basarnas Bandung, Kamis (16/6/2017) sebagaimana dikutip Antara.

Tony mengimbau masyarakat yang melakukan perjalanan mudik agar memperhatikan kondisi tubuh, terutama yang membawa anak-anak. Menurutnya, kondisi anak-anak cenderung kurang diperhatikan, sehingga tiba-tiba anak mengalami dehidrasi karena kepanasan selama di perjalanan.

"Orangtua pakai sepeda motor, anaknya di depan kepanasan, orangtuanya tidak tahu sehingga menjadi dehidrasi," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait ARUS MUDIK atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan