tirto.id - Pihak keamanan dibuat kewalahan dalam mengatur para pembeli tiket langsung final Piala AFF di Markas TNI Garnisun, Jakarta. Kondisi ricuh pun sempat terjadi. Sebabnya klasik, PSSI gagal mengantisipasi animo calon penonton yang ingin membeli tiket. Setiap kali momentum euforia mendukung timnas menggeliat, benang kusut pengelolaan tiket yang dilakukan PSSI memang selalu mencuat.
Jika tengok ke belakang, chaos ketika membeli tiket semacam ini ternyata sudah sering dialami para suporter sepak bola Indonesia. Tengok saja enam tahun ke belakang, tepatnya saat pertandingan semifinal Piala AFF 2010 Indonesia melawan Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan, Minggu (19/12/2010).
Kala itu, massa mengamuk menuntut janji panitia yang akan memberikan tiket resmi kepada para pemilik tiket sementara. Ratusan orang menerobos pintu masuk Senayan untuk berebut tiket Piala AFF 2010. Janji itu tidak terpenuhi. Amuk massa pun tidak bisa dicegah.
Kondisi diperparah setelah massa juga mengamuk kepada Panpel lokal (LOC) Suzuki AFF Cup 2010 tak kunjung membuka loket penjualan hingga pukul 12.00 WIB. Massa yang naik pitam memaksa masuk ke halaman PSSI, kembali berteriak-teriak sambil memaki panitia.
Tak kunjung mendapat tanggapan, mereka akhirnya melampiaskan amarah dengan menurunkan bendera PSSI, menginjak dan membakarnya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sepuluh orang personil polisi yang sedang berjaga tak mampu meredam amarah massa. Ujungnya, mobil operasional PSSI bernomor polisi B 8379 ZO pun kena baret dan hampir saja hendak dibakar.
Seorang pria berkemeja putih yang merupakan si penjaga loket dipukul hingga babak belur diamuk massa, dia terkapar di ruang loket. Saking kesalnya, penonton pun mengurung tiga orang petugas penjual tiket di dalam loket
Setahun berikutnya, kejadian serupa berulang dalam pertandingan Sea Games cabang sepakbola ketika laga final Indonesia melawan Malaysia. November 2011 menjadi bulan kelabu tatkala ratusan orang yang sudah mengantri untuk mendapatkan tiket akhirnya kecewa karena 70 ribu lembar tiket yang dijanjikan sudah habis sebelum waktunya. Ditambah, panitia pelaksana dengan seenaknya menaikkan harga tiket secara sepihak hingga 50 persen.
Kemarahan ratusan calon penonton ini kemudian diluapkan pada pembakaran sebuah loket penjualan tiket di samping restoran Lagunas pada pukul 16.00 WB. Untuk meredam kemarahan massa, pihak panitia pun mengambil jalan pintas dengan mengeluarkan seribu tiket tambahan.
Pembakaran loket kembali berulang 2013, sesaat menjelang partai final Piala AFF U-19 Indonesia melawan Vietnam di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Loket di stadion dibakar oleh suporter. Aksi ini bermula dari kekesalan ratusan suporter yang sudah datang mengantri sejak pagi namun mendapati loket penjualan tiket tak kunjung dibuka hingga pukul 10.00 WIB.
Massa yang marah melempari kaca loket penjualan yang terletak di sisi utara stadion dengan batu hingga pecah. Penjaga loket yang panik akhirnya terpaksa keluar dari ruangan, tiba-tiba saja muncul api yang kemudian membakar loket. Beruntung, api tak menjalar luas karena panitia sigap memadamkannya dengan air keran.
Untung saja pada final AFF 2016 kali ini, PSSI memindahkan lokasi penjualan tiket di Markas TNI Garnisun, sesangar-sangarnya suporter kita tentu mereka akan masih berfikir dua kali jika hendak membakar markas TNI.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan