Menuju konten utama

Senyum Suporter Indonesia Usai Kekalahan di Rajamanggala

Ada yang jauh-jauh datang dari tanah air demi menyaksikan langsung timnas Indonesia yang semalam berlaga di Rajamangala. Namun, lagi-lagi Indonesia jadi runner up dan mereka harus kecewa meski hanya dalam hati.

Senyum Suporter Indonesia Usai Kekalahan di Rajamanggala
Pesepak bola Thailand Siroch Chattong (kanan) bersama rekannya melakukan selebrasi usai membobol gawang Indonesia pada final putaran kedua AFF Suzuki Cup 2016 di Rajamangala National Stadium, Bangkok, Thailand, Sabtu (17/12). Indonesia gagal menjadi juara AFF Suzuki Cup 2016 usai kalah 0-2 atas Thailand (agregat 2-3). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/pd/16

tirto.id - Ricky alias Mamad, juga Endi sepupunya, berangkat ke Bangkok demi melihat tim nasional Indonesia berlaga melawan Thailand di Stadion Rajamangala. Keduanya berangkat dari Jakarta pada Sabtu siang (17/12). Sangat mepet. Karena tim nasional sudah akan bertanding pada malam harinya.

Alasannya, mereka hendak mengajak putri-putri mereka. Dan anak-anak harus mengikuti ujian dulu. Begitu ujian sekolah beres, mereka pun langsung berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta.

Ricky datang dengan tampilan yang casual, mengenakan kostum mirip timnas Indonesia. Begitu juga juga putrinya. Endy juga tampil casual dan berjaket sport, namun tidak memakai kostum timnas.

Ricky, laki-laki berusia sekitar 40 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai pilot yang menerbangkan pesawat di sekitar Papua, adalah pecinta bola. Juga mencintai tim nasional Indonesia. Ricky, seperti juga pecinta timnas lainnya, sadar prestasi timnas memang sedang terpuruk. Namun mereka tak peduli. Meski harus memendam kecewa berulang kali, secara terus menerus harapannya dipatahkan kegagalan timnas, Ricky tetap saja berangkat ke Bangkok.

Itu bukan perjalanan yang mudah. Mereka harus mengalami gangguan dalam perjalanan menuju Bangkok. Maskapai penerbangan yang akan mengangkut mereka ke Bangkok rupanya mengalami gangguan teknis. Pesawat yang seharusnya terbang pukul 14.00 WIB, harus tertunda hingga pukul 14.40 WIB. Seperti biasa, maskapai hanya meminta maaf dan penumpang terpaksa menerima begitu saja.

Perjuangan belum selesai hanya karena pesawat telah mendarat di Bangkok. Pasalnya, pesawat baru mendarat di Bandara Don Mueang sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Padahal pertandingan akan digelar satu jam lagi. Antrean panjang harus dilalui di loket imigrasi. Mereka yang datang pukul 18.00 setidaknya rata-rata mereka harus mengantre sekitar 30 menit.

Sabar. Tidak sabar. Saling bergantian. Mencoba sabar, tapi ujungnya tidak sabar juga. Decak kekesalan menyelinap di saat mengantre. Sabar. Tidak sabar. Lalu cemas. Kemudian gelisah.

Setelah antrean di imigrasi tuntas, mereka pun bergegas memakai mobil sewaan menuju Stadion Rajamanggala.

Sebelum pertandingan semalam di Rajamangala ini, Indonesia lebih dulu mengalahkan Thailand dengan skor 2-1 pada 14 Desember di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor. Kemenangan itu memberikan sedikit harapan. Yeah, semua tahu sulit untuk mengalahkan Thailand di Bangkok, tapi kemenangan 2-1 tidak bisa tidak menerbitkan asa. Seandainya Indonesia bisa menahan imbang saja, Indonesia bisa menjadi juara.

Tapi harapan itu kandas. Suporter Indonesia di stadion kebanggaan kerajaan Thailand menjadi saksi mata bagaimana harapan itu berakhir pahit bagi Indonesia. Indonesia kalah 2-0. Dan gagal menjadi juara Piala AFF untuk pertama kalinya.

Infografik Tunggal Statistik Indonesia vs Thailand

Banyak yang kecewa, tentu saja. Beberapa suporter yang ditemui Tirto.id menganggap strategi yang diterapkan Alfred Riedl terlalu banyak bertahan. Bahkan dianggap sering membuang bola. Sementara lawan mereka, Thailand, bermain sebaliknya: agresif, menekan, menyerang, nyaris tanpa henti.

Menurut pemuda asal Bandung yang kebetulan bekerja di Bangkok, Nicky, pemain Thailand betul-betul mengeluarkan seluruh keterampilannya. Indonesia terus menerus diserang. “Hasilnya 2-0. Thailand layak (jadi juara). Gitu, lah,” ujar Nicky dengan nada kecewa yang tak dapat disembunyikan.

“Kapan-kapan, suatu hari, bola di kaki timnas (Indonesia) itu lamaan dikitlah,” kata Nicky lagi.

Usai pertandingan, beberapa suporter timnas Indonesia keluar lebih dulu dari stadion. Mereka enggan berkomentar soal aksi timnas.

“Saya mau pulang ajalah,” kata salah satu dari mereka.

Kekecewaan yang sangat wajar. Banyak dari suporter Indonesia datang dari jauh. Beberapa ibu-ibu yang menonton kekalahan Indonesia di depan mata mereka tak kalah gemas dengan kekalahan tersebut.

“Timnas Indonesia itu ibarat pengantin pria yang ditinggalkan pengantin wanitanya di hari pernikahan dan gagal menikmati malam pertama,” ujar salah satu dari mereka mengibaratkan kekalahan Indonesia itu.

Bagi yang sedang sekolah atau bekerja di Thailand namun tinggal di luar Bangkok, banyak dari mereka mereka harus berjam-jam duduk di atas kendaraaan untuk menyaksikan tim nasional. Bahkan ada yang terbang dari tanah air. Entah dari Jakarta, maupun kota Indonesia lainnya.

Untung saja, mereka berada di kota yang terhitung cukup menyenangkan untuk ukuran Asia Tenggara. Mereka bisa sekalian berlibur menikmati pemandangan alam Thailand yang elok, atau wisata kuliner lezat dengan harga miring di berbagai kaki-lima kota Bangkok yang begitu tertata. Bagi yang punya uang lebih, boleh juga berbelanja ke lapak-lapak pakaian murah di sekitar stadion. Lapak-lapak masih buka ketika pertandingan usai dan suporter Thailand berpesta sambil pulang menuju rumah.

Suporter Indonesia hanya bisa berharap bahwa di masa depan akan ada pemain-pemain sepakbola andal dan tak terkalahkan dari tanah air. Selain, tentu saja, pada malam itu mereka harus berbesar hati dengan jujur mengakui keunggulan.

“Harus mengakui kita di bawah Thailand,” kata Solikin alias Ronaldikin, yang kondang karena punya wajah mirip Ronaldinho. Meski pedih, Ronaldikin hanya bilang: “Bawa enjoy ajalah.”

Setelah Ronaldikin berlalu, melintaslah calon Gubernur DKI nomor urut tiga, Anies Baswedan. Ia melintasi bus-bus yang disediakan KBRI untuk mengangkut para suporter Indonesia. Meski prediksinya meleset, Anies sebelum memprediksi Indonesia akan menang, ia masih menaruh harapan pada timnas Indonesia.

"Ya, kali ini Thailand tampil lebih baik. Kita harus akui mereka menang dan kita runner up, tapi saya bangga pada tim nasional kita. Mereka sudah melakukan yang terbaik dan kita bersiap untuk turnamen berikutnya. Insya Allah di turnamen berikutnya mereka menang," ujar Anies.

“Alhamdulillah. Walaupun kalah, tetap semangat. Mudah-mudahan di dua tahun yang akan datang kita bisa juara,” ujar Dicky asal Bogor. Meski terus menerus diberi kegagalan oleh tim nasional, dia tetap bersyukur. Sementara seorang kawannya menimpali: “Mainnya bagus. Kipernya OK.”

Beruntunglah suporter-suporter Indonesia banyak sekali bertemu orang-orang Thailand yang bersikap ramah dan hangat. Tentu saja ada suporter Thailand, yang mengenakan kostum biru, yang berpesta pora dengan tabuhan-tabuhan genderang atau kembang api. Tapi lebih banyak yang berlalu dengan manis dari stadion.

Setiap mereka menemui orang-orang Indonesia, dari jauh mereka selalu melempar senyum, melambaikan tangan, memberi jempol atau menyatukan kedua telapak tangan di depan dada. Tak sedikit suporter-suporter Thailand yang meminta berfoto bersama. Bahkan ada suporter Thailand yang membuka baju kemudian saling menukar kostum dengan suporter Indonesia.

Seorang ladyboy Thailand bahkan mondar-mandir di sekitar bus yang disediakan KBRI untuk mengangkur suporter Indonesia. Ladyboy itu asyik memotret sana-sini. Beberapa suporter Indonesia yang menyaksikan terlihat senyum-senyum, dan mencandai pemandangan itu dengan rekan-rekannya.

Akhirnya ada juga senyum orang Indonesia di Rajamanggala. Senyum yang terbit setelah kekalahan yang pahit itu.

Baca juga artikel terkait PIALA AFF atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Olahraga
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Zen RS