tirto.id - Jika Anda berpikir bahwa pemain terkasar dalam ajang El Clasico antara Real Madrid melawan Barcelona adalah Pepe, maka jelas Anda salah besar. Faktanya, Pepe adalah pemain yang cukup bersih soal urusan hukuman kartu di ajang El Clasico.
Pemain yang dikenal dengan karakternya yang keras ini justru hanya sekali mendapatkan kartu merah jika bertemu Lionel Messi dkk. Hanya saja, kartu merah yang diterima Pepe adalah salah satu penyulut kontroversi Barcelona era tiki-taka (sejak 2009) sampai bertahun-tahun kemudian.
Kartu merah yang dibicarakan ini terjadi pada pertandingan pertama semifinal Liga Champions 2010/2011. Pertandingan yang kemudian mewarnai berbagai halaman depan berbagai media massa Eropa. The Independent saat itu menulis, “Pepe menerima kartu merah akibat tekel terhadap Dani Alves yang melakukan aksi teater.”
Perebutan bola antara Pepe dan Alves di pertandingan yang berakhir 2-0 untuk Barcelona itu berakhir dengan Alves yang terpelanting seolah mendapatkan terjangan kaki dari Pepe. Melihat Alves yang begitu hebat terlempar membuat wasit tanpa ampun langsung mengeluarkan kartu merah untuk Pepe. Awalnya, semua yang menonton pada pertandingan itu mengamini keputusan wasit. Akan tetapi semua berubah saat tayangan ulang diperlihatkan.
Dalam tayangan ulang kemudian terlihat bahwa tak ada sentuhan sama sekali antara kaki Pepe ke kaki Alves. Lentingan Alves yang sampai berputar 360 derajat itu jadi pembicaraan karena upaya “teatrikal”-nya jadi terlihat sangat bersungguh-sungguh. Bahkan aksi Alves ini jauh lebih bagus dari aksi maestro diving seperti Filippo Inzaghi.
Pertandingan yang juga diwarnai gol individu Messi dengan melewati beberapa pemain Madrid ini menjadi salah satu pencetus stigma bahwa Barcelona selalu dilindungi wasit sedangkan Madrid selalu dirugikan wasit. Sterotipe yang muncul hanya berdasar pada jumlah hukuman kartu yang sangat jomplang bagi kedua klub. Pemain pengoleksi kartu merah terbanyak itu memang lebih banyak untuk Madrid. Namun bukan Pepe yang berkontribusi banyak, tapi Sergio Ramos.
Sebagai seorang pemain yang memenangi dua kali Liga Champions, tiga gelar La Liga Spanyol, satu Piala Dunia, dan dua kali Piala Eropa, kemampuan Ramos tentu saja sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Sebagai seorang pemain bertahan, Ramos punya kemampuan komplet dengan bakat teknik luar biasa.
Menjadi pemandangan lumrah melihat Ramos melakukan clereace dengan tendangan salto, antisipasi dengan sliding tekel dalam perebutan bola, sentuhan-sentuhan apik saat mencegat umpan terobosan lawan, melakukan sundulan dengan kepala bagian belakang, sampai menjadi seorang eksekutor tendangan bebas.
Kemampuan Ramos ini bahkan jauh lebih komplet daripada seniornya, Fernando Hierro di Madrid atau Carles Puyol di timnas Spanyol. Bahkan jika pemain belakang dihargai sama seperti halnya pemain penyerang, sejak 2011, Ramos bisa jadi akan menjadi peraih gelar Ballon d’Or terbanyak mengalahkan Messi dan Cristiano Ronaldo.
Hal ini didasari dari konsistensi Ramos yang selalu masuk pada daftar FIFA FIFPRO World 11. Daftar 11 pemain terbaik di posisinya masing-masing dari tahun ke tahun. Namanya yang tak pernah absen selama 6 tahun terakhir merupakan fakta tak terbantahkan bahwa Ramos adalah pemain terbaik di posisinya.
Kemampuan ini juga yang kemudian jadi alasan kenapa ban kapten Madrid ada di lengan kirinya sepeninggal Iker Casilass ke FC Porto pada 2014. Sebagai orang asli Andalusia, Ramos memulai karier di kota kelahirannya: Sevilla, dengan posisi awal sebagai bek sayap kanan.
Perawakannya yang kokoh dengan kemampuan yang komplet membuat Madrid kepincut dan meminangnya dengan mahar 27 juta Euro pada 2005. Sejak saat itu, jika tidak menerima akumulasi kartu atau cedera, nama Ramos tidak pernah absen memperkuat Madrid selama 12 tahun ke belakang. Namanya juga jadi jaminan mutu pertahanan Spanyol kala mendominasi Eropa dan Dunia dalam kurun waktu enam tahun (2008-2012).
Jika ada kelemahan terbesar dari Ramos, maka tentu saja sifatnya yang temperemental. Ramos sering lepas kendali jika bisa dilewati berkali-kali oleh pemain lawan. Ronaldinho adalah saksi bagaimana kakinya menjadi sandbag terjangan-terjangan berbahaya Ramos sejak 2005. Beruntung saat itu, aksi brutal Ramos jadi tidak begitu berarti karena Ronaldinho seringkali mampu menghindari kakinya kena terjang.
Hal yang sama juga terjadi kepada Messi dalam pertemuan pertama Josep Guardiola dengan Jose Mourinho di ajang La Liga pada November 2010. Dihajar habis-habisan oleh Barcelona sampai 5 gol tanpa balas, Ramos frustasi karena—bahkan—untuk mengejar bayangan Messi saja ia tidak mampu. Puncaknya, pada masa injury time Ramos mengejar Messi yang sedang membawa bola dengan satu niat: menghajar engkel kaki lawan. Tak pelak, kartu merah pertamanya dalam ajang El Clasico muncul.
Tidak sampai di sana, dalam kerumunan pemain Barcelona yang marah melihat terjangan berbahaya itu, Ramos sempat menghajar kepala Puyol dan memukul muka Xavi Hernandez sebelum meninggalkan lapangan.
Dua tahun kemudian, pada Januari 2012, Ramos kembali mendapat kartu rumah pada ajang Copa del Rey. Sekalipun kartu merah ini—bisa dinilai—kontroversial, namun duel udaranya kepada Sergio Busquet yang tidak hati-hati, karena sudah mengantongi kartu kuning sebelumnya, membuatnya harus meninggalkan lapangan lebih cepat.
Total, Ramos sudah mencetak lima kartu merah sepanjang keikutsertaannya di ajang El Clasico. Ini adalah rekor terbanyak dari pemain manapun yang pernah berlaga di salah satu pertandingan terbesar tahunan di dunia.
Dan kartu merah terakhirnya terjadi pada El Clasico Senin (24/4) lalu, saat harus menghalangi Messi melakukan fast break di area tengah. Diusir pada menit ke-77 di Stadion Bernabeu, sekalipun aksi Ramos tidak mengenai kaki Messi, terjangan dua kakinya secara peraturan memang dikategorikan sebagai pelanggaran berat.
Pihak Madrid memang menuding bahwa kartu merah ini jadi sebab kekalahan 2-3 mereka dari Barcelona, namun apa yang dilakukan Ramos—daripada dipandang sebagai terjangan kasar—harus dilihat sebagai pelanggaran teknis. Sebab, jika Ramos tidak melakukan pelanggaran, dengan kecepatan Messi yang tidak mungkin bisa dikejar, maka momentum berhadapan satu lawan satu dengan Keylor Navas akan terjadi. Dan, kita semua tahu, Messi jarang sekali gagal saat harus berduel dengan kiper lawan.
Rekor kartu merah Ramos tidak hanya “fantastis” pada laga El Clasico, sepanjang 12 tahun memperkuat Madrid, Ramos sudah mengantongi 22 kartu merah dalam kariernya. Bahkan dalam kurun waktu Januari sampai Desember 2013, Ramos pernah mendapat 4 kartu merah. Artinya, rata-rata Ramos mendapatkan—hampir—dua kartu merah untuk setiap musimnya berlaga untuk Madrid.
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti