tirto.id - Rizki (22) terlihat cukup gelisah pagi itu, sebentar-sebentar melihat ke loket penjualan tiket yang belum siap. Ia lalu melemparkan pandangan ke telepon genggamnya, hingga menonton sejumlah trailer film yang ditayangkan melalui layar besar di ruang tunggu bioskop. Gerakannya terus berulang sejak sekitar pukul setengah enam.
Rizki datang terlalu pagi untuk menonton kelanjutan film yang telah diikutinya sejak awal, yakni Avengers: Endgame. Ia berangkat dari tempat tinggalnya di Fatmawati, Jakarta Selatan, sekitar pukul 05.00 pagi menggunakan ojek online.
Sekitar pukul 5.40, Rizki pun mengantre ke loket untuk menjadi pembeli tiket pertama di CGV, FX Sudirman, Jakarta, pada hari kedua pemutaran film Endgame, Kamis (25/4/2019).
“Saya penasaran sama masalah Thanos, makanya saya mau datang sepagi ini,” ujar Rizki kepada reporter Tirto.
Rizki memang sudah mengikuti Avengers sejak awal. Sebelum datang ke bisokop, Rizki juga telah membaca sejumlah resensi dan penilaian atas film ini. Namun hal tersebut justru membuatnya semakin penasaran untuk menonton secara langsung.
“Sudah [baca-baca], tapi belum tahu cerita utuhnya,” ujar Rizki.
Kisah lain hadir dari Ben Santojo (30), karyawan swasta yang bekerja di kawasan Sudirman, tak jauh dari FX Sudirman. Sebelum menonton, Ben benar-benar menghindari untuk membaca komentar atau ulasan soal Avengers Endgame.
“Nggak [nonton atau baca], dan nggak mau. Bahkan kalau dari teman mau kasih tahu juga saya nggak mau,” tegas Ben.
Ben ingin merasakan pengalaman menontonnya secara langsung. Ben juga merasa lebih bersemangat untuk menonton lebih cepat di Avengers kali ini.
“Sebenarnya saya bukan yang maniak banget, jadi nontonnya agak telat telat gitulah, nggak pas premiere. Cuma kalau untuk yang ini, rasanya harus aja, enggak mau keduluan orang lain,” ungkap Ben.
Ben mengatakan seluruh karakter dalam film Avengers membuatnya penasaran. Namun karakter favoritnya adalah Captain America.
“Semoga ending-nya berkesan sih, soalnya sebelum ke sini, lihat ada penilaian dari teman di Instagram Story itu 9 dari 10,” pungkas Ben.
Pagi itu, beberapa pasangan muda-mudi juga terlihat di bioskop. Bahkan sekitar pukul 06.30, terdapat dua orang tua membawa tiga anaknya yang berlari untuk masuk ke studio.
Head Brand Marketing CGV Cinemas Indonesia, Andira Pramanta mengatakan penjualan tiket untuk Avengers Endgame di pagi hari setara dengan penjualan film umumnya di akhir pekan.
“Yang jelas sih kemarin seru. Jam 6 pagi di Grand Indonesia, crowd-nya sudah seperti di hari. Tidak hanya di GI, tapi juga di FX Sudirman, Paris van Java, Central Park,” kisah Andira kepada reporter Tirto, Kamis (25/4/2019).
Menurut Andira, penjualan tiket Avengers Endgame kali ini penjualannya setidaknya dua kali lipat lebih banyak daripada presale Infinity War tahun lalu.
Tak Lepas dari Pemasaran Disney
Kritikus film, Adrian Jonathan melihat tingginya antusiasme penonton Endgame tak lepas dari strategi pemasaran Disney.
Adrian mengisahkan bagaimana Disney menyesuaikan konten dengan cara mengubah sejumlah kisah dari komik-komik Marvel yang lama.
“Dalam komik-komik lamanya tahun 80, 90, bahkan awal 2000-an, itu sangat dewasa, di mana kematian, drugs, menjadi hal yang biasa. Namun Disney sangat ketat menjaganya,” ujar Adrian saat dihubungi reporter Tirto.
Batas usia yang dikeluarkan oleh film Marvel pun rata-rata PG-13, atau batasan usia 13 tahun dengan pengawasan orang tua. Hal itu akhirnya menarik penonton remaja dan anak-anak.
“Jika melihat film-film Hollywood secara umum, film-film yang paling profitable adalah yang dipahami juga oleh anak-anak,” ujarnya.
Adrian menilai Avengers, lebih luasnya Marvel, sebagai sesuatu yang menakjubkan karena banyak kejutan yang dibawa dari sejumlah hal yang terkesan kebetulan.
“Kalau dilihat dari produksi film awalnya, Iron Man kebetulan dapat tokoh yang baik dan cukup unik, Robert Downey Jr. Padahal film tersebut diproduksi tanpa script, jadi banyak improve-nya,” ujar Adrian.
Adrian sulit membayangkan film sebaik itu justru dihasilkan tanpa ada naskah. “Tapi dengan modal sejumlah kreativitas dan keberuntungan, saya justru amaze dengan Marvel."
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Gilang Ramadhan